Laga Persebaya-Arema FC, Bonek Mulai Menuju Gelora Bung Tomo
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Meski laga leg pertama final Piala Presiden 2019 antara Persebaya dan Arema FC baru digelar pada pukul 15.30 di Gelora Bung Tomo, Benowo, Surabaya, Selasa (9/4/2019), sejak pukul 08.00 rombongan bonek sudah memadati hampir seluruh ruas jalan Kota Surabaya.
Mereka menentukan titik kumpul, seperti di Jalan Ir Soekarno (MERR), Jalan Bratang, dan Jalan Ngagel, sebelum secara berombongan 10-20 orang menuju ke Gelora Bung Tomo (GBT). ”Nonton bola itu, kan, tidak tiap hari. Tadi saya izin tidak masuk sekolah,” kata Hendri (15), siswa SMP, yang sudah siap dengan segala atribut Persebaya sedang menunggu rombongannya menuju GBT di sekitar Taman Flora, Bratang.
Sementara banyak penonton yang belum mendapatkan tiket tetap nekat menuju GBT. ”Dari kemarin, panitia sudah informasikan kalau sebanyak 50.000 tiket sudah habis terjual. Tak coba saja siapa tahu ada peluang bisa masuk,” kata Lucky Lokononto yang pada hari terakhir berburu tiket laga final itu.
Setelah pagi hari hingga siang kemarin memimpin langsung pembenahan Stadion GBT, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali meninjau pembenahan GBT pada malam harinya. Bahkan, ia memimpin pembenahan itu hingga hampir tengah malam. Selama di GBT, ia pun tak canggung-canggung menyapu ruangan dan membersihkan jendela.
Sementara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali mengingatkan kepada Persebaya dan bonek bahwa dalam setiap pertandingan pasti ada yang menang dan kalah sehingga harus siap menghadapi keduanya. Oleh karena itu, ia meminta bonek agar tidak emosi apabila tim kesayangannya nanti kalah. Sebab, suatu saat pasti akan datang kemenangan yang lebih besar lagi.
”Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda, tapi saya, ya, berdoa supaya Persebaya menang,” kata Risma yang sejak Minggu (7/4/20190 dan Senin (8/4/2019) malam mengawasi langsung penyempurnaan seluruh sarana dan fasilitas di GBT menjelang laga final ini.
Selain itu, ia mengajak warga Surabaya dan juga Bonek untuk terus melanjutkan kehidupan dan tidak berhenti di satu titik. Sebab, banyak sekali tujuan kehidupan yang harus digapai supaya bisa melanjutkan kehidupan yang lebih baik ke depan. ”Surabaya menjadi lebih baik, Surabaya lebih damai dan tenteram, tidak ada lagi permusuhan,” ujar Risma.
Jangan bermusuhan
Perempuan wali kota pertama di Kota Surabaya ini juga mengingatkan bahwa selama ini Arema memang seakan-akan menjadi ”musuh” bonek, tetapi yang perlu diingat adalah perpecahan semacam ini yang diincar oleh orang luar negeri yang menginginkan Indonesia.
”Ingat, Arema memang selama ini seakan-akan musuh untuk bonek, tapi ingat semua, bahwa ketidakrukunan seperti ini yang dicari di luar sana, dan menginginkan kita semua terpecah belah. Sebab, dengan demikian, mereka akan mudah masuk ke negara ini. Mereka akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan melalui perekonomian karena kita bermusuhan terus. Ayo jaga sportivitas bahwa kita bersaudara, tidak perlu dilanjut lagi permusuhan karena tidak ada gunanya,” tutur Risma, menambahkan.
Menurut Wali Kota Risma, sejak menjadi Wali Kota Surabaya 2010 hingga saat ini, sudah berkali-kali menangani ”pertempuran” Persebaya dengan Arema dan sudah banyak korbannya. Oleh karena itu, ia berharap pertandingan leg 1 Final Piala Presiden pada hari ini tidak ada lagi korban dan pertengkaran, terlebih dia sudah menyiapkan pertandingan itu dengan sebaik-baiknya.
”Sejak saya jadi wali kota, beberapa kali korbannya, apa masih kurang? Satu itu besar sekali artinya bagi keluarganya, saya tidak mau akan ada lagi korban dan pertengkaran. Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya terus mencoba menyiapkan yang terbaik untuk pertandingan hari ini,” tutur Risma.
Bagi Risma paling penting itu bukan stadion, melainkan kerukunan yang harus dijaga antarpendukung atau suporter. Tidak ada gunanya bermusuhan terus. ”Orangtua kita dan saudara serta anak istri masih butuh kalian semua. Jadi, tidak ada gunanya seolah-olah ini pertempuran penghabisan. Saya berharap sekali lagi agar semua pihak ingat masa depan masih panjang,” ujarnya.
Sejak saya jadi wali kota, beberapa kali korbannya, apa masih kurang? Satu itu besar sekali artinya bagi keluarganya, saya tidak mau akan ada lagi korban dan pertengkaran. Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya terus mencoba menyiapkan yang terbaik untuk pertandingan hari ini.
Di samping itu, Wali Kota Risma juga mengajak kepada bonek untuk bersama-sama menjaga fasilitas yang ada di GBT. Sebab, yang digunakan untuk membangun dan membenahi GBT itu bukan uang wali kota atau uang DPRD Kota Surabaya. GBT itu dibangun dengan uang yang bersumber dari warga Kota Surabaya.
”Yang digunakan untuk bangun GBT ini uang kita semuanya, jadi kalau dirusak fasilitasnya, berarti kita sama saja membuang uang. Sayang sekali, kan, mending uangnya digunakan untuk membangun perekonomian, seperti untuk kalian berusaha, membangun fasilitas sekolah serta bangun jalan dan gorong-gorong supaya Surabaya tidak banjir. Jadi, ayo sama-sama menjaga fasilitas GBT ini,” pungkas Risma.