JAKARTA, KOMPAS--Perusahaan berbenah dan bertransformasi untuk menghadapi teknologi digital yang berkembang pesat. Terkait transformasi, perusahaan memerlukan tenaga kerja yang piawai dalam teknologi digital.
Akibatnya, sejumlah perusahaan yang beroperasi di Indonesia dan sedang bertransformasi merekrut warga negara Indonesia yang sudah bekerja di luar negeri. Dengan cara itu, perusahaan bisa mengatasi kekurangan tenaga kerja profesional agar tetap berdaya saing.
Associate Director Michael Page Indonesia Imeiniar Chandra, Minggu (7/4/2019), di Jakarta, menyampaikan, warga negara Indonesia (WNI) pekerja profesional biasanya mau bekerja di Indonesia karena ingin lebih dekat dengan keluarga.
Para pekerja itu juga memandang kondisi ekonomi Indonesia kian prospektif.
Meski demikian, tambah Imeiniar, WNI pekerja yang bersedia kembali ke Indonesia harus bersiap menghadapi gegar budaya dan gaji yang kurang kompetitif. Beberapa waktu terakhir, perusahaan multinasional dan pemilik perusahaan besar menggunakan jasa Michael Page Indonesia untuk merekrut tenaga kerja Indonesia profesional yang pernah bekerja di luar negeri.
"Beberapa perusahaan yang dimiliki konglomerat lokal tengah bertransformasi. Mereka mengembangkan divisi baru yang anggotanya harus piawai dalam teknologi digital. Kondisi ini baru di Indonesia, berbeda dengan negara-negara lain, terutama Amerika Serikat, yang satu dekade lebih dulu bertransformasi ke industri digital," ujar dia.
Tren WNI kembali dan bekerja di Tanah Air terjadi sejak 2016. Usaha rintisan bidang teknologi yang bermunculan di Indonesia menjadi daya tarik bagi WNI pekerja profesional untuk kembali ke Tanah Air.
Berdasarkan data Robert Walters Indonesia, agen perekrut tenaga kerja profesional level menengah dan atas, WNI pekerja profesional umumnya bekerja pada bidang terkait teknologi, misalnya rekayasa piranti lunak dan pengembang kode pemrograman.
Sementara, Head of Talent Bukalapak Engelbertus Panggalo menceritakan, proses perekrutan diaspora Indonesia di luar negeri berjalan cepat. Sejak diluncurkan pada 2016 sampai sekarang, lebih dari 100 orang diaspora sudah bekerja di Bukalapak.
Program
Untuk mengakomodasi tren ini, Michael Page Indonesia memiliki program Membangun Negeri. Program ini untuk menarik WNI pekerja migran bekerja di Indonesia. Michael Page bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI di sejumlah negara untuk mengadakan sesi berbagi cerita soal perekonomian Indonesia serta perusahaan konglomerat lokal dan multinasional yang tertarik merekrut WNI profesional.
Tahun lalu, 3 orang dari 5 orang tenaga profesional yang direkrut Michael Page merupakan WNI di luar negeri atau WNI yang sudah kembali ke Indonesia berbekal pengalaman internasional. Mereka dipekerjakan pada posisi manajemen menengah.
Imeiniar menambahkan, ada sekitar 50 orang pekerja WNI mengikuti program Membangun Negeri dan berhasil bekerja di Indonesia. Sebagian besar berpengalaman kerja minimal 5 tahun di Singapura, Australia, dan AS. Mereka terampil di bidang rekayasa, manufaktur, pemasaran, keuangan, dan teknologi digital.
"Karena budaya bekerja di luar negeri mengharuskan mereka berpikiran terbuka, maka kebiasaan itulah yang mereka tularkan. Keahlian mereka juga sangat bagus," tutur dia.
Robert Walters Indonesia memiliki program Pulang Kampung. Program yang sudah berjalan sejak 2015 ini menghubungkan WNI pekerja profesional dengan perusahaan di Indonesia. Para WNI pekerja profesional ini pernah lama bekerja di luar negeri dan bersedia kembali ke Indonesia untuk bekerja. Lebih dari 50 orang bersedia bekerja di Indonesia melalui program itu.
Head of Brand Marketing and Communications LinkedIn Asia Tenggara dan Asia Utara, Linda Lee, mengatakan, sistem industri 4.0 ditopang lima teknologi. Kelima teknologi itu adalah benda terhubung internet (IoT), kecerdasan buatan, robotik dan sensor, mesin cetak tiga dimensi, dan human machine interface. Kelima teknologi ini mendorong perluasan bidang pekerjaan.
Linda menuturkan, sejak 2018, LinkedIn menyelenggarakan program LinkedIn Dream Jobs yang berisi daftar pekerjaan, terutama terkait teknologi digital. LinkedIn menggandeng belasan perusahaan besar di Indonesia untuk menjalankan program itu.
Program itu digelar untuk membantu pekerja muda berprestasi memperoleh pekerjaan impian mereka, meskipun tidak punya jaringan. Alasan kedua, memudahkan perusahaan-perusahaan mendapatkan tenaga kerja muda berkualitas. (MED)