”Kampung Hijau Tempenosaurus” Dukung Wisata dan Kemandirian
Satu lagi kampung tematik lahir di Malang Raya, Jawa Timur. Setelah Kampung Jodipan di Kota Malang yang telah menjadi destinasi wisata, kini Dusun Beji Sae, di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, diresmikan menjadi Kampung Hijau Tempenosaurus. Kampung tematik diharapkan bisa menunjang pariwisata sekaligus kemandirian warga.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
BATU, KOMPAS — Satu lagi kampung tematik lahir di Malang Raya, Jawa Timur. Setelah Kampung Jodipan di Kota Malang yang telah menjadi destinasi wisata, kini Dusun Beji Sae, di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, diresmikan menjadi ”Kampung Hijau Tempenosaurus”. Kampung tematik diharapkan bisa menunjang pariwisata sekaligus kemandirian warga.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, pada peresmian Kampung Hijau Tempenosaurus, Sabtu (6/4/2019) sore, di halaman parkir Jatim Park 3, di Batu, mengatakan, membangun kampung adalah membangun peradaban. Membangun peradaban adalah membangun tatanan sosial, budaya, serta estetika kampung itu sendiri.
”Di-launching-nya Kampung Hijau Tempenosaurus sesungguhnya menginisiasi bangunan peradaban kemanusiaan. Karena yang diharapkan dari pembangunan dimana pun adalah people center development, pembangunan manusia di dalamnya,” ujarnya.
Di-launching-nya Kampung Hijau Tempenosaurus sesungguhnya menginisiasi bangunan peradaban kemanusiaan. Karena yang diharapkan dari pembangunan dimana pun adalah people centered development, pembangunan manusia di dalamnya.
Peresmian Kampung Hijau Tempenosaurus dilakukan bersamaan dengan penganugerahan Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) pembuatan replika dinosaurus terbesar berukuran 7 meter x 5 meter yang terbuat dari tempe.
Dinosaurus dan tempe merupakan dua hal yang cukup erat kaitannya dengan Beji. Pertama, dinosaurus menjadi maskot dari tempat wisata Jatim Park 3. Sementara kampung yang berada di belakang Jatim Park 3 merupakan sentra tempe di Batu.
Adalah perusahaan penyedia cat PT Inti Daya Guna Aneka Warna (Indana) yang mengonsep kampung itu jadi berwarna hijau lengkap dengan sejumlah mural di dalamnya. Ide awal dari pihak Jatim Park Grup. Adapun pembuatan replika dinosaurus dari tempe dilakukan oleh kelompok mahasiswa praktikum acara management ”Prospero” Program Studi Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Indana dan UMM pula yang sebelumnya mengkreasi Kampung Jodipan.
Menurut Khofifah, kampung tematik seperti ini diharapkan bisa menjadi bagian dalam menginisiasi kemandirian kampung dengan penguatan kepada masyarakat di dalamnya. Pihaknya berharap hal ini bisa dikembangkan di daerah lain.
Rektor UMM Fauzan mengatakan, pengembangan Kampung Hijau Tempenosaurus tidak hanya berhenti di pengecatan, tetapi pihaknya juga merencanakan tatanan sosial, ekonomi, dan pendidikan. Utamanya, pada upaya peningkatan kompetensi masyarakat.
Bagi UMM, upaya pembangunan aspek masyarakat tidak hanya dilakukan di Beji, tetapi juga daerah lain di Malang, salah satunya Kampung Topeng Desaku Menanti di Kota Malang. UMM juga akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di wilayah Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menyambut gembira keberadaan kampung tematik di wilayahnya. Hal ini akan mendukung Batu dari sisi pariwisata. Tahun 2018, jumlah wisatawan ke Batu mencapai 7,2 juta orang. Pertumbuhan ekonomi Batu juga tinggi 6,4 persen dengan pendapatan per kapita Rp 70 juta per tahun. ”Ini semua berkat pariwisata,” ucapnya.