Harga gabah di tingkat petani masih anjlok di bawah harga pembelian pemerintah. Kondisi kritis ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga Mei.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Harga gabah di tingkat petani masih anjlok di bawah harga pembelian pemerintah atau HPP. Kondisi kritis ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga Mei jika Perum Bulog tidak menyerap gabah petani sesuai HPP.
Harga gabah kering panen (GKP) di sejumlah lokasi di Kabupaten Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat, dalam sepekan terakhir terpantau Rp 3.400 per kilogram (kg) hingga Rp 3.750 per kg. Jumlah itu jauh di bawah ketentuan Instruksi Presiden Nomor 5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.
Kami datang karena mendengar ada panen raya. Kami mengantisipasi harga gabah yang rendah. Ini waktu kritis bagi petani padi karena lagi panen puncak hingga bulan lima.
Sesuai Inpres itu, harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP adalah Rp 3.700 per kg. Namun, pemerintah memberikan fleksibilitas harga pembelian 10-20 persen sehingga harga GKP minimal Rp 4.070 per kg.
”Kami datang karena mendengar ada panen raya. Kami mengantisipasi harga gabah yang rendah. Ini waktu kritis bagi petani padi karena lagi panen puncak hingga bulan lima,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Indramayu, Kamis (4/4/2019).
Selain turut memanen padi, Amran juga berdialog dengan petani dan memberikan bantuan. Pekan lalu, kegiatan serupa digelar di Cirebon.
Menurut dia, panen raya memicu produksi yang melimpah. Dampaknya, harga gabah di tingkat petani dapat turun. Untuk itu, berdasarkan komitmen Kementan dan badan usaha milik negara, dalam hal ini Perum Bulog, gabah petani akan diserap minimal Rp 4.070 per kg.
”Kami minta Bulog jangan membiarkan petani rugi, ini tidak boleh. Tidak ada batasan penyerapan gabah. Kami akan keliling ke seluruh Indonesia. Di mana ada keluhan petani, di sana aku berada,” kata Amran. Ia juga meminta dinas pertanian di daerah untuk segera melapor jika harga gabah petani di bawah Rp 4.070 per kg.
Tidak semua gabah petani dihargai Rp 4.070 per kg. Penyerapan bisa di bawah harga tersebut jika kualitas gabah tidak sesuai aturan.
Bupati Indramayu Supendi berharap Bulog terus menyerap gabah petani dengan harga bagus. Apalagi, musim panen raya masih berlangsung. Saat ini, luas lahan yang panen di Indramayu sekitar 45 persen dari total 116.000 hektar.
”Masalahnya, panen padi di berbagai daerah juga serentak. Ini yang menurunkan harga gabah. Padahal, petani sudah bersiap untuk menanam padi musim gadu,” ujarnya.
Kendala Bulog
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jabar Benhur Ngkaimi mengatakan, pihaknya akan terus berupaya menyerap gabah petani. Di wilayah Jabar, dari target 202.000 ton beras, pihaknya baru menyerap kurang dari 10 persen. ”Prinsipnya, pemerintah hadir saat petani membutuhkan,” ucapnya.
Meski demikian, menurut dia, tidak semua gabah petani dihargai Rp 4.070 per kg. Penyerapan bisa di bawah harga tersebut jika kualitas gabah tidak sesuai aturan. Dalam Inpres, kualitas kadar air gabah yang diserap maksimal 25 persen dan kadar hampa (kotoran) maksimal 10 persen.
Di sisi lain, Bulog kekurangan mesin pengering. Di Indramayu yang merupakan sentra padi, hanya terdapat dua mesin pengering dengan kapasitas 8 ton per hari untuk setiap mesin. Padahal, dalam satu tahun, Indramayu bisa menghasilkan 1,7 juta ton GKP.
”Kami juga berharap Kementan menyiapkan alat ini. Kalau kami beli semua gabah di petani dan tidak bisa dikeringkan, pasti gabah rusak. Kami berharap petani juga bisa mengeringkan gabahnya,” ujar Benhur.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Cirebon Kuryadi meminta Bulog tidak mempermasalahkan kadar air hasil panen petani. Sebab, selain kesulitan lahan untuk menjemur padi, petani juga tidak memiliki alat pengering gabah.