Manila: Kehadiran Nelayan China di Pagasa Ilegal
Manila menuding Beijing mengerahkan milisi ke pulau yang diklaim Filipina di Laut China Selatan. Pengerahan itu dinilai mengancam stabilitas dan perdamaian kawasan.
Manila, kamis Kementerian Luar Negeri Filipina menegaskan, kehadiran lebih dari 200 kapal nelayan China di perairan Pulau Thitu atau Pagasa adalah ilegal. Kehadiran itu, menurut Manila, merupakan pelanggaran atas kedaulatan Filipina.
”Kehadiran kapal-kapal China dekat dan di sekitar Pagasa adalah ilegal. Tindakan jelas pelanggaran terhadap kedaulatan Filipina. Tindakan itu jika tidak disangkal Pemerintah China, maka dianggap disetujui (Pemerintah China),” demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri Filipina, Kamis (4/4/2019).
Lebih tegas, pihak militer Filipina menduga nelayan-nelayan yang hadir adalah milisi Beijing. ”(Kapal-kapal) ini diduga milisi maritim. Ada masa mereka diam saja tanpa menangkap ikan,” kata juru bicara Komandan Armada Barat Filipina Kapten Jason Ramon.
Pulau Pagasa atau Thitu terletak di Laut China Selatan dan diklaim Filipina. Pulau itu berdekatan dengan perairan yang diklaim China di Laut China Selatan. Tidak ada kejelasan kapan pastinya protes dikirimkan Manila ke Beijing. Filipina adalah salah satu negara yang berselisih dengan China gara-gara klaim atas sebagian wilayah di Laut China Selatan.
Perairan itu adalah rute pelayaran global yang dilewati aneka barang bernilai hingga 3,4 triliun dollar AS per tahun Kemlu Filipina mengatakan, ”taktik pengepungan” menimbulkan pertanyaan tentang tujuan kapal-kapal itu. Sejumlah pihak menduga pengerahan kapal-kapal itu untuk menekan Filipina terkait proyek infrastruktur yang dibangun China di pulau itu.
”Kami mendesak pihak terkait menghindari tindakan apa pun yang berseberangan dengan Deklarasi ASEAN-China tentang Tindakan Para Pihak di Laut China Selatan karena (kejadian) ini menimbulkan ketegangan, ketidakpercayaan dan ketidakpastian, serta mengancam perdamaian dan kestabilan kawasan,” kata Kemlu Filipina.
”Fakta bahwa mereka di sana dan tinggal selama berminggu- minggu. Mengapa dan apa yang mereka lakukan,” ujar Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Salvador Panelo.
Bantahan China
Duta Besar China untuk Filipina Zhao Jianhua mengatakan, tidak ada nelayan yang membawa senjata. Beijing dan Manila dipastikan terus membahas persoalan maritim melalui jalur diplomatik dan bersahabat. ”Tidak perlu cemas tentang kemungkinan konflik,” ujarnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, pembahasan isu Laut China Selatan di Filipina pada Rabu kemarin berlangsung ”jujur, bersahabat, dan konstruktif”. Menurut dia, kedua belah pihak mengukuhkan isu Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai oleh pihak yang terlibat langsung.
Dalam berbagai kesempatan terpisah, Beijing terus menyatakan hanya pihak terlibat langsung yang bisa membahas masalah Laut China Selatan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo pernah berjanji akan membantu Filipina jika ada serangan di Laut China Selatan. Janji itu disampaikan Pompeo di Manila dalam lawatan Maret 2019.
Berbeda
Thitu hanya terletak 24 kilometer dari Karang Subi yang diklaim China. Beijing sudah mereklamasi karang itu dan membangun radar hingga mercusuar di sana. Landas pacu, rudal antiserangan udara, dan hanggar juga ada di Subi. Jalan mulus dibangun China di lahan reklamasi itu.
Sebaliknya di Pagasa alias Thitu, hampir tidak ada jalan beraspal. Pulau itu dihuni 37 keluarga. Tidak ada layanan internet, sinyal televisi tidak menjangkau ke sana. Tidak ada pula toko dan kedai di pinggir jalan karena memang tidak ada yang bisa disebut jalan di pulau seluas 37 hektar itu.
Pagasa adalah daratan terbesar dari tujuh karang di sekitar perairan yang diklaim Filipina di dekat Kepulauan Spratly yang diklaim China. Pagasa dan karang-karang sekitarnya berjarak 518 kilometer dari daratan utama Filipina.
Meski hanya satu yang dihuni, Manila menganggap serius Pagasa dan karang di sekitarnya. Sebab, Pagasa menjadi andalan Manila menjaga klaim atas perairan dan wilayah di Laut China Selatan.
(AP/AFP/REUTERS/RAZ)