Bupati Lahat minta gajah dikembalikan ke Bukit Serelo karena menjadi obyek wisata. Di sisi lain, BKSDA minta kepastian keamanan bagi gajah.
LAHAT, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Lahat meminta agar gajah yang dievakuasi sementara ke Padang Sugihan, Banyuasin, segera dikembalikan ke Pusat Pelatihan Gajah di kaki Bukit Serelo, Lahat. Namun, Badan Konservasi Sumber Daya Alam tidak mau mengambil risiko hingga ada kepastian keamanan gajah.
Bupati Lahat Cik Ujang, Sabtu (6/4/2019), mengatakan, pihaknya berupaya agar delapan gajah yang dievakuasi ke Padang Sugihan dikembalikan ke Lahat supaya dapat menjadi tempat wisata seperti dahulu. ”Sekolah gajah menjadi salah satu wisata yang kami tawarkan selain Bukit Serelo, megalit, dan air terjun,” katanya.
Karena itu, permasalahan antara masyarakat dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) harus segera diselesaikan. ”Pemerintah siap memfasilitasi agar masalah segera terselesaikan,” ucapnya.
Menurut Ujang, permasalahan bermula dari kesalahpahaman masyarakat terkait dengan batas wilayah, terutama kawasan Pusat Pelatihan Gajah Bukit Serelo. Ujang mengatakan, berdasarkan dokumen, Desa Ulak Pandang telah menghibahkan wilayahnya untuk pelatihan gajah.
Sebaliknya, masyarakat Padang Baru menganggap di kawasan konservasi masih ada lahan milik Desa Padang Baru. ”Perlu pengukuran ulang untuk memperjelas lahan konservasi yang dikelola BKSDA,” kata Ujang. Pemerintah siap mendampingi BKSDA untuk pengukuran ulang.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Martialis Puspito memaparkan, pihaknya masih menunggu kepastian dari pemkab untuk memastikan petugas di lapangan dapat beraktivitas dengan tenang tanpa intimidasi. Perlu ada pernyataan tertulis yang ditaati masyarakat setempat.
Dirusak
Martialis menuturkan, konflik terjadi pada 4 Maret 2019. Kantor pusat pelatihan gajah itu dirusak sekitar 60 warga. ”Kaca kantor banyak yang pecah dilempar batu,” ucapnya.
Tidak hanya kantor yang dirusak, empat pawang dianiaya. Sebanyak 30 dari 210 pohon di kawasan hutan ditebang warga. Tanaman itu seperti pohon seru, pohon leban, anggrek, dan tanaman hutan lain. ”Setelah itu, warga menanam karet,” ucapnya.
Pada 7 Maret 2019, kata Martialis, petugas memindahkan 10 gajah ke area yang tidak diklaim sekelompok masyarakat Desa Padang Baru. Keesokan hari, empat gajah sakit. ”Kotoran gajah berdarah dan lemas,” katanya.
Melihat kondisi gajah yang mengkhawatirkan, petugas mengevakuasi delapan gajah ke Jalur 21 Suaka Margasatwa Padang Sugihan. Dua gajah lain dan petugas masih di Pusat Pelatihan Gajah Bukit Serelo.
Petugas hanya berteduh di bawah tempat latihan gajah beratapkan terpal, tanpa listrik memadai sejak 8 Maret 2019. Terkait upaya pengukuran, ujar Martialis, BKSDA tidak bisa melakukan karena itu wewenang Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Sumatera Selatan. ”Kami sudah mengusulkan agar bupati bersurat kepada BPKH untuk melakukan pengukuran,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Resor Lahat Ajun Komisaris Besar Ferry Harahap mengatakan, pihaknya berupaya agar kondisi di kawasan itu kondusif. Saat ini, pemerintah masih memediasi untuk memperjelas batas wilayah. ”Saat ini, pemerintah terus memediasi, termasuk upaya pengukuran kembali,” katanya. (RAM)