Musik Elektronik Bantu Usir Nyamuk ”Aedes Aegypti”
Oleh
M Zaid Wahyudi
·3 menit baca
Alunan musik elektronik, khususnya genre dubstep, bisa mencegah gigitan nyamuk, khususnya nyamuk Aedes aegypti. Studi yang dilakukan sejumlah peneliti lintas negara itu menunjukkan, nyamuk yang terpapar musik elektronik menjadi lebih jarang menyerang manusia dan bereproduksi.
Dubstep adalah aliran musik dance elektronik yang berasal dari selatan London, Inggris, dan mulai berkembang tahun 1990-an. Dalam uji ini, musik dubstep yang diujikan berasal dari lagu ”Scary Monsters And Nice Sprites” karya penyanyi Amerika Serikat, Skrillex.
Seperti dikutip dari BBC, Senin (1/4/2019), lagu yang memenangkan Anugerah Grammy 2012 untuk Album Dance/Elektronik Terbaik itu memadukan suara dengan frekuensi yang sangat rendah dan frekuensi sangat tinggi sekaligus.
Pada banyak binatang, suara dan penerimaan suara sangat memengaruhi reproduksi, kemampuan bertahan hidup, dan kemampuan menjaga populasi mereka. Sementara pada serangga, getaran suara dengan frekuensi rendah mendorong mereka berinteraksi seksual, tetapi munculnya suara gangguan, seperti dari suara dengan frekuensi tinggi, bisa mengganggu persepsi mereka.
Pada banyak binatang, suara dan penerimaan suara sangat memengaruhi reproduksi, kemampuan bertahan hidup, dan kemampuan menjaga populasi mereka.
Nyamuk memang memiliki kemampuan merespons suara dengan rentang frekuensi besar. Bahkan, nyamuk jantan dan betina harus menyelaraskan nada suara yang dihasilkan saat terbang. Namun, dampak musik pada nyamuk tersebut belum diteliti.
Perilaku nyamuk
Untuk melihat dampak musik itu, para peneliti dari sejumlah negara yang dipimpin Hamady Dieng dari Institut Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan (Institut Kepelbagaian Biologi dan Pemuliharaan Alam Sekitar) Universitas Malaysia Sarawak, Malaysia, meneliti pengaruh musik tersebut terhadap perilaku seksual nyamuk Aedes aegypti.
Perilaku nyamuk Aedes aegypti yang ingin dilihat adalah cara mereka mencari makan, menyerang manusia, dan perilaku seksualnya. Peneliti Indonesia yang terlibat dalam riset ini adalah Erida Wydiamala dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Hasil yang dipublikasikan di jurnal Acta Tropica, 25 Maret 2019, itu menemukan nyamuk Aedes aegypti betina yang tidak terpapar musik elektronik itu lebih awal menggigit manusia dibandingkan dengan nyamuk yang terpapar jenis musik tersebut. Artinya, nyamuk yang terpapar musik menjadi makin lambat menyerang manusia. Selain itu, nyamuk yang terpapar musik juga lebih jarang menggigit manusia.
Nyamuk yang terpapar musik menjadi makin lambat menyerang manusia. Selain itu, nyamuk yang terpapar musik juga lebih jarang menggigit manusia.
”Paparan musik elektronik itu menunda respons nyamuk untuk menggigit manusia,” tulis peneliti, seperti dikutip di sciencedirect.com.
Selama musik dari lagu ”Scary Monsters And Nice Sprites” itu diperdengarkan, transfer darah dari nyamuk yang mengandung virus dengue ke manusia menjadi lebih rendah. Proses reproduksi nyamuk juga menjadi terganggu karena nyamuk jadi lebih jarang kawin. Lebih lanjut, kondisi itu akan mengganggu regenerasi nyamuk.
Studi ini, menurut peneliti, memberikan gambaran tentang sensitivitas pendengaran nyamuk Aedes aegypti terhadap suara musik elektronik bisa dijadikan sarana untuk mengendalikan perkembangan nyamuk pemicu demam berdarah dan zika tersebut. Hasil ini bisa dijadikan metode baru untuk pengendalian nyamuk pembawa penyakit dan melindungi manusia.