BANGKOK, SABTU —Pemimpin oposisi dari Partai Masa Depan Maju, Thanathorn Juangroongruangkit, dikenai tuduhan menghasut dan menggerakkan kerusuhan oleh junta militer Thailand sehingga akan diadili di pengadilan militer.
Dasar dari tuduhan itu adalah demonstrasi mahasiswa pada 24 Juni 2015. Thanathorn dianggap berperan dalam unjuk rasa tersebut. Tuduhan muncul setelah partai yang dipimpin Thanathorn secara mengejutkan meraih suara ketiga terbanyak dalam pemilu Maret lalu dengan dukungan 6,2 juta pemilih.
Menurut rencana, Partai Masa Depan Maju dan sejumlah partai lain berkoalisi membentuk pemerintahan serta mencoba menghalangi partai junta militer berkuasa kembali. Dalam pemilu pada Maret, meski Partai Palang Pracharat yang pro-penguasa meraih suara terbanyak, tak ada partai yang mampu meraih mayoritas kursi di parlemen.
Ratusan orang mendatangi kantor polisi di pusat kota Bangkok, Sabtu, memberikan dukungan kepada Thanathorn. Mereka mengenakan kaus bergambar wajah miliarder itu dan meneriakkan yel-yel, ”Selamatkan Thanathorn!” Setelah diperiksa dua jam, Thanathorn keluar dari kantor polisi. Ia mengatakan, dirinya dituduh menghasut dan melakukan pertemuan ilegal yang diikuti lebih dari 10 orang.
Thanathorn yakin, tuduhan itu bermotif politik. Menurut rencana, Thanathorn diadili di pengadilan militer dan jika dinyatakan bersalah, ia akan kehilangan kursi di parlemen dan dihukum 7-10 tahun penjara. Namun, pengacara Thanathorn, Krisadang Nutcharut, menegaskan, warga sipil tak bisa diadili di pengadilan militer.
Partai Masa Depan Maju juga menyebutkan, pemeriksaan di kantor polisi diikuti dengan saksama sejumlah perwakilan dari PBB, Amerika Serikat, dan negara-negara Uni Eropa.
Terus melawan
Sebelum meninggalkan kantor polisi, Thanathorn melakukan salam hormat dengan tiga jari yang merupakan simbol gerakan antijunta militer yang diambil dari film The Hunger Games. Para pendukungnya kemudian melakukan gerakan yang sama sambil berteriak, ”Lawan, lawan!”
Salah seorang pendukung Thanathorn, Woranuch Sirithonchai, mengatakan, apa yang terjadi pada Thanathorn sangat politis. ”Kejadiannya pada 2015, mengapa baru diusut sekarang? Ini karena ia sekarang semakin populer,” katanya.
Pascakudeta 2014, junta militer ingin kembali berkuasa di Thailand melalui dukungan Partai Palang Pracharat.