Untuk kesekian kalinya, aksi kekerasan yang melibatkan simpatisan partai politik kembali terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menanggapi hal itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meminta semua pihak tidak melakukan provokasi supaya konflik yang mengakibatkan kekerasan tidak terus berulang.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Untuk kesekian kalinya, aksi kekerasan yang melibatkan simpatisan partai politik kembali terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menanggapi hal itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meminta semua pihak tidak melakukan provokasi supaya konflik yang mengakibatkan kekerasan tidak terus berulang.
”Jangan ada upaya-upaya untuk memprovokasi dan sebagainya sehingga konflik itu bisa dihindari,” kata Sultan Hamengku Buwono X saat ditemui di Kantor Gubernur DIY, Senin (8/4/2019) sore.
Pada Minggu (7/4/2019), aksi kekerasan yang melibatkan simpatisan partai politik (parpol) kembali terjadi di DIY. Peristiwa pertama terjadi di Dusun Ngaran, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DIY, sekitar pukul 11.00. Dalam peristiwa itu, sejumlah simpatisan parpol melakukan perusakan di sekitar markas sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas).
Para simpatisan parpol itu tengah dalam perjalanan menuju Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, DIY, untuk mengikuti kampanye salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden. Namun, mereka tiba-tiba berhenti dan melakukan perusakan. Akibat aksi itu, sebuah mobil mengalami kerusakan di bagian kaca. Selain itu, kaca-kaca sebuah bangunan juga pecah karena diduga terkena lemparan batu.
Sementara itu, aksi kekerasan kedua terjadi di wilayah Sentolo, Kulon Progo, Minggu sore. Saat itu, sejumlah simpatisan parpol—yang baru saja pulang setelah mengikuti kampanye di Alun-alun Wates—merusak atribut kampanye di rumah salah seorang calon anggota legislatif (caleg) dari parpol lain. Peristiwa ini kemudian berujung pada kekerasan yang menyebabkan beberapa orang terluka.
Sultan HB X berharap aparat keamanan bisa menangani konflik yang melibatkan simpatisan parpol tersebut. Agar penanganan bisa dilakukan dengan baik, aparat diminta memahami akar masalah konflik tersebut. ”Yang penting, mereka juga menyadari problematikanya sehingga aparat juga bisa (menangani),” katanya.
Meskipun konflik dan aksi kekerasan yang melibatkan simpatisan parpol berkali-kali terjadi di DIY, Sultan HB X meyakini, penyelenggaraan Pemilu 2019 di provinsi tersebut bisa berlangsung aman. ”Yang mau konflik siapa?” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah DIY Ajun Komisaris Besar Yuliyanto meminta semua pihak untuk menahan diri. Namun, di sisi lain, kepolisian juga siap menindaklanjuti laporan terkait kekerasan yang melibatkan simpatisan parpol.
”Kami mengimbau semua komponen saling menahan diri, saling menghormati, dan tidak mudah terprovokasi,” kata Yuliyanto.
Korban
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, aksi kekerasan yang terjadi di wilayah Sentolo pada Minggu sore menyebabkan sejumlah orang terluka. Salah seorang korban adalah anggota TNI Angkatan Darat, yakni Sersan Kepala (Serka) Setia Budi Haryanto. Sehari-hari, Setia berdinas di Komando Resor Militer (Korem) 072/Pamungkas Yogyakarta.
Kepala Penerangan Korem 072/Pamungkas Mayor Mespan membenarkan bahwa Serka Setia Budi menjadi korban dalam insiden di Sentolo. Mespan menceritakan, peristiwa itu bermula dari keributan yang melibatkan simpatisan parpol di dekat rumah Serka Setia Budi. Saat itu ada orang yang memotret peristiwa tersebut dan dikejar oleh para simpatisan parpol.
Orang yang dikejar itu lalu masuk ke wilayah pemukiman Serka Setia Budi. Melihat hal itu, Setia berupaya mencegah simpatisan parpol agar tidak masuk ke wilayah kampung. Namun, para pelaku justru mengeroyok Setia.
”Anggota kami melarang massa masuk kampung. Kemudian, anggota kami dikeroyok, dipukul kepalanya. Dia mendapat tujuh jahitan di kepala dan lima jahitan di tangan,” kata Mespan.
Akibat peristiwa tersebut, Setia dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Namun, pada Minggu malam, ia sudah diperbolehkan pulang.
Sementara itu, satu korban lain dalam insiden di Sentolo adalah anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) Desa Sentolo, Janarta. Koordinator Divisi Pengawasan dan Hubungan Antarlembaga Badan Pengawas Pemilu DIY Amir Nasiruddin mengatakan, Janarta mengalami luka robek di kepala. Ia sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan, tetapi sudah diperbolehkan pulang.
Amir menjelaskan, peristiwa itu bermula dari kericuhan yang terjadi di sekitar Jembatan Bantar, Sentolo. Saat itu, sejumlah simpatisan parpol tengah mencabuti atribut kampanye di rumah seorang caleg dari partai lain. Melihat hal itu, Janarta berupaya untuk mencegah. Namun, ia malah mendapat lemparan batu dari massa dan dipukul dengan tongkat besi.
”Dia (Janarta) menunjukkan kartu identitas Panwas dan menyampaikan berusaha netral untuk menjaga kondusivitas. Tetapi, massa mulai melemparkan batu. Sewaktu berusaha pergi, dia tiba-tiba dipukul menggunakan tongkat besi dari arah belakang,” ujar Amir.