Sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri, Asosiasi Perempuan Indonesia di London, menyadari pentingnya keterampilan memakai kain tradisional dan kebaya dengan menarik. Untuk itulah, di sela-sela rangkaian London Book Fair, mereka menggelar “Workshop Cara Penggunaan Kebaya” oleh perancang busana asal Indonesia, Didiet Maulana.
Pada Senin (11/3/2019) di Kedutaan Besar Inggris, London, sekelompok ibu-ibu asyik belajar mengenakan kain tradisional dengan dipandu perancang busana Didiet Maulana. Di antara mereka, terdapat beberapa orang warga asing yang antuasias belajar berkebaya.
Kedua tangan Angela, warga Inggris, sibuk membelitkan, merapikan lipitan kain, dan mengencangkan kain tenun ikat ke pinggangnya. Pandangan bingung Angela beberapa kali berpindah dari belitan kainnya ke Didiet yang berdiri di atas panggung untuk memperagakan cara membelitkan kain tradisional yang dikenakan bersama kebaya.
Tak lama kemudian, Angela terlihat menyerah dan hanya berdiri melihat ibu-ibu lain heboh mencoba mengenakan kain. Hana A Satriyo, istri Duta Besar Indonesia untuk Inggris Rizal Ramli lalu menghampiri Angela dan membantunya memasangkan kainnya.
“Saya pernah coba pakai kain sendiri. Butuh waktu sampai 2 jam. Itu juga lama-lama ikatannya lepas lagi,” kata Angela (50) yang pernah tinggal di Bandung dan Bali, Indonesia, 20 tahun lalu itu, sambil tertawa.
Acara yang diselenggarakan Asosiasi Perempuan Indonesia di London di Kedutaan Besar RI untuk Inggris di London, 11 Maret lalu, ini merupakan rangkaian acara dari pameran buku internasional London Book Fair (LBF) 2019. Dari 30 peserta workshop, hanya Angela dan temannya yang merupakan warga asing. Selebihnya, warga Indonesia yang tinggal di London.
“Saya suka sekali dengan kebaya dan kain karena indah. Sayangnya, sulit sekali memakainya. Akhirnya, saya pakai kain yang diikat dengan kain ikat pinggang supaya tidak lepas,” kata Angela.
Pelatihan cara mengenakan kain untuk kebaya ini juga merupakan kegiatan promosi buku pertama Didiet yang berjudul Kisah Kebaya yang dirilis di LBF 2019. Buku ini berisi hasil penelitian Didiet selama enam tahun untuk mempelajari asal usul kebaya dan modifikasinya.
Di dalam buku yang diinspirasi oleh nenek Didiet yang selalu mengenakan kain dan kebaya ini juga terdapat foto-foto, kumpulan puisi, dan tips padu padan kebaya. Selain itu, di dalam buku itu juga disediakan pola-pola kebaya bagi yang ingin membuat kebaya kreasi sendiri. “Kalau sudah tahu dasarnya kebaya, lebih mudah untuk modifikasi dan memadumadankan,” kata Didiet.
Lebih dikenal
Hana berharap dengan workshop seperti ini kekayaan Indonesia, salah satunya kain tradisional dan kebaya, akan bisa dikenal lebih luas oleh komunitas internasional. Workshop ini merupakan salah satu kegiatan kebudayaan dari masyarakat diaspora Indonesia yang berada di Inggris. Setiap peserta diajak untuk berpraktik memakai kain dengan dipinjami kain tenun ikat milik Didiet.
"Kegiatan kebudayaan seperti ini penting apalagi pada saat usia hubungan Indonesia dan Inggris mencapai 70 tahun. Selain kegiatan workshop seperti ini, kami juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan terkait pengembangan anak dan perempuan," kata Hana.
Didiet juga berharap kebaya bisa menjadi warisan mode dunia dan dikenakan lebih banyak perempuan. Baginya, kebaya tidak hanya menunjukkan kemewahan pemakainya tetapi juga identitas Indonesia. Kebaya itu juga ia yakini mengeluarkan sisi yang terbaik dari seorang perempuan.
“Apalagi kalau kebaya itu dipadupadan sampai ke tatanan rambut. Fashion itu bebas,” kata Didiet sambil memperagakan cara mengenakan kain dengan benar.
Kain tradisional dan kebaya tidak akan punah jika semakin banyak orang membeli atau membuat kebaya. Jika tidak membuat sendiri, setidaknya dengan menjahitkan kebaya maka penjahit-penjahit kebaya akan bisa terus berproduksi. Ini yang menurut Didiet menjadi tantangan terberat, membuat kebaya tidak hanya digunakan di acara-acara resmi tetapi juga di keseharian.
Kebaya bukan busana tradisional yang eksklusif hanya dibuat oleh perancang busana. Untuk menjangkau generasi muda yang dilihat Didiet mulai banyak mau memakai kebaya, harus ada media yang bisa menarik minat mereka. Salah satunya melalui publikasi buku dengan visual yang menarik dan publikasi dengan bantuan teman-teman yang memiliki banyak pengikut di media sosial.
“Bisa menjadi viral. Nanti juga saya akan bikin workshop cara praktis memakai kain untuk kebaya keliling ke beberapa daerah di Indonesia,” kata Didiet.
Selain keliling di Indonesia, penting juga memperkenalkan kain tradisional dan kebaya Indonesia ke komunitas internasional. Bagi Didiet, dengan membawa kekayaan tradisi budaya seperti kain dan kebaya, Indonesia akan berdiri sejajar dengan bangsa lain.
Kebaya itu kaya karena setiap kebaya pasti menyimpan segudang kisah cerita. Yang perlu dilakukan hanyalah menggali cerita itu lalu mengembangkan dan mempresentasikan kebayanya.
“Kalau mau membuat inovasi baru, harus tahu dulu asal muasalnya. Saya sebenarnya tidak membuat inovasi tetapi mengembangkan dari yang sudah ada dan dirangkai dengan perspektif saya melihat dunia dan dapat pengaruh internasional yang akhirnya memengaruhi saya menciptakan kebaya dengan tampilan lebih segar,” kata Didiet kepada para peserta.