JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat diimbau untuk tetap waspada pada musim pancaroba yang berlangsung Maret-April 2019. Pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau ini kerap terjadi hujan intensitas tinggi yang dapat memicu banjir bandang.
Kepala Sub-Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Agie Wandala Putra di Jakarta, Selasa (2/4/2019), mengatakan, pada masa pancaroba ini sering terjadi konveksi mendalam (deep convection). Hal itu ditandai dengan suhu yang tinggi pada pagi, tetapi turun hujan intensitas tinggi pada siang menjelang sore.
”Karakter hujan seperti ini bisa memicu banjir bandang. Masyarakat di wilayah lereng atau pegunungan diimbau tetap waspada. Kondisi ini akan terjadi sekitar sepuluh hari ke depan,” kata Agie.
Menurut dia, selain intensitas tinggi, hujan pada musim pancaroba juga sering disertai puting beliung, hujan es, dan kilat petir. Ancaman pohon tumbang dan genangan air di jalan akan sering terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Ia melanjutkan, hujan intensitas tinggi berpotensi terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Di wilayah pesisir barat Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua, masyarakat juga diminta waspada karena daerah itu masih berpotensi banjir. Sementara di Bali dan kepulauan Nusa Tenggara, udara relatif kering.
”Potensi hujan secara keseluruhan akan mulai berkurang pada Mei dan Juni,” ujar Agie.
Agie menambahkan, pergantian musim tahun ini berlangsung normal. Meskipun ada pola El Nino, dampaknya tidak begitu signifikan.
Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pada musim pancaroba, potensi banjir bandang, banjir, longsor, dan puting beliung meningkat meski luasan wilayahnya tidak banyak. Semua tergantung dari sifat dan sebaran cuaca yang ada.
Hujan pada musim pancaroba juga sering disertai puting beliung, hujan es, dan kilat petir. Ancaman pohon tumbang dan genangan air di jalan akan sering terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Menurut Sutopo, pada periode ini banyak terbentuk awan kumulonimbus yang menghasilkan hujan dengan intensitas tinggi dan durasi singkat. Kadang-kadang hujan ini diawali dengan angin kencang atau puting beliung.
Sutopo mengimbau warga agar tidak beraktivitas di bawah pohon ketika langit gelap karena cuaca mendung untuk mengantisipasi puting beliung. Dia juga mengimbau warga untuk tidak beraktivitas di tanah terbuka, apalagi dengan mengenakan benda-benda logam karena berisiko tersambar petir.
”Jangan pula melakukan banyak aktivitas di sekitar sungai karena ada risiko banjir,” kata Sutopo.