Sejumlah Infrastruktur Dibangun untuk Mengatasi Banjir
Banjir di kawasan Bandung selatan, Jawa Barat, tak kunjung teratasi. Kolam Retensi Cienteung yang dioperasikan akhir tahun lalu belum optimal mengatasi banjir akibat luapan Sungai Citarum itu. Tahun ini, pemerintah menambah infrastruktur pengendali banjir dengan membangun terowongan air, tanggul sungai, dan kolam retensi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir di kawasan Bandung selatan, Jawa Barat, tak kunjung teratasi. Kolam Retensi Cienteung yang dioperasikan akhir tahun lalu belum optimal mengatasi banjir akibat luapan Sungai Citarum itu. Tahun ini, pemerintah menambah infrastruktur pengendali banjir dengan membangun terowongan air, tanggul sungai, dan kolam retensi.
Terowongan air dibangun di Curug Jompong, Nanjung, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Fungsinya memperlancar aliran Citarum ke Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat.
”Terowongan di Curug Jompong sedang dibangun. Mudah-mudahan akhir tahun ini bisa selesai,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meninjau lokasi banjir di Dayeuhkolot, Bandung, Sabtu (6/4/2019).
Kamil mengakui, Kolam Retensi Cienteung tidak cukup menampung banjir. Oleh sebab itu, jumlahnya akan ditambah di beberapa lokasi.
”Tahun ini dibangun satu (kolam retensi). Kalau masih tidak cukup, akan ditambah. Jadi, solusi mengatasi banjir sedang dikerjakan,” ujarnya.
Tahun ini dibangun satu (kolam retensi). Kalau masih tidak cukup, akan ditambah. Jadi, solusi mengatasi banjir sedang dikerjakan.
Kamil meninjau lokasi banjir menggunakan perahu karet. Mantan Wali Kota Bandung itu juga mengunjungi pengungsi di Gedung Pengungsian Dayeuhkolot.
Beberapa warga mengeluh karena penderitaan mereka akibat banjir tak kunjung berakhir. Pada tahun ini saja, sudah lebih dua bulan Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang dilanda banjir. Sempat surut beberapa hari, banjir kembali datang saat hujan lebat.
Kamil meminta warga bersabar menunggu infrastruktur selesai dibangun. Dia mengatakan, pemerintah akan membantu masyarakat dalam menyediakan tempat mengungsi dan membantu logistik makanan.
”Dalam membangun rumah juga tidak bisa dalam seminggu. Kita menunggu pembangunannya selesai sesuai waktunya,” ujarnya.
Menunggu infrastruktur selesai dibangun, seharusnya ada solusi jangka pendek. Ini sangat penting untuk mengurangi penderitaan warga.
Mukhlis (42), warga Dayeuhkolot, berharap pemerintah segera memberikan solusi konkret. Menurut dia, selain pembangunan infrastruktur, pengerukan sungai dan perbaikan tanggul juga perlu dilakukan secara rutin.
”Menunggu infrastruktur selesai dibangun, seharusnya ada solusi jangka pendek. Ini sangat penting untuk mengurangi penderitaan warga,” ujarnya.
Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Suwarno mengatakan, pemerintah membangun dua terowongan air di Curug Jompong. Setiap terowongan berdiameter 8 meter dengan panjang 230 meter.
”Proses pembangunannya sudah 30 persen. Targetnya selesai akhir 2019. Dengan terowongan ini, diharapkan banjir cepat teratasi,” ujarnya.
Aliran sungai di Curug Jompong memang mengalami penyempitan. Di badan sungai juga terdapat bebatuan besar yang dinilai memperlambat aliran sungai.
Suwarno memastikan, pembangunan terowongan tidak mengubah kontur sungai. ”Jadi, nantinya ada dua aliran. Satu melalui terowongan menuju Waduk Saguling dan yang kedua mengalir ke Citarum lama,” ujarnya.
Tanggul beton Sungai Citarum juga dibangun di Bandung selatan. Tujuannya agar air sungai tidak mudah meluap ke permukiman warga.
Hingga Sabtu sore, banjir masih menggenangi ribuan rumah. Banjir terparah terjadi di Kampung Cigosol, Baleendah, dengan ketinggian 180 sentimeter. Lebih dari 700 warga mengungsi di beberapa lokasi.
Beberapa jalan, seperti Jalan Raya Banjaran, Jalan Andir-Katapang, Jalan Raya Dayeuhkolot, dan Jalan Anggadireja, juga tergenang banjir hingga ketinggian 1 meter. Akibatnya, sejumlah warga harus menggunakan sampan dan delman.
Warga yang tinggal di gang-gang sempit memodifikasi ban bekas menjadi perahu untuk menuju rumahnya. Sebab, gang tersebut tidak dapat dilalui sampan.