Bayi dari Sussex yang Tengah Dinanti
Lupakan sejenak Brexit. Warga Inggris sudah lelah dengan percekcokan antara parlemen dan pemerintah. Mereka lebih memilih menanti kelahiran bayi dari pasangan Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Di tengah kegaduhan politik yang tak kunjung berakhir akibat proses Brexit yang berlarut-larut, warga Inggris menantikan berita yang ditunggu-tunggu. Pangeran Harry (34) dan istrinya, Meghan Markle (37)—keduanya secara berurutan memperoleh gelar Duke dan Duchess of Sussex—dalam waktu dekat akan menyambut kehadiran bayi pertama.
Seperti biasa, kehadiran pewaris takhta Kerajaan Inggris selalu mendapat sorotan media dan masyarakat. Meskipun sang bayi hanya akan menjadi urutan ketujuh dalam urutan ahli waris takhta, kehadiran bayi yang dijuluki ”bayi Sussex” ini menjadi agak istimewa karena kedua orangtuanya sangat populer.
Meghan Markle, atau Duchess of Sussex, adalah aktris Amerika Serikat keturunan Afrika-Amerika. Ia pernah bercerai, berusia lebih tua dari Harry, dan pribadinya sangat independen.
Kisah percintaan mereka bagaikan dongeng dan menjadi sorotan dunia. Terlebih lagi, Harry yang merupakan anak kesayangan mendiang Putri Diana dan cucu kesayangan Ratu Elizabeth II ini dikenal bengal, lebih membumi, dan sulit ”diikat”.
Hubungannya dengan Markle yang serba rahasia dan berakhir di pelaminan dianggap sebagai isyarat bahwa Harry telah menemukan cinta sejatinya.
Sejak awal, pasangan ini mencoba mengubah kekakuan tradisi Kerajaan Inggris dengan pendekatan yang lebih merakyat, egaliter, dan kekinian. Misalnya saja, pada 3 April lalu mereka membuat akun Instagram resmi dengan nama @sussexroyal dan langsung memiliki sekitar 3,8 juta pengikut.
Akun ini, menurut laman 10daily.com.au, memecahkan rekor dunia Guinness sebagai akun tercepat yang memiliki 1 juta pengikut dalam waktu hanya 6 jam. (Sebelumnya rekor ini dipegang aktor televisi Korsel, Kang Daniel, dalam waktu 11 jam 36 menit pada Januari 2019). Sejumlah pesohor menjadi pengikut pasangan ini, di antaranya David Beckham, Blake Lively, dan Priyanka Chopra.
Persiapan kelahiran
Dalam sebuah acara pada Januari lalu, Meghan mengungkapkan, ia tengah hamil 6 bulan sehingga ia tidak bisa lagi mengikuti tugas-tugas kerajaan yang dibebankan kepadanya. Diperkirakan sang bayi akan lahir pada April ini atau awal Mei.
Harry-Meghan sudah menabrak tradisi kerajaan dalam pilihan rumah sakit. Surat kabar The Sun melaporkan, pasangan ini menolak ditangani di Lindo Wing Rumah Sakit St Mary, yang sudah menjadi tempat anggota kerajaan melahirkan sejak 1977.
Putri Diana melahirkan Pangeran William dan Harry di rumah sakit itu, juga istri William, Kate Middleton, melahirkan ketiga anak mereka (George, Charlotte, dan Louis) di sana.
Menurut narasumber kerajaan, Meghan lebih memilih melahirkan di rumah sakit yang dekat dengan kediaman mereka di kota tua Windsor, dan suasana rumah sakit lebih privat. Bagi pasangan ini, Rumah Sakit St Mary terlalu terbuka kepada publik.
Bukan hanya soal rumah sakit, soal proses kehamilan dan pilihan cara melahirkan pun menjadi perbincangan di masyarakat. Meghan diperkirakan memilih proses melahirkan yang lebih alamiah dan mempraktikkan gaya hidup yang menenteramkan batin dalam menantikan kelahiran bayinya.
Jauh sebelum menjadi anggota kerajaan, Meghan yang memiliki banyak pengagum sering mengunggah aktivitas yoga dan meditasi dalam blog pribadinya yang bertajuk ”The Tig”. Namun, blog itu sudah ditutup menjelang ia menikah dengan Harry pada Mei 2018.
Terapis hipno klinis, Alisha Tamburri, yang selama 20 tahun terakhir mendampingi proses kelahiran para selebritas, di antaranya Jessica Alba, kepada Reuters mengatakan, kondisi kesadaran yang rileks penting bagi ibu hamil.
”Selama proses ini, Meghan akan menutup dirinya dari dunia luar. Dia hanya akan menikmatinya bersama Harry. Dunia ini hanya milik mereka berdua dan sang bayi,” kata Tamburri.
Bisnis produk bayi
Meghan juga diperkirakan memilih produk-produk bayi yang alamiah, tidak beracun, dan ramah lingkungan. Saat ini gerakan untuk menggunakan popok yang bukan sekali buang sedang gencar dikampanyekan.
Popok tersebut bisa dicuci dan digunakan kembali dan terbuat dari bahan ramah lingkungan yang bebas racun (nontoxic). Para pesohor juga banyak yang menunjukkan bahwa mereka mengikuti gaya hidup yang hijau dan organik.
Kereta bayi seperti apa yang akan dipilih Meghan? Kalau mengikuti tradisi kerajaan, kereta bayi yang digunakan adalah Silver Cross yang perusahaannya didirikan pada 1877.
Raja George VI menggunakan kereta bayi ini. Demikian juga dengan Ratu Elizabeth II yang menggunakannya untuk Pangeran Charles. Demikian juga Pangeran William dan ketiga anaknya. Harga kereta bayi itu antara 2.000 dollar AS dan 4.000 dollar AS, serta bisa didapatkan di pertokoan seperti Harrods.
Namun, Meghan dan Harry yang cenderung mendobrak tradisi bisa jadi akan memulai kebiasaan baru. Banyak yang memperkirakan Meghan akan memilih rancangan yang ”bebas jender”, termasuk dalam pemilihan warna, seperti putih ataupun abu-abu. Untuk pilihan pakaian bayi, Meghan mungkin bisa meniru kakak iparnya, Kate, yang penampilannya sering menjadi trendsetter.
Kate senang menggunakan merek lokal dengan harga terjangkau sehingga pilihannya digemari ibu-ibu di Inggris, antara lain Amaia, Pepa & Co, dan My 1st Years. Pada hari pertama Charlotte masuk taman kanak-kanak, misalnya, ia mengenakan jaket berwarna merah anggur AS, yang langsung populer.
Charlotte bahkan menjadi semacam influencer bagi anak-anak seusianya. Baju mungil bergaya smock yang kerap dikenakannya, langsung terjual habis di toko- toko dalam beberapa jam.
Membumi
Agak berbeda dengan mendiang Putri Diana yang dikenal senang berpenampilan elegan dalam balutan karya-karya desainer kelas atas, Kate cenderung menyukai desainer lokal dengan potongan gaun yang simpel tetapi tetap elegan.
Kate juga gemar memodifikasi baju-baju lamanya untuk dipakai kembali di acara publik. Demikian juga dengan anak-anaknya yang mengenakan baju yang sama untuk sejumlah acara berbeda.
Pilihan gaya hidup seperti ini nyatanya disukai rakyat Inggris yang menginginkan keluarga kerajaan lebih membumi dan egaliter. Alhasil, generasi baru kerajaan terus berupaya melakukan penyesuaian agar kehadiran mereka yang mewakili monarki Inggris tetap dinilai relevan di masa kini. (REUTERS/AP)