JAKARTA, KOMPAS – Prestasi demi prestasi yang ditorehkan para atlet atletik elite pelatnas menebar aura positif ke semua atlet lain di pelatnas, termasuk para atlet remaja. Para atlet muda itu kian bersemangat untuk menjadi lebih baik dan bisa berprestasi membanggakan layaknya para senior mereka, terutama seperti atlet lari 100 meter putra Lalu Muhammad Zohri.
Euforia sedang melanda dunia atletik Indonesia, terutama di pelatnas atletik PB PASI. Setidaknya, sejak 2018 hingga sekarang, para atlet atletik terbaik nasional terus menorehkan tintas emas di sejumlah kejuaraan internasional bergengsi. Pada 2018, Zohri menggemparkan dunia atlet internasional lewat prestasi juara lari 100 meter dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finladia.
Tak lama berselang, para jagoan atletik Indonesia menyumbangkan prestasi apik pada Asian Games 2018 di Jakarta. Mereka antara lain tim estafet 4x100 meter putra (Mohammad Fadlin, Zohri, Eko Rimbawan, Bayu Kertanegara) yang meraih perak estafet 4x100 meter, Emilia Nova meraih perak lari 100 meter gawang putri, dan Sapwaturrahman meraih perunggu lompat jauh putra.
Terakhir, pada Grand Prix Malaysia Terbuka 2019 di Kuala Lumpur selama 30-31 Maret, para atlet Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan. Dari ketiga atlet Indonesia yang diundang panitia, ketiganya meraih emas, yakni Zohri di lari 100 meter, Emilia di 100 meter gawang putri, dan Sapwaturrahman di lompat jauh. Adapun kejuaraan itu menjadi pemanasan sebelum Kejuaraan Asia Atletik di Doha, Qatar selama 21-24 April.
Rentetan prestasi itu menjadi kebanggaan bagi seluruh anggota pelatnas. Bahkan, hal itu turut meningkatkan gairah para atlet lain untuk turut menorehkan prestasi membanggakan, terutama di kalangan atlet remaja. Sebanyak 12 atlet remaja (7 putra dan 5 putri) kian bersemangat untuk mengejar prestasi yang tak kalah membanggakan. Mereka pun tak ragu untuk berusaha menyaingi para senior yang berprestasi tersebut.
”Kata Ibu Eni (pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini), walaupun kamu masih muda, kamu tidak boleh ragu untuk mengejar prestasi para senior. Jangan menunda-nunda untuk berprestasi. Kalau kamu mampu, kamu juga buktikan, termasuk untuk bersaing dengan para senior,” ujar pelari remaja asal Bangka Belitung Muhammad Ardiansyah ditemui seusai latihan di Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Ardiansyah bergabung di pelatnas sejak 10 Januari 2019. Pelari berusia 17 tahun itu direkrut setelah meraih emas lari 100 meter di Pekan Olahraga Provinsi Bangka Belitung di Koba, Bangka Tengah pada 2018. Setelah itu, ia langsung dapat kepercayaan ikut Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2019 di Filipina dan ikut meraih emas di estafet 4x100 meter campuran, perak di estafet 4x100 meter putra, serta perunggu 100 meter.
”Di Filipina, saya juga mencatat waktu terbaik pribadi di 100 meter dengan 10,95 detik. Saat mengikuti Kejuaraan Asia Atletik Remaja 2019 di Hong Kong, saya hanya sampai semi final dan mundur karena mengalami gejala cidera hamstring,” katanya.
Sekarang, lanjut Ardiansyah, motivasi terbesarnya ingin menjadi seperti Zohri. Hal yang paling utama yang ingin dipelajarinya dari Zohri adalah teknik langkah kaki yang selalu tinggi dari awal hingga akhir lari, jangkauan kaki yang panjang, dan frekuensi lari yang cepat. ”Saya masih banyak kekurangan di teknik-teknik itu,” tuturnya.
Ardiansyah sangat ingin menjadi pelari yang sukses. Ia ingin memecahkan rekor dari tingkat nasional hingga internasional, serta menjadi juara di kejuaraan internasional bergengsi seperti rekan sekaligus idolanya, Zohri. ”Dengan berprestasi, saya juga ingin membantu mengangkat ekonomi keluarga,” ujarnya.
Menular ke putri
Kesuksesan Zohri juga menumbuhkan semangat di kalangan atlet putri remaja. Pelari asal Riau Diva Aprilian salah satunya. Pelari berusia 15 tahun itu direkrut pelatnas sejak 10 Januari 2019 pasca meraih peringkat dua lari 200 meter pada Kejuaraan Nasional Atletik Remaja 2018 di Jakarta.
Pelari spesialis 100 meter dan 200 meter itu turut berpartisipasi pada Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2019 dan ikut meraih emas di estafet 4x100 meter putri. Ketika di Kejuaraan Asia Atletik Remaja 2019, ia hanya duduk di peringkat ketujuh lari 200 meter tetapi berhasil memecahkan rekor pribadi dengan waktu 25,30 detik.
”Saya ingin seperti Kak Zohri. Dia masih muda tetapi sudah banyak prestasinya. Saya ingin sungguh-sungguh latihan membenahi teknik dan kecepatan lari agar bisa meraih banyak prestasi, terutama seperti Kak Zohri,” kata Diva.
Eni menyampaikan, para pelari remaja yang ada sekarang memiliki potensi yang bagus, terutama dari sektor putri. Terbukti di Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2019 dan Kejuaraan Asia Atletik Remaja 2019, para atlet putri menjadi penyumbang medali terbanyak untuk kontingen Indonesia.
Secara teknik, kemampuan pelari putri remaja sudah sangat baik. Itu tak lain karena mereka rata-rata sudah lebih lama di pelatnas, yakni sekitar setahun terakhir. ”Bahkan, pelari-pelari putri remaja yang ada sekarang punya potensi untuk turun di SEA Games 2019 Filipina, terutama untuk memperkuat tim estafet 4x100 meter putri,” tutur Eni.