Pemerintah Janjikan Pemulihan Harga dan Serapan Domestik Karet Alam
Oleh
Sharon Patricia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan pembatasan ekspor karet alam yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Thailand diperkirakan akan memulihkan harga karet mentah dunia sebesar 1,5 dollar AS hingga 2 dollar AS. Kebijakan itu juga dimaksudkan meningkatkan serapan karet alam di dalam negeri yang kecenderungannya masih stagnan.
Dewan Tripartit Karet Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, dan Thailand sepakat mengurangi ekspor karet mentah sebanyak 240.000 ton hingga 31 Juli 2019. Indonesia akan mengurangi ekspor sebanyak 98.160 ton, Malaysia 15.600 ton, dan Thailand 126.240 ton.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri, kepada Kompas, Senin (1/4/2019), mengatakan, Indonesia akan mengurangi volume ekspor karet alam sebanyak 98.160 ton mulai hari ini hingga 31 Juli 2019. Implementasinya akan dimonitor dan dievaluasi setiap bulan oleh Komite Monitoring dan Pengawasan ITRC.
”Dengan pengurangan ekspor ini, ditargetkan harga karet alam dapat berkisar 1,5 dollar AS hingga 2 dollar AS per kilogram,” kata Kasan.
Kasan menjelaskan, harga karet alam hampir menyentuh 1,21 dollar AS per kilogram pada November 2018. Namun, setelah pertemuan ITRC pada 12-13 Desember 2018 di Putrajaya, Malaysia, harga karet alam menunjukkan tren positif dengan kenaikan hampir 5 persen.
Badan Pusat Statistik mencatat, nilai ekspor karet pada 2016 sebesar 3,4 miliar dollar AS dengan volume ekspor mencapai 2,6 juta ton. Kemudian, ekspor membaik pada 2017 menjadi 5,1 miliar dollar AS dengan volume ekspor naik menjadi 2,9 juta ton.
Pada 2018, nilai ekspor menurun menjadi 4,17 miliar dollar AS dengan volume ekspor 2,95 juta ton. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan pengurangan ekspor karet alam ITRC di awal tahun 2018. Sementara pada Januari 2019, nilai ekspor karet alam tercatat sebesar 273 juta miliar dollar AS dengan volume ekspor 210.370 ton.
Menurut Kasan, pelaksanaan kebijakan pengurangan ekspor itu tertuang dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) No 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengurangan Tonase Ekspor Ke-6 untuk Komoditi Karet Alam. ”Meski demikian, pembatasan ekspor ini hanya sebagai solusi jangka pendek,” ujarnya.
Berkelanjutan
Sementara itu, untuk menjaga harga karet alam tetap stabil dan berkelanjutan, diperlukan serapan dalam negeri yang lebih optimal. Kasan menyatakan, untuk solusi jangka menengah, diterapkan penggunaan aspal karet (rubberized road).
Sebagai negara produsen karet yang tergabung dalam ITRC, Thailand memproduksi karet alam rata-rata sekitar 4,8 juta ton per tahun. Sementara produksi Indonesia sebanyak 3,6 juta ton dan Malaysia sekitar 700.000 ton (Kompas.id, 16 Januari 2019).
Serapan karet Indonesia belum beranjak dari kisaran 400.000-630.000 ton dalam tujuh tahun terakhir. Pada 2011-2017, Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mencatat, serapan domestik tertinggi terjadi pada 2017, yakni 629.800 ton (Kompas, 28 Februari 2019).
Deputi VII Kementerian Koordinator Perekonomian Rizal Affandi Lukman menyatakan, penggunaan aspal karet dapat menambah penyerapan karet alam secara domestik setidaknya sebanyak 100.000 ton.
”Saat ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang dalam proses penerbitan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang akan diberikan kepada provinsi dan kabupaten untuk pelaksanaan program aspal karet,” kata Rizal.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang dalam proses penerbitan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang akan diberikan kepada provinsi dan kabupaten untuk pelaksanaan program aspal karet.
Dalam upaya memaksimalkan penyerapan karet alam dalam negeri, produksi serta pemanfaatan ban vulkanisir juga menjadi pilihan. Rizal menilai, hal ini juga dapat menambah penyerapan dalam negeri hingga 100.000 ton.
Secara terpisah, Ketua Umum Gapkindo Moenardji Soedargo menyampaikan hal senada. Ia menuturkan, apabila ini tercapai, permintaan akan kebutuhan bahan baku karet alam dapat lebih stabil dan berkelanjutan.
”Aspal karet akan menjadi warna dalam komplemen penyerapan karet alam di dalam negeri mulai tahun ini hingga tahun-tahun ke depan. Begitupun dengan penggunaan ban vulkanisir, terlebih ketika sudah ada legalitas penggunaan ban bervulkanisir di Indonesia,” ujar Moenardji.
Ada pula solusi jangka panjang, yaitu dengan menanam ulang (replanting) pohon karet. Data dari Kementerian Koordinator Perekonomian, hingga saat ini, penanaman ulang pohon karet sudah berjalan seluas 6.000 hektar. Ke depan, ditargetkan mencapai 60.000 hektar per tahun.
Moenardji menilai, penyegaran pohon tua melalui penanaman kembali berarti akan ada sedikit pengurangan pasokan produksi karet alam karena pohon baru memerlukan waktu beberapa tahun sebelum dapat berproduksi. Namun, cara ini akan membuat suatu prospek ekonomi yang lebih baik.