Merumuskan Lompatan Katak untuk Jakarta
Akhir pekan lalu, Jumat (29/3/2019), Mark Watts, Direktur Eksekutif C40, bertemu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengukuhkan kerja sama guna meredam perubahan iklim tersebut. Ia didampingi Direktur Regional Asia Tenggara Bagian Timur dan Oseania C40 Milag San Jose-Ballesteros.
C40 adalah jaringan kota-kota besar di dunia yang mempunyai komitmen memperbaiki perubahan iklim. Jakarta sendiri sudah menjadi bagian dari C40 sejak 2009 bersama Paris, London, New York, dan 93 kota besar dunia lainnya. Mereka menjelaskan pandangan mereka terhadap Jakarta dalam bincang-bincang sekitar satu jam. Berikut petikan wawancara Kompas dengan Mark Watts dan Milag San Jose-Ballesteros.
Mark Watts (MW): Latar belakang pertemuan kami adalah tenggat program 2020 yang diluncurkan tiga tahun lalu setelah Paris Climate Agreement. Dan kota-kota ini memutuskan bahwa target tersulit dari Paris Agreement adalah kenaikan suhu global maksimum 1,5 derajat celsius (C).
Sementara sebagian besar pemerintah negara industri mengambil target 2 derajat C dan sebagian besar negara mengambil target 3-4 derajat C. Jadi 1,5 derajat C adalah sebuah ambisi yang berat, tetapi menurut sains ini adalah target yang benar dan aman.
Jadi, program ini adalah mendukung setiap kota dalam C40 medesain rencana yang mengubah kota-kota sekarang hingga 2050 sehingga emisi berkurang sampai nol pada tahun itu.
Jakarta sekarang menyumbang 4-4,5 CO2 equivalent per orang. Sementara target C40 adalah 3 ton per orang. Untuk beberapa kota di dunia, kemungkinan sudah bisa mencapai target per orang itu pada 2020, untuk Jakarta mungkin pada 2025-2030.
Kompas (K): Bentuk kerja sama apa dengan Jakarta?
MW: Jakarta merupakan bagian dari C40. Artinya pemerintah Jakarta setuju untuk memenuhi sejumlah standar. Standar ini dapat dicapai melalui pembuatan rencana yang nantinya dilaksanakan dengan komitmen politik dan aksi publik untuk menjaga agar suhu global tak naik lebih dari 1,5 derajat C.
Untuk dua tahun ke depan, kami akan menyediakan dukungan dan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk membuat perencaan itu. Hal paling penting adalah kami juga menyediakan contoh-contoh terbaik dari kota-kota lain yang sudah melakukannya.
Sudah banyak kota yang melakukannya dalam C40. Kalau Jakarta ingin melakukan lewat jalan berbayar, bus listrik ataupun transportasi publik, semua sudah berhasil dilakukan di beberapa kota lain di dunia.
K: Dari pandangan Anda, apa tantangan terbesar Jakarta dalam hal perubahan iklim sekarang?
MW: Dari semua kota yang pernah saya kunjungi, Jakarta adalah salah satu kota yang paling terancam di dunia oleh perubahan iklim. Mungkin Ho Chi Minh lebih sedikit. Sebab, ancaman banjir sudah sangat-sangat tinggi, dan sekarang amat sangat diperburuk oleh perubahan iklim.
Dari semua kota yang pernah saya kunjungi, Jakarta adalah salah satu kota yang paling terancam di dunia oleh perubahan iklim.
Milag San-Jose Ballesteros (MS): Asia Tenggara dan Pasifik adalah kawasan yang paling terancam oleh perubahan iklim. Masalahnya untuk Jakarta, kota ini sendiri dalam proses tenggelam. Sebab, sebagian posisinya sekarang sudah di bawah permukaan air laut.
Oleh karena itu, dengan naiknya air laut, ditambah penurunan muka tanah, ini membuat Jakarta berada dalam posisi sangat terancam.
Dalam kaitan mengurangi laju kenaikan air laut, Jakarta perlu segera melakukan langkah untuk mengurangi peningkatan emisi, yang diperparah pertumbuhan penduduk yang tinggi juga.
Dalam konteks perubahan iklim, dalam 10-20 tahun ke depan, kalau Jakarta tak mengatasinya, kita bicara soal jumlah penduduk dan komunitas yang besar yang akan terdampak.
Hal yang baik yang muncul dalam percakapan kami dengan Gubernur adalah sudah ada kesadaran bahwa Jakarta harus segera meningkatkan tindakan dan benar-benar mengantisipasi ancaman-ancaman yang dihadapi tersebut.
MW: Banyak kota yang lebih rapuh daripada Jakarta karena mereka lebih miskin. Namun, dalam hal kota yang paling terancam, Jakarta salah satu yang paling terancam oleh perubahan iklim. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, yaitu kenaikan muka air laut, kota juga sedang dalam proses tenggelam karena penurunan muka tanah. Ditambah perubahan iklim yang menurunkan hujan yang lebih deras, sementara sungai-sungai tersumbat karena banyaknya sampah plastik sehingga juga membanjiri kota.
