JAKARTA, KOMPAS — Dalam empat hari terakhir, dua kali tanggul saluran penghubung di Kali Pulo, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, jebol saat hujan deras. Warga sekitar tanggul, atau lebih dikenal sebagai warga Kampung Air, berharap pemerintah segera membenahi saluran penghubung untuk mencegah berulangnya tanggul jebol di wilayah itu.
Fondasi tanggul Kali Pulo yang sedang dalam perbaikan kembali jebol pada Selasa, 2 April. Sebelumnya, Minggu, 31 Maret, fondasi tanggul itu rontok karena tidak mampu menahan volume air yang datang ketika hujan deras turun di Kampung Air dan sekitarnya.
Maisaroh (64), warga RT 003 yang tinggal di depan tanggul jebol, Rabu (3/4/2019), mengatakan, hingga kemarin sore belum ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumahnya yang retak dan miring diterjang banjir. Sebagian tembok rumah itu juga roboh.
”Saya berharap pemerintah segera menawarkan relokasi. Saya sudah enggak betah tinggal di sini. Sudah capek setiap tahun rumah hancur karena tanggul jebol,” kata Maisaroh dengan berlinang air mata.
Sudah capek setiap tahun rumah hancur karena tanggul jebol.
Sejak tinggal di lokasi itu pada 1995, Maisaroh mengatakan, hampir setiap tahun rumahnya tergenang banjir, terutama di bulan Februari atau Maret. Pada 2017, ketinggian dan arus banjir jauh lebih besar daripada sebelumnya.
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan Holi Susanto mengatakan, saat ini belum ada rencana normalisasi saluran di Kali Pulo ataupun merelokasi warga. Petugas SDA yang diturunkan ke lokasi fokus memperbaiki dan memperkuat tanggul jebol.
Padahal, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan ketika meninjau Kali Pulo pada 21 Desember 2017 menyatakan, Kali Pulo harus dilebarkan karena parahnya penyempitan. Di beberapa ruas, lebar trase Kali Pulo tinggal 1,5 mster-2 meter, padahal lebar trase seharusnya 20 meter (Kompas, 22/12/2017).
Tewas tertimpa pohon
Hujan deras dengan intensitas tinggi di Jakarta pada awal pekan ini juga menyebabkan pohon tumbang dan menelan korban jiwa, Selasa (2/4/2019), di Jalan Dermaga Raya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Suku Dinas Pertamanan Jakarta Timur diimbau mengecek pohon-pohon yang membahayakan.
Suyatno (54), warga Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, pengendara mobil pikap, meninggal tertimpa pohon angsana berdiameter 90 sentimeter ketika melintas di Jalan Dermaga Raya, Selasa, sekitar pukul 15.30.
Posisi pohon ada di belakang pagar perusahaan air mineral. Di sekitar tegakan pohon hampir semua ditutup semen.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur Gatot Sulaeman mengatakan, mobil B 9370 TAG itu rusak parah di bagian depan karena tertimpa pohon. Kondisi tersebut menyulitkan petugas untuk melakukan evakuasi.
”Kami fokus penyelamatan korban dulu. Korban terimpit pohon dan mengenai kepala. Itu cukup menyulitkan kami. Korban tidak dapat diselamatkan,” kata Gatot.
Wali Kota Jakarta Timur M Anwar yang meninjau lokasi kejadian mengimbau Suku Dinas Pertamanan meneliti pohon-pohon di kotanya.
”Saya selaku Wali Kota turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya, semoga enggak terjadi lagi. Kami sedang selidiki penyebab pohon tumbang. Apakah karena tidak di-topping atau faktor usia. Bersama polisi dan dinas terkait, kami akan amati dan teliti,” ujar Anwar.
Anwar mengatakan, daerah Duren Sawit bukan daerah rawan pohon tumbang. Daerah rawan pohon tumbang di di Jakarta Timur ada di Condet, Makasar, Kramatjati, Ciracas, Cipayung, dan Pasar Rebo.