Daerah Pemilihan Jawa Timur V dikenal sebagai daerah yang memiliki keunggulan ekonomi dengan pendapatan per kapita penduduk yang tinggi. Keunggulan ekonomi ini ternyata berbanding terbalik dengan kesadaran politik warganya.
Tingkat partisipasi politik yang rendah pada Pemilu 2014 menunjukkan warga di dapil ini kurang peduli dengan dinamika kontestasi politik. Padahal, dengan basis ekonomi yang kuat, kemudahan untuk mengakses pengetahuan politik lebih terbuka yang bisa memperbesar kesadaran politik.
Pada Pemilu 2014, partisipasi pemilih di dapil ini berada di angka 69,41 persen. Jumlah tersebut menempatkan Dapil Jatim V berada di peringkat ke-69 dari 80 dapil dan masuk ke dalam kategori dapil dengan partisipasi politik sangat rendah.
Selain rendah dalam memberikan suara pada saat pemilu, dapil ini juga dikenal kecil dalam mempromosikan warga mereka untuk maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) yang mewakili daerah mereka.
Pada Pemilu 2019, hanya 33,6 persen caleg dengan tempat domisili dalam dapil yang masuk daftar calon tetap (DCT). Sebagian besarnya yaitu 66,4 persen bertempat tinggal di luar dapil.
Kesadaran untuk ikut meramaikan panggung pemilihan di daerah sendiri dengan sendirinya menjadi rendah. Akibatnya, Kontestasi caleg masih dikuasai oleh politikus yang domisilinya berada di luar wilayah dapil, terutama Jakarta dan Jawa Tengah.
Partai Nasdem tercatat sebagai partai yang paling banyak mencalonkan politikus lokal untuk menjadi anggota DPR periode mendatang. Tujuh dari delapan caleg Partai Nasdem merupakan caleg lokal. Partai peraih suara besar, seperti PDI-P dan Partai Demokrat, masing-masing hanya mencalonkan dua dan satu caleg lokal dari total delapan caleg. Mereka pun tidak ditempatkan di nomor urut yang strategis.
Jika dilihat dari tempat kelahiran, jumlah caleg lokal makin kecil. Hanya 16,1 persen yang terdata lahir di lingkup dapil. Sebanyak 41,1 persen lahir di luar dapil dan 42,8 persen caleg tidak menyebutkan asal tempat lahir.
Persoalan domisili menjadi penting jika sebagian besar caleg merupakan penduduk di luar daerah pemilihan. Hal ini bukan gambaran politik yang cukup sehat dalam kaitan dengan fungsi DPR sebagai sarana agregasi politik dan saluran aspirasi.
Menengok hasil Pemilu 2014, hanya dua dari sepuluh anggota DPR dari dapil ini yang merupakan politisi lokal, yaitu Lathifah Shohib (PKB) dan Kresna Dewantara P (Partai Nasdem). Keduanya akan bertarung lagi pada Pemilu 2019. Pesaing berat yang memiliki lokalitas yang sama adalah Anisah Mahfudz (PPP) dan Aries Musnandar (PBB). Keduanya berada di nomor urut satu.
Dapil Jatim V yang terdiri dari Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang merupakan dapil yang cukup makmur secara ekonomi. Menurut PDRB Tahun 2016, pendapatan per kapita warga Kota Malang mencapai 66,8 juta per tahun dan menempati peringkat keenam tertinggi se-Jawa Timur.
Sementara warga Kota Batu memiliki pendapatan 63,8 juta per tahun dan menduduki peringkat ketujuh. Hanya Kabupaten Malang yang memiliki pendapatan cukup rendah, yaitu 31,9 juta per tahun atau berada di peringkat ketujuh belas.
Ekonomi di wilayah ini disokong bidang pekerjaan yang variatif dan merata dari sektor primer hingga tersier. Sektor dengan sumbangan pendapatan paling besar adalah industri pengolahan, perdagangan besar, pertanian, dan penyedia akomodasi. Sumber pendapatan warga yang bervariasi ini memungkinkan warga relatif lebih aman dalam menghadapi gejolak ekonomi ketimbang hanya mengandalkan satu sumber pekerjaan utama.
Wilayah ini juga memiliki angka kemiskinan yang rendah, yaitu 6,51 persen yang jauh lebih baik daripada rata-rata nasional. Tingkat pembangunan manusia juga terbilang sukses dengan indeks sebesar 74,46, menempati peringkat kedua di Provinsi Jawa Timur dan peringkat ke-11 untuk skala nasional. (LITBANG KOMPAS)