JAKARTA, KOMPAS — Persepsi serta ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi sepanjang enam bulan ke depan menurun. Hal ini menandakan konsumen tengah bersiap menghadapi kenaikan harga akibat meningkatnya permintaan barang dan jasa sepanjang periode Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri.
Bank Indonesia (BI) mencatat ada penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) Maret 2019 meskipun tetap berada di atas level optimistis, yakni di atas 100. IKK sepanjang Maret 2019 tercatat 124,5, lebih rendah dibandingkan dengan Februari 2019 di level 125,1.
Dalam keterangan tertulis, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan, meski persepsi konsumen saat ini terjaga, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan menurun.
”Persepsi konsumen terhadap kondisi saat ini tetap kuat. Sementara ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang menurun meski indeksnya masih tinggi,” ujarnya.
Penurunan tergambar dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang Maret ini berada di level 108,9 atau lebih rendah daripada bulan sebelumnya di level 109,4. Penurunan terjadi karena keyakinan konsumen untuk membeli barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja saat ini turun dibandingkan dengan enam bulan lalu.
Dalam tiga bulan terakhir, indeks ketersediaan lapangan kerja terus menurun. Pada Januari 2019 indeks tercatat 96,8, kemudian turun pada Februari 2019 menjadi 95,6 dan turun lagi pada bulan ini menjadi 95,2. Dalam survei ini, angka indeks di bawah 100 menggambarkan sikap pesimistis dari konsumen.
Dalam tiga bulan terakhir, indeks ketersediaan lapangan kerja terus menurun. Pada Januari 2019 indeks tercatat 96,8, kemudian turun pada Februari 2019 menjadi 95,6 dan turun lagi pada bulan ini menjadi 95,2.
”Dari sisi tekanan harga, seiring dengan periode Idul Fitri konsumen memperkirakan ada peningkatan tekanan harga pada Juni 2019, tetapi akan kembali terjadi penurunan tekanan harga pada September 2019,” ujar Onny.
Konsumen memperkirakan pada Juni 2019 pengeluaran untuk konsumsi akan masih tetap tinggi seiring dengan periode Idul Fitri meskipun tidak setinggi bulan sebelumnya. Adapun jumlah tabungan dan utang pada enam bulan mendatang diperkirakan akan meningkat.
Dari sisi tekanan harga, seiring dengan periode Idul Fitri konsumen memperkirakan ada peningkatan tekanan harga pada Juni 2019, tetapi akan kembali terjadi penurunan tekanan harga pada September 2019.
Waspadai inflasi
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mencatat inflasi tahunan pada Maret 2019 sebesar 2,48 persen merupakan terendah sejak Desember 2019. Ini menunjukkan koordinasi pemerintah dan Bank Indonesia sangat baik dalam menjaga ketersediaan barang dan jasa.
Menurut Josua, komponen inflasi inti dan komponen harga diatur pemerintah masih menjadi kontributor utama inflasi bulan lalu. Sementara barang pokok harga bergejolak cenderung stabil, bahkan mengalami penurunan harga, antara lain beras, daging ayam, daging sapi, dan telur ayam.
Namun, dia memperkirakan inflasi akan cenderung kembali meningkat dalam 2-3 bulan ke depan akibat siklus periode Ramadhan dan hari raya Idul Fitri serta tahun ajaran baru sekolah, yang mendorong konsumsi masyarakat meningkat.
”Justru April 2019 ini harus terjadi inflasi jelang Ramadan dan Idul Fitri, mengingat konsumsi masyarakat seharusnya tinggi. Kalau rendah, justru mengindikasikan pertumbuhan ekonomi akan melambat,” ujarnya.
Pemerintah, menurut Josua, tetap perlu menjaga harga bahan makanan tidak melonjak terlalu tinggi, khususnya bahan pokok seperti daging dan daging ayam yang permintaannya selalu melonjak ketika memasuki periode Ramadhan.