JAKARTA, KOMPAS - Badan Pemenangan Nasional atau BPN mengklaim elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah mencapai 62 persen, sedangkan kompetitornya Joko Widodo-Ma\'ruf Amin hanya 32 persen. Klaim itu berdasarkan hasil survei internal BPN yang dilakukan Maret-April. Namun, BPN enggan menampilkan grafis serta menjelaskan metode yang digunakan sebagai dasar survei.
Survei internal itu dilaksanakan di 34 provinsi dengan 1.440 responden. Pengambilan sampel secara acak dengan berbagai latar belakang, seperti umur, sosial, dan lainnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sugiono, dalam pemaparan bersama Institut Kajian Stategis Universitas Kebangsaan Republik Indonesia di Jakarta, Senin (8/4/2019) mengatakan, survei internal disampaikan untuk keseimbangan informasi di masyarakat.
"Selama ini hasil survei dari berbagai lembaga, suara Prabowo-Sandi selalu di bawah. Kami tidak ingin informasi seperti itu terus dijejali pada masyarakat. Ini kontestasi yang menentukan nasib bangsa. Kami tidak ingin ada persepsi yang diarahkan bahwa jika ada survei dengan hasil berbeda maka dianggap sesuatu yang tidak sah. Pertemuan sore ini memberikan informasi yang berimbang dan peringatan pada masyarakat bahwa hasil survei internal kami adalah benar," ucap Sugiono.
Keyakinan BPN itu berlandas pada kontestasi pemilihan gubernur di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Menurut Sugiono, hasil survei lembaga survei di ketiga daerah itu berbeda dengan hasil penghitungan suara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum. Lembaga survei terkesan seperti penggiring opini. Padahal seharusnya bersikap netral.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sugiono mengatakan, survei internal disampaikan untuk keseimbangan informasi di masyarakat.
Pada pilgub DKI Jakarta, hasil survei menunjukkan suara Anies Baswedan-Sandiaga Uno berkisar 44-48 persen. Nyatanya, setelah pencoblosan, suara mereka 57,9 persen.
"Hal yang sama juga terjadi di pilgub Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di akhir masa kampanye, hasil ini (survei internal) menunjukkan BPN dalam posisi mantap serta berdiri tegak," ujarnya.
Tetap fokus
Menanggapi survei internal BPN, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma\'ruf, Arsul Sani menyebutkan, survei internal akan mengunggulkan pembuatnya. Hasil survei internal itu untuk memelihara harapan BPN dalam kontestasi pilpres.
"Setiap teman-teman BPN merilis hasil survei yang mereka sebut sebagai survei internal, maka kami TKN hanya tersenyum. Survei internal pasti akan "mengatrol naik" perolehan suaranya," kata Arsul yang dihubungi terpisah.
Arsul menjelaskan, hasil pilgub tidak dapat menjadi patokan karena setiap kontestasi pemilihan punya situasi dan faktor khusus yang menyertai. Pada pilgub DKI Jakarta ada faktor petahana yang dianggap tidak bisa menjaga perilaku serta ucapannya. Lain halnya dengan pilkada Jawa Tengah di mana Partai Gerindra berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB ialah partai terkuat kedua di Jawa Tengah sehingga jelas perolehan suara akan melonjak.
Menurut Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan itu, jika rujukannya adalah hasil pilgub, maka tidak bisa menjadi pegangan.
"TKN tetap fokus. Kampanye bagi kami merupakan sarana pemelihara dan penguat untuk mempertahankan keunggulan survei. Tetapi tetap fokus di sisa masa kampanye untuk tetap melakukan kerja dari pintu ke pintu serta memastikan warga pindah memilih menggunakan hak pilihnya," ucapnya.