Pendalaman Materi Soal Belum Cukup Jadi Modal Siswa
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendalaman materi dan latihan soal ujian nasional belum cukup menjadi modal menghadap ujian nasional. Persiapan jangka panjang perlu dilakukan dengan melibatkan kolaborasi antara guru, siswa, dan orangtua. Melalui pola ini, siswa diharapkan dapat mencapai hasil maksimal pada ujian nasional.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 35 Jakarta Dayat berpendapat pendalaman materi mulai dari kelas X hingga XII dan latihan soal bersifat jangka pendek. Persiapan itu dilakukan usai jam sekolah normal selama 2,5-3 jam. Tujuannya, agar siswa dapat lebih konsentrasi dan mendapatkan materi baru yang belum pernah didapatkan dari guru internal.
Agar siswa dapat berhasil dalam studinya, dibutuhkan kolaborasi antara guru, siswa, dan orangtua. Komunikasi tersebut dibutuhkan agar sekolah memahami kebutuhan dan kelemahan dari siswa. “Kami perlu menjalin komunikasi yang baik sehingga proses pembelajaran siswa dapat dilakukan dengan baik di sekolah dan rumah,” kata Dayat, Senin (1/4/2019).
SMAN 35 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang mengadakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada Senin (1/4/2019). Kepala Sekolah SMAN 35 Jakarta Atik Siti Atikah mengatakan, pihak sekolah telah menyiapkan siswa menghadapi UNBK melalui pendalaman materi dan latihan soal.
“Selain karena program pemerintah, kami tetap melakukan UNBK karena untuk menunjukkan kompetensi sekolah,” kata Atik. Ia pun menargetkan, hasil rata-rata ujian nasional pada tahun ini dapat meningkat daripada tahun ajaran 2017/2018 yang hanya mencapai 64,97.
Terkait fasilitas, SMAN 35 telah memiliki perangkat komputer yang dapat digunakan untuk UNBK dan menggunakan jaringan wilayah lokal (LAN) agar akses internet dapat stabil. Mereka membagi UNBK menjadi dua sesi untuk 210 siswa. Siswa pun telah diberikan simulasi dan menggunakan perangkat komputer pada ujian akhir sekolah. Cara itu membantu siswa agar tidak kebingungan dalam mengikuti UNBK.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Heru Purnomo mengatakan, pembelajaran yang baik harus mampu memenuhi kecerdasan siswa dari aspek kognitif (pengetahuan), afektif (emosi), dan psikomotorik (aktivitas fisik). Ketiga kecerdasan itu dapat dibina melalui jalinan kolaborasi guru dan orangtua, sehingga proses pembelajaran tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah.
Meskipun demikian, Heru menolak tetap diadakannya UNBK di sekolah karena sudah tidak menentukan kelulusan siswa. “UN hanya berguna untuk mengevaluasi lembaganya saja, bukan untuk peningkatan kualitas siswa,” ujarnya.
Selain itu, hasil dari UN juga tidak berpengaruh pada siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena perguruan tinggi menggunakan jalur tes terbuka. UN hanya sebagai persyaratan administratif saja.
Lanjutkan pendidikan
Sejumlah siswa SMAN 35 Jakarta mengaku ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yakni melalui perguruan tinggi. SMAN 35 Jakarta mencatat, sejak 2015 hingga 2018 jumlah persentase siswa yang masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) terus meningkat.
Pada 2015, jumlah siswa yang masuk PTN sebanyak 34,74 persen dan pada 2018 meningkat menjadi 55,22 persen. Mereka mengaku, ingin masuk ke perguruan tinggi negeri agar kelak dapat memperoleh pekerjaan yang layak.
Sakinah (17), siswi Kelas XII IPS 2 ingin melanjutkan kuliah untuk mengembangkan kemampuannya sehingga kelak memperoleh pekerjaan sesuai minatnya. Ia pun telah diterima di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung jurusan Manajemen Pemasaran Pariwisata melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Hal serupa dituturkan Lutfia (18), siswi Kelas XII IPS 3 telah diterima di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta jurusan akutansi. Ia memilih jurusan tersebut karena menyukai pelajaran ekonomi.
Sementera itu Andi Isya Billal (17), siswa Kelas XII Bahasa masih berusaha untuk dapat masuk di perguruan tinggi setelah gagal dalam tes SNMPTN. Ia ingin melanjutkan kuliah di jurusan perfilman atau penyiaran sesuai dengan hobinya. “Kalau nanti gagal lagi, saya akan bekerja dulu seperti jadi tukang ojek daring sambil ikut pelatihan membuat film,” ujar Andi.