VALENCIA, KAMIS — Real Madrid berpotensi mencatat sejarah terburuk dalam satu dekade terakhir menyusul kekalahan dari Valencia, 1-2, di Stadion Mestalla, Kamis (4/4/2019) dini hari WIB. Permasalahan di dalam ”El Real” itu menimbulkan enigma, yang bahkan seorang Zinedine Zidane pun belum bisa memecahkannya.
Menghadapi Valencia yang berjuang finis di peringkat empat besar, Real kehilangan tiga elemen penting yang membuat mereka mampu menguasai Eropa tiga musim terakhir. Ketiga elemen itu, seperti ditulis laman Marca, adalah permainan cantik, intensitas, dan gol.
Valencia dapat dengan mudah menyusun serangan dan bisa membobol gawang Real dua kali. Gol pertama dicetak Goncalo Guedes pada menit ke-35 dan gol kedua oleh Ezequiel Garay pada menit ke-83. Sementara itu, Real sangat terlambat membalas gol melalui Karim Benzema pada menit ke-90+3.
Kekalahan ini menyusul hasil buruk pada laga sebelumnya melawan Huesca. Meski menang 3-2, Real seharusnya tidak kebobolan dua gol saat melawan tim penghuni dasar klasemen Liga Spanyol itu. Apalagi laga itu berlangsung di Stadion Santiago Bernabeu.
Valencia kemudian ”menampar” Zidane pada laganya yang ketiga setelah kembali menangani El Real menggantikan Santiago Solari. Harapan kepada Zidane untuk membangkitkan El Real, seperti saat ia mempersembahkan tiga trofi Liga Champions tiga musim terakhir, semakin pudar.
Musim ini Real sudah keluar dari jalur perebutan juara Liga Spanyol, tersingkir di Liga Champions dan Copa del Rey. Mereka kalah 15 kali dalam semua kompetisi. Satu kekalahan lagi, mereka akan menyamai rekor buruk musim 2008/2009 ketika menelan 16 kekalahan semusim.
Dari sisi produktivitas gol, catatan Real tidak kalah berantakan. Mereka baru mencetak 53 gol dan kebobolan 36 gol, atau selisih gol positif 17 gol. Dibandingkan dengan era Real ketika masih diperkuat Cristiano Ronaldo pada 2009-2010 hingga 2017-2018, selisih gol Real minimal 43 gol.
”Kami semua tampil buruk. Ini adalah musim yang sangat buruk,” kata gelandang bertahan Real, Casemiro. Pemain asal Brasil ini menyebut tumpulnya lini serang tim menjadi masalah utama. Di sisi lain, publik sebenarnya juga jelas melihat pertahanan Real sama buruknya.
Kehancuran di segala lini menjadi problem utama Real saat ini. Dari sinilah enigma itu muncul karena El Real memiliki komposisi pemain kelas satu dunia. Mereka punya Luka Modric, Toni Kroos, Sergio Ramos, dan Thibaut Courtois.
Tidak banyak yang berubah dari tim ini setelah ditinggalkan Zidane pada akhir musim lalu. Perbedaannya hanya satu dan sangat menonjol, yaitu kepergian Ronaldo ke Juventus. Setelah Ronaldo hengkang, Real mengalami kehancuran meski ditangani tiga pelatih berbeda, mulai Julen Lopetegui, Santiago Solari, dan kembali ke tangan Zidane.
Kembali ke Bernabeu, Zidane bertekad menghidupkan para pemain yang tenggelam, seperti Isco, Marcelo, dan Gareth Bale. Namun, hanya Isco yang sedikit membaik. Adapun Bale dan Marcelo tetap menyisakan kekecewaan bagi para pendukung.
”Saya tidak akan mengkritik para pemain. Mereka sudah mencoba tampil sebaik mungkin,” ujar Zidane yang memang terkenal sangat melindungi pemainnya di depan publik. Permintaan Zidane kepada pemain saat ini hanyalah untuk menyelesaikan musim ini dengan baik dan kembali menata diri untuk musim depan.
Real kini masih cukup aman di peringkat ketiga dengan 57 poin dan masih berpeluang besar meraih tiket Liga Champions musim depan. Mereka berada di atas Getafe di peringkat keempat dengan 47 poin dan di bawah Atletico Madrid di peringkat kedua dengan 62 poin. Zidane masih punya delapan laga tersisa untuk menjaga harga diri klub yang sangat ia cintai itu. (AFP/REUTERS)