Suara dari Hampir 17 Persen Pemilih Masih Mungkin Berubah
Oleh
Ingki Rinaldi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kelompok swing voters dan undecided voters dalam Pilpres 2019, berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia pada 22-29 Maret 2019, terdistribusi relatif merata di kedua pasangan calon. Berdasarkan model prediksi untuk menentukan distribusi dukungan akhir yang dibangun dari hasil itu, pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin diperkirakan unggul atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hal itu terungkap dalam pembahasan temuan survei Indikator Politik Indonesia bertajuk ”Dinamika Elektoral dan Arah Dukungan Swing dan Undecided Voters Jelang Pemilu Serentak 2019” yang dilakukan di kantor Indikator Politik Indonesia di Jakarta, Rabu (3/4/2019).
Namun, masih ada waktu sekitar dua pekan sebelum hari pencoblosan yang memungkinkan terjadi perubahan. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam presentasinya menyebutkan, dalam waktu sekitar dua minggu ke depan, apa pun bisa saja terjadi.
”(Karena itulah) Semakin dekat survei (dengan hari pemungutan suara), (maka) semakin bagus,” kata Burhanuddin. Ia berharap ada lagi lembaga survei lain yang melakukan survei serupa pada hari-hari mendatang menjelang hari pencoblosan.
Adapun dari survei dengan 1.220 responden tersebut, hingga akhir Maret 2019 diketahui basis kuat pendukung pasangan calon (paslon) Jokowi-Amin sebesar 46,6 persen. Sementara basis kuat pendukung paslon Prabowo-Sandiaga sebesar 29,2 persen. Besaran kelompok yang belum menentukan pilihan (undecided voters) sekitar 7,2 persen.
Angka swing voters, jika digabung, sebesar 16,9 persen. Masing-masing 8,8 persen di kubu Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan 8,1 persen di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Swing voters didefinisikan sebagai pemilih yang sudah memiliki keputusan terkait paslon pilihan, tetapi pilihan tersebut masih bisa berubah.
Sementara angka swing voters, jika digabung, sebesar 16,9 persen. Masing-masing 8,8 persen di kubu Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan 8,1 persen di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Swing voters didefinisikan sebagai pemilih yang sudah memiliki keputusan terkait paslon pilihan, tetapi pilihan tersebut masih bisa berubah.
Karena itulah, dalam survei tersebut dilakukan pula analisis kemungkinan arah dukungan kelompok swing voters dan undecided voters. Dari temuan survei diketahui bahwa secara umum kelompok swing voters dan undecided voters berada di tengah-tengah basis kuat paslon Jokowi-Amin dan Prabowo-Sandiaga dengan jarak nyaris sama.
Analisis kemungkinan arah dukungan ini didasarkan pada karakteristik sosiologis, psikologis, dan ekonomi politik. Hal ini karena karakteristik-karakteristik itu biasanya selalu berinteraksi dalam menjelaskan arah dukungan pemilihan.
Survei tersebut juga memotret distribusi dukungan akhir kepada kedua paslon yang dilakukan dengan analisis lewat pemodelan. Ini dilakukan guna memperkirakan elektabilitas setiap paslon.
Model tersebut menunjukkan distribusi relatif merata suara swing voters dan undecided voters pada kedua paslon. Dengan distribusi pada paslon Prabowo-Sandiaga yang diketahui sedikit lebih banyak.
Hasilnya diketahui bahwa agregat suara akhir berdasarkan pemodelan tersebut paslon Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin beroleh 57,9 persen suara. Sementara paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan 42,1 persen.
Mengomentari hal itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem Johnny G Plate, yang mewakili kubu paslon Jokowi-Amin, mengatakan bahwa hasil survei itu mengonfirmasi kerja keras yang mereka lakukan. Selain itu, imbuh Johnny, hasil itu juga mengonfirmasi target kemenangan dengan keunggulan 60 persen plus sangat mungkin terjadi, dengan beberapa catatan.
Sementara Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan yang mewakili kubu paslon Prabowo-Sandiaga mengatakan, pihaknya menanti sejumlah ”variabel misteri” yang mungkin mengubah hasil akhir pemilihan menjadi berbeda berbeda dibandingkan dengan hasil survei, dalam waktu sekitar dua pekan mendatang. Hinca mengibaratkan hal itu sebagaimana pertandingan sepak bola, di mana sejumlah hal, seperti salah mengoper bola, off-side, mencetak gol bunuh diri, dan diving di dalam kotak penalti, sebagai ”variabel misteri” yang bisa saja dilakukan tim lawan.