Megawati: Pemerintah dan Petani Wajib Menjaga Lahan Persawahan
Semakin hari tanah persawahan berkurang. Seharusnya, sawah tidak boleh diganti. Mau makan apa kalau tidak ada sawah?
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta pemerintah dan petani menjaga lahan persawahan yang terus beralih fungsi. Penyusutan lahan persawahan mengancam berkurangnya sumber pangan masyarakat.
”Semakin hari tanah persawahan berkurang. Seharusnya, sawah tidak boleh diganti fungsinya. Mau makan apa kalau tidak ada sawah,” ujar Megawati saat hadir dalam acara panen padi di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis (4/4/2019).
Semakin hari tanah persawahan berkurang. Seharusnya, sawah tidak boleh diganti fungsinya. Mau makan apa kalau tidak ada sawah.
Turut hadir petani pemulia padi Surono Danu, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, anggota DPR Komisi IV Ono Surono, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dan petani setempat. Kedatangan Megawati disambut tari topeng dan tari lengser.
Megawati yang sempat menjabat anggota DPR Komisi IV, yang membidangi pertanian, mengenang Kabupaten Karawang dan Bekasi yang menjadi sentra padi nasional. Kini, kedua daerah itu dipadati perumahan hingga pabrik. Bahkan, kawasan industri terdapat di sana.
”Dulu, saya selalu melawan sawah di daerah itu beralih fungsi. Tapi, waktu itu, kan, kader PDI-P masih kecil, sekitar 54 orang di DPR. Kalah dengan Fraksi Golkar,” ujarnya.
Ia mengingatkan, dulu petani di Banten memberontak di kedua daerah itu. ”Mengapa? Karena Pemerintah Belanda ingin membuat sawah di Karawang dan Bekasi beralih fungsi,” ujar Megawati yang datang mengenakan pakaian putih dan syal berlambang lambang banteng bermoncong putih.
Hasil penghitungan yang dipublikasi pemerintah pada 22 Oktober 2018 menyebutkan, luas baku sawah berkurang dari 7,75 juta ha menjadi 7,1 juta ha selama 2013-2018. Artinya, 650.000 ha sawah beralih fungsi lima tahun terakhir, rata-rata 130.000 ha per tahun.
Oleh karena itu, Megawati meminta pemerintah dan petani tetap menjaga lahan persawahan. ”Anak muda juga mesti mau menjadi petani. Jangan ke kota saja. Sekarang, sebenarnya menggarap sawah lebih mudah. Caranya, buat kelompok tani,” ujarnnya
Anak muda juga mesti mau menjadi petani. Jangan ke kota saja. Sekarang, sebenarnya menggarap sawah lebih mudah. Caranya, buat kelompok tani.
Megawati juga menyinggung riset pertanian yang belum optimal. Padahal, penelitian untuk penemuan benih padi yang subur dan meningkatkan produksi dapat bermanfaat bagi masyarakat.
”Contohnya, benih padi MSP (Mari Sejahterakan Petani). Dalam satu malai, mencapai sekitar 790 bulir padi,” ujarnya.
Kendala kami, benih padi harus didaftarkan dan bersertifikat. Padahal, benih padi lokal sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Akhirnya, kita bergantung dengan benih lain.
Surono Danu mengatakan, benih padi MSP telah dikembangkan di Aceh hingga Papua. Di Indramayu, tercatat 4.009 hektar lahan yang menggunakan benih temuan Surono tersebut.
”Di Konawe, Sulawesi Tenggara, mencapai 6.000 hektar. Bahkan, di Kalimantan Tengah, benih MSP ditanam di lahan 140.000 hektar,” ujar pria kelahiran Cirebon itu.
”Kendala kami, benih padi harus didaftarkan dan bersertifikat. Padahal, benih padi lokal sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Akhirnya, kita bergantung dengan benih lain,” ujarnya. Surono lalu menjelaskan bahwa bulir padi MSP tadinya merupakan kepanjangan dari Megawati Soekarnoputri.