JAKARTA, KOMPAS — Selera investor terhadap instrumen reksa dana turun menjelang Pemilihan Umum 2019. Namun, aksi beli reksa dana diprediksi kembali terjadi seiring pulihnya kepercayaan investor terhadap kinerja pasar modal.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang triwulan I-2019 pembelian (subscription) reksa dana tercatat mencapai Rp 178,12 triliun. Adapun penjualan atau pencairan (redemption) tercatat Rp 157,02 triliun.
Artinya, sepanjang triwulan pertama tahun ini terjadi aksi beli bersih (net subscription) reksa dana senilai Rp 21,10 triliun. Pencapaian tersebut merosot 44,72 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp 38,17 triliun.
Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee di Jakarta, Senin (8/4/2019), mengatakan, terdapat sejumlah hal yang membuat nilai beli bersih reksa dana sepanjang triwulan I-2019 menurun. Salah satunya, investor memilih menahan pembelian hingga Pemilu 2019 dilaksanakan.
Di samping itu, lanjut Hans, rata-rata rilis laporan keuangan dari emiten di pasar modal sepanjang 2018 tidak sebaik dengan tahun sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang dalam enam bulan terakhir mengalami kenaikan 9,31 persen, juga dianggap sedang terlalu tinggi untuk aksi beli.
”IHSG sudah kemahalan. Beberapa tahun terakhir, investor banyak masuk ketika pasar sedang koreksi. Kalau sedang kemahalan, seperti saat ini, mereka cenderung menunggu,” ujar Hans.
Selain itu, sengketa dagang antara Amerika Serikat dan China sedikit banyak mengganggu persepsi investor reksa dana. Namun, dia memproyeksikan, industri reksa dana bakal semarak lagi begitu Pemilihan Presiden 2019 rampung.
”Sepanjang awal tahun ini pasar saham sudah mengalami apresiasi harga yang sangat tinggi. Seusai pemilu, baik investor lokal maupun asing masih ada peluang besar untuk kembali masuk ke pasar saham,” kata Hans.
Ambil untung
Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, penurunan jumlah aksi beli bersih pada kuartal I-2019 disebabkan oleh aksi ambil untung yang banyak dilakukan investor institusi pada awal tahun.
Aksi pengambilan untung tersebut dipicu membaiknya kinerja indeks harga saham IHSG tahun ini setelah berada di zona negatif sepanjang tahun lalu. ”Begitu juga dengan yang reksa dana pendapatan tetap profit taking. Menjelang pemilu ini ada juga sebagian investor yang wait and see,” katanya.
Dia menilai, peluang aksi beli reksa dana pada triwulan II-2019 akan cukup besar seiring dengan kepercayaan investor untuk kembali masuk ke pasar keuangan domestik. Momentum ini bertepatan juga dengan berakhirnya Pemilu 2019.
Rudi mengakui, aksi pencairan reksa dana oleh nasabah institusi sepanjang Maret 2019 di Panin Asset Management cukup besar. ”Aksi redemption yang cukup besar terjadi nasabah institusi sepanjang Maret 2019, sebagian besar terjadi pada reksa dana pasar uang,” ujarnya.