Pulau Ndana di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan pulau terluar paling selatan Indonesia, memerlukan dukungan pengamanan lebih maksimal. Sebab, ancaman masuknya warga asing terbilang tinggi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
ROTE DAO, KOMPAS — Pulau Ndana di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan pulau terluar paling selatan Indonesia, memerlukan dukungan pengamanan lebih maksimal. Sebab, ancaman masuknya warga asing terbilang tinggi.
Komandan Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar di Pulau Ndana Kapten Marinir Agus Dwi mengatakan, dalam setahun, lebih dari 650 warga negara asing memasuki perairan itu. Sebagian besar tidak diperlengkapi dokumen resmi.
Warga negara asing yang memasuki perairan itu juga kebanyakan sengaja tidak melapor kepada petugas yang berjaga di pos pengamanan karena memiliki maksud mengeksploitasi sumber daya di wilayah itu. ”Mereka diindikasikan memiliki kepentingan khusus menyelidiki dan mengambil berbagai potensi sumber daya yang ada di pulau ini,” katanya, saat kunjungan komunitas pesepeda KompasJelajah Rote ke Pulau Ndana, Jumat (5/4/2019).
Mereka diindikasikan memiliki kepentingan khusus menyelidiki dan mengambil berbagai potensi sumber daya yang ada di pulau ini.
Selain potensi hasil laut, Ndana juga memiliki kawasan lindung yang menjadi habitat rusa. Terhadap warga negara asing yang diketahui menjaring ikan di perairan Indonesia, timnya langsung mengusir kapal tersebut. Sejauh ini pengamanan pulau telah diperlengkapi satu unit sea rider dengan mesin 250 PK serta 2 unit perahu karet bertenaga 40 PK.
Jumat siang, petugas pengamanan kembali mengejar sebuah kapal asing berpenumpang warga asal Australia. Saat diminta menunjukkan dokumen perjalanannya, ketiga penumpang, yakni Christoper Sampson, Dominie Thomas, dan David Joseph, tidak dapat menunjukkan. Mereka mengaku masuk ke perairan itu untuk berselancar.
Pulau Ndana seluas 12 kilometer persegi tidak dihuni penduduk selain 34 penjaga keamanan gabungan dari TNI AL, Marinir, dan TNI AD. Menjaga di pulau terluar itu penuh tantangan. Menurut Agus, saat musim gelombang tinggi sejak Maret hingga Mei, distribusi logistik terkendala. Tak jarang tim harus bertahan dalam kondisi stok logistik minim. Begitu pula suplai obat-obatan terbatas.
Editor:
Siwi Yunita
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.