TANGERANG, KOMPAS – Pelari maraton nasional Triyaningsih menjadikan ajang lari BFI Run 2019 sebagai batu loncatan prestasi. Sempat bergulat dengan cedera pada Asian Games, atlet pemusatan latihan nasional itu sedang memulihkan kondisinya untuk menatap SEA Games Manila 2019.
Triyaningsih menjuarai nomor half maraton, 21,1 kilometer, BFI Run 2019 pada Minggu (7/4/2019), di BSD, Tangerang, Jawa Barat. Pelari berusia 31 tahun itu finis dengan catatan waktu hampir 85 menit.
“Ya tadi bisa segitu. Belum sampai waktu terbaik aku. Tetapi ini sudah bagus karena kemarin sempat cedera betis,” kata peraih 11 medali emas dalam SEA Games tersebut.
Cedera betis itu didera Triyaningsih dalam persiapaan menuju Asian Games 2018. Hal itu membuatnya tidak bisa tampil membela tuan rumah Indonesia.
Setelah pulih awal tahun 2019, pelari asal Jawa Tengah itu sedang memulihkan kondisinya. Untuk itu, dia menjajal BFI Run, sebagai lomba lari nasional pertama di semester 2019, untuk batu loncatan dalam persiapan menuju SEA Games Manila.
“Ajang ini memang sengaja dijadikan parameter untuk target-target selanjutnya. Ke depannya kemungkinan akan ke Taiwan dan kejuaraan nasional pada Agustus,” tambahnya.
Triyaningsih mengatakan rute di BFI Run cocok untuk tahap awal uji cobanya. Rute di sekitar kompleks BSD itu cenderung datar dan sangat asri dengan banyaknya pohon. Dia pun tidak terpancing memaksakan kecepatannya karena tidak adanya pelari asal Kenya yang mendominasi dalam kejuaraan maraton nasional.
Di SEA Games nanti, Triyaningsih akan fokus dalam nomor maraton. Pertama dan terakhir kali dia meraih emas dalam nomor tersebut pada 2011 saat Indonesia menjadi tuan rumah.
Saat ini, Triyaningsih sedang menjalani persiapan umum dalam pelatnas atletik. Dalam sehari, pelari yang pernah mengikuti Olimpiade London 2012 itu melahap porsi latihan berlari sebanyak 30 kilometer, dengan pembagian 20 km di pagi hari dan 10 km di sore hari.
Capaian amatir
Triyaningsih berlari bersama 6.000 peserta lain yang ikut meramaikan BFI Run 2019. Selain half maraton, terdapat juga lomba lari nomor 5K dan 10K.
Pemenang kelima nomor 10K kategori master, usia 40-49 tahun, Jati (46) juga menjadikan BFI Run sebagai uji coba menuju ajang lari selanjutnya. Dia sengaja mengambil nomor lari 10 km untuk meningkatkan kecepatannya.
“Saya berencana mengikuti New York Maraton pada November 2018. Saya mempercepat lari di 10K karena butuh mencapai waktu minimal syarat 3 jam 38 menit (khusus master). Sekarang saya masih 4 jam,” kata Jati pegawai swasta asal Jakarta yang aktif mengikuti ajang lari sejak 2015.
Dalam BFI Run, sejumlah pelari mengincar undian meraih 10 perjalanan gratis ke Gold Coast Maraton. Untuk mendapatkan itu, mereka minimal finis dengan waktu 2 jam 30 menit di nomor half maraton.
Salah satu pemenang undian, Minarni (42) mengaku tidak menyangka bisa berangkat ke Gold Coast. Dengan usianya yang sudah kepala empat, dia akan menjaga kondisinya untuk menatap ajang maraton pada 6-7 Juli 2019 tersebut.
“Saya pastinya akan persiapan. Biasanya saya lari di gym dan bersama komunitas saya, brosis. Semoga bisa finis juga di sana dan bisa mendapatkan waktu terbaik,” kata mantan atlet renang itu.
Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk, penyelenggara lomba, Sudjono, mengatakan sangat puas dengan antusiasme dalam penyelenggaraan tahun keempat. Khususnya di half maraton, kuota peserta nomor itu terjual habis setelah dua hari dijual.
Untuk itu, tahun depan BFI Finance akan meninjau ulang untuk naik tingkat dengan memperkenalkan rute full maraton. “Sudah banyak yang minta dari peserta. Tetapi kami masih harus melihat lagi. Karena cukup sulit mengadakan full maraton di BSD,” ucap Sudjono.