Hati Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti seperti terhibur saat mengunjungi pabrik pengolahan sampah di Tambakrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/4/2019). Di sana, dia melihat sampah dikelola warga setempat. Bekerja sama dengan organisasi nonpemerintah Systemiq yang didanai Pemerintah Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria, mereka mampu mengolah 10 ton sampah per hari.
”Ini satu upaya yang baik. Semua desa seharusnya punya seperti ini untuk menanggulangi sampah,” kata Susi.
Akan tetapi, harapan Susi tidak hanya digantungkan pada tempat pengolahan sampah terpadu. Dia ingin setiap rumah tangga membiasakan diri memilah sampah. Semua, katanya, butuh upaya banyak pihak untuk mewujudkannya.
Sampah memang membuat Susi galau saat berkunjung ke Banyuwangi. Sejak Selasa lalu, dia sudah berada di sana menghadiri acara Banyuwangi Underwater Festival. Di sela-sela gelaran itu, Susi menyempatkan diri bermain paddling di sekitaran perairan Bangsring. Datang bersama keluarga untuk memanfaatkan hari libur, ia menemukan sampah-sampah plastik mengapung mengotori lautan.
Sampah sekali lagi mengganggu Susi saat berkunjung ke Pulau Tabuhan keesokan harinya. Padahal, pulau dengan ciri khas pasir putih ini tak dihuni manusia. Akhirnya, ia bersama keluarganya harus terlebih dahulu membersihkan sampah sebelum menikmati alam Tabuhan.
Diabadikan di akun Instagram-nya, terlihat juga salah seorang cucu Susi yang sempat enggan berenang karena sampah. Terekam juga kegeraman cucu Susi saat menemukan sampah plastik. Video itu ditonton 616.620 kali, disukai 144.003 orang, dan dikomentari 3.289 orang dalam waktu 23 jam.
”Ada berton-ton sampah plastik di Pulau Tabuhan. Ayo anak muda Banyuwangi, adakan kegiatan bersih-bersih. Saya akan kembali untuk melihatnya nanti,” kata Susi.
Susi kembali bicara tentang sampah di hadapan nelayan di Muncar. Menurut dia, luas wilayah laut Indonesia mencapai 71 persen dari luas daratan. Namun, Indonesia dicap sebagai negara pembuang sampah terbanyak kedua di lautan.
”Mari kita kurangi jumlah sampah plastik di Indonesia,” ujar Susi dalam akun Instagram-nya. Hanya tiga jam sejak diunggah, video itu ditonton 120.978 orang, disukai 31.467 orang, dan dikomentari 621 orang.
Susi juga mengajak semua orang beralih dari penggunaan air minum botol kemasan sekali pakai ke botol minum yang bisa digunakan berulang kali. Tas plastik sekali pakai hendaknya tidak digunakan lagi. Susi yakin, Indonesia akan lebih hebat apabila warganya mau berubah.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang menemani Susi di Pantai Bangsring mengatakan, sampah itu adalah sampah kiriman. ”Ibu ke sini pas sampah datang, sekarang sudah mulai berkurang lagi. (Sampah) Ini suka datang dan pergi. Ini kiriman,” kata Anas kepada Susi.
Akan tetapi, pendapat itu langsung dibantah Susi. ”Ini dari pinggir (darat) ke laut, lalu ke pinggir lagi. Tidak ada sampah kiriman dari laut,” ujar Susi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Chotimah mengatakan, produksi sampah mencapai 1.100 ton per hari. Namun, hanya 295 ton yang tertangani dan diangkut ke tempat pembuangan akhir setiap hari.
”Dari total 1.100 ton produksi sampah per hari, 40 persen merupakan sampah anorganik, termasuk sampah plastik. Imbauan Bupati tentang penggunaan botol minum pribadi dan surat edaran pengurangan penggunaan kantong plastik jadi upaya menekan sampah plastik. Saat ini, tempat pembuangan akhir (TPA) milik Kabupaten Banyuwangi di Bulusan sudah melebihi kapasitas,” tutur Husnul.
Banyuwangi juga punya TPA sementara di Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari. Namun, TPA itu diperkirakan tak akan lama menampung sampah Banyuwangi. Kemampuannya diperkirakan hanya hingga satu tahun ke depan.
”Saat ini, Banyuwangi sedang merancang pembangunan TPA di lahan milik pemda Banyuwangi seluas 10 hektar di Desa Sidowangi, Kecamatan Wongsorejo. TPA itu akan menggunakan sistem sanitary landfill. Sampah yang ditumpuk dalam cekungan akan ditimbun dan dipadatkan dengan tanah setiap hari,” kata Husnul.
Harapan Susi melihat pantai-pantai indah Banyuwangi seharusnya bukan lagi mimpi. Menjadi etalase Indonesia di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi tak boleh lagi terkendala masalah sampah.