JAKARTA, KOMPAS — Diversifikasi usaha sedang dilakukan PT Indika Energy Tbk. Sebagai perusahaan energi terintegrasi, Indika berencana mengurangi peran batubara dalam pendapatan perusahaan.
Saat ini, sekitar 80-85 persen pendapatan perusahaan ditopang sektor pertambangan batubara. Adapun sisanya sekitar 15-20 persen dari sektor lain.
Menurut rencana, dalam 5 tahun mendatang, peran sektor di luar batubara akan ditingkatkan menjadi 25 persen.
”Ada beberapa upaya kami dalam mendiversifikasi usaha,” kata Managing Director dan CEO Indika Energy Azis Armand di Jakarta, Senin (8/4/2019).
Upaya itu di antaranya membangun fuel storage atau penyimpanan bahan bakar berkapasitas 100 juta liter di Balikpapan, Kalimantan Timur. Menurut rencana, proyek dengan investasi senilai 100 juta dollar AS itu siap dioperasikan pada triwulan II-2020.
Proyek ini dikerjakan bersama dua anak usahanya, yakni Petrosea dan Tripatra. Indika bekerja sama dengan ExxonMobil yang akan menggunakan fasilitas penyimpanan bahan bakar tersebut.
Investasi untuk proyek penyimpanan bahan bakar sebagian dari modal perusahaan.
Leonardus Herwindo, Head of Corporate Communications & CSR Indika Energy, menambahkan, investasi untuk proyek penyimpanan bahan bakar sebagian dari modal perusahaan.
Indika Energy yang masuk dalam daftar Indeks Kompas100 juga merambah sektor pertambangan emas. Melalui anak usahanya, PT Indika Mineral Investindo, Indika Energy membeli 19,9 persen saham PT Nusantara Resources Limited yang memiliki daerah operasi tambang emas di Sulawesi Selatan.
Leonardus memaparkan, tambang emas tersebut memiliki cadangan sekitar 1 juta-1,2 juta ounce. Dengan produksi sekitar 100.000 ounce per tahun, maka bisa berproduksi sekitar 10 tahun, mulai 2020.
Terkait dengan industri digital, Leonardus menyampaikan, Indika Energy juga masuk ke sektor itu dengan membentuk Indika Digital Technology. Perusahaan ini dibentuk untuk menangkap peluang pada industri 4.0.
”Saat ini perusahaan tersebut masih mendukung teknologi informasi internal perusahaan. Tujuannya, antara lain menciptakan efisiensi melalui proses digital. Nantinya, perusahaan ini jua mesti mencari peluang di luar perusahaan,” kata Leonardus.
Pasar baru
Produksi batubara Indika Energy sekitar 34 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 20 persen di antaranya diekspor ke China. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China yang melambat, yang berdampak pada penurunan permintaan batubara, berdampak signifikan bagi perusahaan batubara.
Azis mengakui, Indika berusaha mencari pasar ekspor baru. Sejauh ini, pasar ekspor baru yang terbuka antara lain Myanmar, Vietnam, dan Kamboja. Akan tetapi, kemungkinan ekspor ke negara-negara tersebut jauh di bawah China, yakni 1 juta ton.
”Kami akan tetap usahakan mencari pasar baru sambil mendiversifikasi usaha,” ujar Azis.
Sepanjang triwulan I-2019, Indika Energy memproduksi 9 juta ton batubara. Azis optimistis target produksi sebanyak 34 juta ton pada tahun ini dapat tercapai. (IDR)