Dalam 15 tahun, 40 persen Jakarta Utara akan berada di bawah permukaan air laut kalau tidak dilakukan langkah dramatis untuk mencegahnya. Dalam 50 akan menjadi 80 persen di bawah air laut.
Dalam 15 tahun, 40 persen Jakarta Utara akan berada di bawah permukaan air laut kalau tidak dilakukan langkah dramatis untuk mencegahnya. Dalam 50 tahun akan menjadi 80 persen di bawah air laut.
K: Jadi apa yang seharusnya menjadi langkah prioritas untuk Jakarta?
MW: Jakarta sudah berada di jalur yang benar untuk mengurangi emisi, dengan kebijakan menguatkan transportasi publik. Lalu juga memperkenalkan bus listrik. Dalam waktu dekat akan ada 10 bus listrik yang akan digunakan di Jakarta. Akan lebih bagus kalau seluruh armada berganti dengan bus listrik. Tidak ada emisi dan biayanya murah.
Saat penggunaan kendaraan pribadi turun, bisa dipastikan emisi dan polusi udara juga turun drastis. Jadi, tugas pemerintah sekarang adalah mendorong orang menggunakan transportasi umum massal atau membangun infrastruktur untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Saat ini kota-kota di dunia juga tengah kembali pada sepeda, seperti pada masa lalu. Kopenhagen, salah satu kota dengan warga terkaya di dunia, sekarang ini warganya lebih banyak yang bersepeda. Bayangkan kota terkaya di dunia kembali pada sepeda.
Lalu di London, penggunaan mobil pribadi turun selama 10 tahun ini dan terus turun setiap tahun. Penggunaan kendaraan umum naik, polusi udara turun. Paris juga sama.
Di Brasil, kepemilikan kendaraan pribadi per orang di 20 tahun lalu tertinggi di dunia, sekarang jumlahnya salah satu paling kecil di dunia.
Semua kota-kota yang telah berhasil ini mempunyai kebijakan yang sama, yaitu investasi besar-besaran pada transportasi publik dan mengenakan kebijakan jalan berbayar hingga membuat penggunaan kendaraan pribadi semakin mahal. Jakarta bisa juga melakukannya.
Contoh lainnya, China membalik semua kebijakannya 10 tahun lalu. Di Beijing, misalnya, 20 tahun lalu hampir 25 persen perjalanan menggunakan sepeda. Lalu pemerintah mendorong penggunaan mobil sebagai tanda kemajuan. Jadi, mereka menghilangkan jalur sepeda. Hal ini diikuti penggunaan mobil pribadi naik tinggi yang berakibat pada polusi udara masif sehingga Beijing saat itu menjadi kota dengan polusi udara terburuk.
Lalu mereka membalik semua kebijakan itu. Mereka kembali mendorong penggunaan sepeda. Mereka merealokasikan jalur untuk sepeda, melarang penggunaan mobil di jalan-jalan tertentu, lalu menerapkan jalan berbayar, lalu diikuti investasi besar-besaran untuk bus rapid transit dan kebijakan terakhir yang dilakukan adalah mereka membuat seluruh armada bus kota menjadi bus listrik hingga taksi listrik dan sepeda listrik.
Itu semua dilakukan hanya dalam waktu 10 tahun. Dan hasilnya luar biasa, sekarang Beijing keluar dari daftar 100 kota dengan polusi udara terbutuk di dunia.
Itu semua dilakukan hanya dalam waktu 10 tahun. Dan hasilnya luar biasa, sekarang Beijing keluar dari daftar 100 kota dengan polusi udara terbutuk di dunia.
MS: Jakarta bisa melakukannya lebih cepat lagi. Sekarang ini teknologi sudah sangat maju. Demikian juga perkembangan sistem yang sudah jauh lebih baik.
Jadi ada kesempatan bagi Jakarta untuk melakukan lompatan katak. Lompatan katak ini membuat perubahan-perubahan kebijakan bisa lebih cepat dilakukan. Jadi tantangan dan peluang bagi kota-kota sekarang adalah menggunakan teknologi dan sistem yang sudah maju sehingga tidak lagi harus mengikuti langkah ideal sebelumnya atau contoh yang sudah ada.
Namun, pemerintah kota bisa membuat perubahan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dan target yang diinginkann, jauh lebih cepat.
K: Apa yang perlu dilakukan pemerintah Jakarta untuk melakukan lompatan katak itu?
MS: Saya pikir, kuncinya pertama adalah kemauan politik. Lalu kemauan politik itu dipadu dengan kebijakan publik yang bisa menciptakan kondisi di mana masyarakat dan semua pihak yang terlibat mampu melakukan perubahan itu.
Saya pikir, kuncinya pertama adalah kemauan politik.