Ancaman utama bagi bangsa Indonesia saat ini bukan lagi invasi militer, melainkan hoaks, terorisme, serta radikalisme yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Lembaga penyiaran mesti menangkal berbagai ancaman baru itu dengan membangun penyiaran yang berkualitas.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Ancaman utama bagi bangsa Indonesia saat ini bukan lagi invasi militer, melainkan hoaks, terorisme, serta radikalisme yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Lembaga penyiaran mesti menangkal berbagai ancaman baru itu dengan membangun penyiaran yang berkualitas.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, mengatakan, ancaman bangsa saat ini sudah berubah total. Jika pada 1990-an, ancaman datang dari invasi militer satu negara ke negara lain, kini yang lebih berbahaya justru serangan informasi dalam spektrum kehidupan masyarakat.
”Penyiaran jadi kekuatan yang sangat potensial dan strategis melawan ancaman baru seperti hoaks. Dengan penyiaran yang sehat dan berkualitas, kita bisa merawat persatuan bangsa Indonesia yang bhineka,” kata Wiranto dalam Rapat Koordinasi Nasional Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2019 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (2/4/2019).
Penyiaran jadi kekuatan potensial dan strategis melawan ancaman baru seperti hoaks. Dengan penyiaran yang sehat dan berkualitas, kita bisa merawat persatuan bangsa Indonesia yang bhineka
Menjelang pelaksanaan pemilihan umum serentak, penyiaran memiliki peranan strategis dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan sampai pemilu menjadi satu bagian dari ancaman yang membuat bangsa Indonesia tidak bersatu lagi. ”Tidak ada larangan berbeda pendapat atau pilihan, tetapi kebersamaan dan kesatuan sebagai bangsa tidak boleh terusik,” ujarnya.
Wiranto pun berpesan kepada KPI agar bersama aparat keamanan dan seluruh komponen bangsa tetap merawat persatuan dan kesatuan. Masyarakat harus terus diajak dan disadarkan agar jangan sampai terkecoh atau terpengaruh hoaks yang memang bertujuan memecahbelah bangsa. Hoaks itu bisa datang dari dalam maupun luar negeri.
”Saya menekankan kepada KPI, ayo bersama-sama merawat persatuan, menangkal ancaman dengan mencerahkan masyarakat Indonesia agar tetap bersatu sebagai bangsa walau kita menghadapi pilihan yang berbeda dalam pemilu,” ucapnya.
Kalau ada yang mengatakan, nanti akan rusuh pada saat pemilu, itu tidak benar karena aparat keamanan sudah melakukan suatu rencana operasional jauh sebelumnya
Jaminan keamanan
Wiranto juga memastikan aparat keamanan gabungan sudah siap mengamankan pelaksanaan pemilu. Pemilih diharapkan tetap tenang dan tidak perlu takut menggunakan hak pilih pada 17 April.
”Kalau ada yang mengatakan, nanti akan rusuh pada saat pemilu, itu tidak benar karena aparat keamanan sudah melakukan suatu rencana operasional jauh sebelumnya,” katanya.
Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak golput hanya karena takut hoaks yang mengatakan akan rusuh pada 17 April. Menurut Wiranto, hoaks itu bertujuan mencederai demokrasi dengan mencegah masyarakat menggunakan hak pilih alias golput. ”Maka, selalu saya katakan jangan percaya hoaks. Mari gunakan hak pilih lima tahun sekali. Kalau tidak, rugi,” tuturnya.
Ketua KPI Yuliandre Darwis mengatakan, walaupun berlatar belakang industri yang berbeda-beda, lembaga penyiaran memiliki satu kesatuan visi, yaitu menyampaikan persatuan Indonesia. Media penyiaran merawat persatuan dalam kebhinekaan agar masyarakat Indonesia jangan sampai terbelah karena situasi politik belakangan.
Di Indonesia, saat ini terdapat 2.097 radio serta 1.106 televisi lokal, berlangganan, dan induk jaringan televisi nasional yang diawasi KPI. Dalam penyiaran tentang pemilu, semua lembaga penyiaran itu harus berkomitmen menjaga keberimbangan dan netralitas.
”Ketika hoaks di mana-mana, hanya media arus utama yang masih dipercaya masyarakat. Kami yakin semua media arus utama berjuang untuk kebaikan negeri ini, tidak memecah belah, tetapi menyatukan,” kata Yuliandre.