Ketegangan Korea Mereda, Lari Maraton di Pyongyang Makin Mengasyikkan
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
PYONGYANG, SENIN — Turunnya ketegangan di Semenanjung Korea terbukti telah mendorong kedatangan lebih banyak turis ke Pyongyang, ibu kota Korea Utara. Maraton Pyongyang, acara maraton tahunan yang digelar untuk memperingati hari kelahiran tokoh Kim Il Sung, di Pyongyang, Minggu (7/4/2019), menyedot jumlah turis dua kali lebih banyak dari acara serupa pada tahun sebelumnya.
Acara maraton itu adalah puncak dari kalender pariwisata Korea Utara. Dengan ajang tersebut, Pemerintah Korut menawarkan kesempatan untuk berlari melalui jalan-jalan kota di negara yang dikontrol ketat itu.
Merujuk data yang dirilis penyelenggara perjalanan, Koryo Tours, sebanyak 950 turis mancanegara, khususnya dari negara-negara Barat, ikut ambil bagian dalam kegiatan itu tahun ini. Jumlah itu melonjak dua kali lipat dari acara serupa tahun lalu.
Jumlah partisipasi turis mancanegara pada lomba tahun lalu merosot dibandingkandengan tahun sebelumnya. Hal itu seiring dengan ketegangan yang melanda Semenanjung Korea. Ketika ketegangan mereda, jumlah kedatangan turis pun kembali tumbuh. Jumlah turis peserta lomba maraton tahun ini sama dengan turis pada 2017.
Pada tahun lalu, momen lomba itu beriringan dengan momen ketika ketegangan melonjak saat Korut menggelar serangkaian peluncuran rudal. Selain itu, Pemimpin Korut Kim Jong Un saling melontarkan ancaman dan penghinaan pribadi dengan Presiden AS Donald Trump.
Pada tahun yang sama, Washington juga melarang warganya mengunjungi Korut setelah kematian Otto Warmbier, seorang mahasiswa AS yang dipenjara karena mencoba mencuri poster propaganda. Ia meninggal dalam keadaan koma secara misterius, beberapa hari setelah pembebasannya.
Beberapa negara lain kemudian mengeluarkan peringatan perjalanan ke Korut. Hal itu menjadi kombinasi dari berbagai peristiwa yang memberikan pukulan signifikan terhadap industri pariwisata Korut.
Tak pedulikan larangan
Larangan AS tetap berlaku hingga saat ini. Namun, nyatanya turis Barat mendaftar untuk maraton kali ini semakin banyak. Hal ini, menurut para operator tur, adalah berkat diplomasi tingkat tinggi antara Trump dan Kim dalam satu tahun terakhir ini.
Ketika ketegangan politik mereda, permintaan pariwisata meningkat.
”Ketika ketegangan politik mereda, permintaan pariwisata meningkat,” kata Elliott Davies, direktur pada Uri Tours, operator lain. ”Anda bisa melihatnya melalui grafik dalam hubungan langsung ini.”
Sebagian besar wisatawan ke Korut adalah warga negara China. Di luar mereka, terdapat sekitar 5.000 orang Barat per tahun biasa mengunjungi Korut, sekitar 20 persen dari mereka adalah warga AS. Mereka mencari petualangan unik di salah satu negara paling tertutup di dunia itu.
Perlombaan tahunan juga menarik apa yang disebut ”Marathon Chasers” yang menandai putaran di seluruh dunia, kata Matt Kulesza, seorang pemandu wisata senior di Young Pioneer Tours. Angel Arnaudov, seorang insinyur berusia 34 tahun dari Macedonia, mengatakan bahwa Pyongyang masuk ke ”radarnya” setelah menyelesaikan lebih dari 30 maraton di kota-kota dunia, mulai dari Tokyo, New York, hingga Kopenhagen.
Interaksi dengan warga
”Saya ingin merasakan sendiri kehidupan di Korut dan melihat apakah itu seperti yang mereka katakan di TV atau berbeda,” katanya seraya menambahkan, dirinya akan mengunggah video di saluran YouTube-nya.
Pernyataan berbeda disampaikan Jasmine Barrett, peserta lari dari Barat lainnya. Menurut dia, Maraton Pyongyang adalah kesempatan untuk berinteraksi dengan warga Korut yang biasa yang berbaris di jalan-jalan untuk menghibur para pelari. Mereka turut membawa anak-anak mereka yang berusia dini dan menjadi kesempatan untuk berswafoto bagi para peserta maraton.
”Saya terus kembali karena saya suka melihat senyum di wajah anak-anak,” kata pengusaha Australia itu. ”Saya pasti akan merekomendasikan ini kepada orang lain karena itu cara yang bagus untuk melihat kota dan orang-orang yang tinggal di sana.”
Namun, tidak berarti bahwa para turis itu bisa bertindak sesukanya selama di Pyongyang. Para operator tur selalu menyarankan pengunjung untuk melakukan tindakan pencegahan ekstra tentang ”apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan” saat bepergian ke Korut.
Simon Cockerell, Manajer Umum Koryo Tours, berujar bahwa hal seperti itu sangat penting ketika mengunjungi Korut. Siapa pun yang ingin bepergian tidak boleh pergi tanpa pengarahan dari pihak penyelenggara. (AFP)