AS Cari Solusi Sengketa F-35 dengan Turki
WASHINGTON, RABU — Amerika Serikat berharap ada solusi dalam perselisihan dengan Turki soal pesawat tempur F-35. Ankara juga masih diharapkan mendapat jet tempur yang ikut dikembangkannya itu.
”Saya berharap, kita akan menyelesaikan masalah sehingga mereka bisa mendapat perangkat pertahanan terkait (rudal) patriot dan F-35,” kata Patrick Shanahan, Penjabat Menteri Pertahanan AS, Selasa (2/4/2019), di Washington.
Pernyataan itu disampaikan setelah AS mengumumkan akan menunda pengiriman F-35 ke Turki. Keputusan ini untuk menyikapi pilihan Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Kini, F-35 pesanan Ankara disimpan di Pangkalan Udara Luke, Arizona, AS. Di sana pula pilot-pilot Turki sedang berlatih menggunakan F-35.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar tetap optimistis Ankara akan menerima F-35 pesanan negaranya pada November 2019. Pelatihan di Arizona merupakan bagian dari upaya mencapai target itu. Tidak dijelaskan bagaimana imbas penundaan itu pada target Ankara mendapat jet terbaru itu menjelang akhir 2019.
Belum diketahui, apakah keputusan AS menunda pengiriman F-35 Turki akan berimbas para program pelatihan pilot-pilot Turki. Para pilot itu dijadwalkan mulai berlatih April ini.
Panglima Komando Gabungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jenderal Curtis Scaparrotti menyatakan, amat khawatir dengan peluang pengiriman F-35 ke Turki. Ia berharap ada solusi untuk masalah itu.
”Kami terus mengusahakan (mencari solusi dengan Turki soal F-35) sampai kami tahu itu tidak mungkin,” kata jenderal AS tersebut.
Keputusan Ankara membeli S-400 Rusia mencemaskan sekutunya di NATO.
Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford juga menyampaikan optimisme atas masalah itu. Ia menyatakan tidak akan menyerah dan akan terus mencari solusi dengan Ankara.
Cemas
Keputusan Ankara membeli S-400 Rusia mencemaskan sekutunya di NATO. Sebab, integrasi sistem pertahanan Turki dikhawatirkan membuat S-400 dan F-35, serta aneka produk buatan NATO, saling mengenali. Pengenalan itu membuat semua produsen produk pertahanan Rusia bisa mengembangkan cara menghadapi produk persenjataan dan pertahanan NATO, termasuk F-35.
Kecemasan NATO bertambah karena para anggota pakta itu kadang saling berbagi informasi sistem pertahanannya. Pembagian informasi itu bagian dari upaya membangun aliansi militer mereka tetap unggul.
Scaparrotti mengatakan, hubungan Ankara dengan NATO akan memburuk jika keputusan membeli S-400 diteruskan. NATO menganggap keberadaan produk Rusia dalam sistem pertahanan anggotanya sebagai tantangan.
”Saya tidak menyatakan Turki tidak bisa dipercaya. Saya menyatakan Anda menimbulkan risiko pada teknologi kami yang mungkin paling sensitif,” ujarnya.
Para anggota parlemen AS juga mencemaskan rencana Turki membeli S-400. Empat senator AS mengajukan rancangan undang-undang untuk melarang pengiriman F-35 ke Turki sampai AS memastikan Turki tidak akan membeli S-400.
Salah satu pengusul RUU itu, Jeanne Shaheen, menyatakan, sangat gembira dengan keputusan AS menunda pengiriman F-35. ”Keputusan itu membantu menjamin teknologi dan kemampuan militer AS tidak diambil Kremlin (Rusia),” ujarnya.
Kontribusi Turki
Sebagai anggota NATO, Turki ikut mengembangkan dan bisa membeli jet tempur terbaru itu. Sejak 2004, Turki ikut program pengembangan jet tempur yang diproduksi oleh perusahaan AS, Lockheed Martins.
Sedikitnya tujuh perusahaan Turki terlibat dalam pengembangan produksi F-35.
Sedikitnya tujuh perusahaan Turki terlibat dalam pengembangan produksi F-35. Perusahaan itu, antara lain, Alp Aviation yang membuat kerangka, perangkat pendaratan, hingga baling-baling. Sementara Ayesas ikut memproduksi bagian pengendalian peluncuran rudal dan layar di kokpit.
Adapun Fokker Elmo membuat sebagian jaringan kelistrikan dan interkoneksi (EWIS). Ada pula Roketsan dan Tubitak-SAGE yang memproduksi rudal berpemandu yang dipakai di F-35. Sementara Turkish Aerospace Industries membuat penopang mesin, pintu ruang senjata, saluran udara, hingga kulit luar F-35 yang menggunakan bahan komposit.
Beberapa waktu lalu, AS menyatakan tengah mencari produsen pengganti untuk suku cadang yang dibuat di Turki. Washington yakin bisa mendapatkannya walau tidak dijelaskan bagaimana caranya.
”Produk Rusia dipandang sebagai ancaman pada AS, terlepas siapa pun yang mengoperasikan dan apa tujuannya. Turki bukan cuma pembuat F-35. Mereka juga mitra produksi. Menghalangi pengiriman menunjukkan peningkatan ketegangan oleh AS dan menimbulkan dampak serius bagi kedua belah pihak,” kata Andrew Hunter, peneliti pada Center for Strategic and International Studies (CSIS) AS.
AS sudah berulang kali meminta Turki membatalkan pembelian S-400. Washington sampai menawarkan potongan harga untuk rudal patriot. Tidak dijelaskan berapa harga yang ditawarkan Washington kepada Ankara untuk rudal pertahanan yang sudah dipakai sejumlah negara sejak 1984 itu. (AP/REUTERS)