JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Pariwisata mengumumkan lima destinasi wisata, yakni Lombok, Aceh, Kepulauan Riau, Jakarta, dan Sumatera Barat, memenuhi standar Indeks Wisata Halal Indonesia 2019. Kelimanya memenuhi kriteria penilaian terutama terkait akses, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan.
Indeks Wisata Halal Indonesia atau Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) merupakan standar ukuran wisata halal Indonesia yang mengacu Global Muslim Travel Index (GMTI). IMTI 2019 mengacu standar GMTI dengan mengadopsi empat kriteria, yakni akses, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan.
"Taget Indonesia tahun ini menjadi ranking pertama sebagai destinasi pariwisata halal terbaik dunia versi GMTI. Saat ini Indonesia ada di ranking ke-2 bersama Uni Emirat Arab," kata Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, Ni Wayan Giri Adnyani di Jakarta, Senin (8/4/2019).
Indonesia menjadi salah satu negara yang diperhitungkan dalam industri pariwisata halal (halal tourism) dunia. Oleh karena itu, sebagai pemain global atau global player Indonesia harus menggunakan standar global (global standard) yakni IMTI 2019 yang mengadopsi standar GMTI.
"Target tahun ini pariwisata halal Indonesia mencapai 5 juta wisatawan mancanegara (wisman) muslim atau tumbuh dari posisi tahun lalu sebanyak 2,6 juta wisman muslim dengan data realisasi hingga November," kata Giri Adnyani.
Dalam kesempatan itu, Giri Adnyani didampingi Penasihat Pengembangan Wisata Halal Riyanto Sofyan, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal Anang, Direktur Mastercard Indonesia Tommy Singgih, serta CEO of CrescentRating dan Halal Trip Fazal Bahardeen.
Standar global
IMTI 2019 yang mengacu pada standar global (GMTI) dan mengadopsi 4 kriteria GMTI, yakni meliputi Akses, Komunikasi, Lingkungan, dan Pelayanan (ACES).
Giri mengatakan, target pertumbuhan pariwisata halal Indonesia sebesar 42 persen sejalan dengan tumbuhnya wisata halal dunia yang signifikan. Pengeluaran wisatawan halal dunia diproyeksikan mencapai 274 miliar dollar AS pada tahun 2023. Pada tahun 2017, jumlah pengeluaran wisatawan muslim dunia mencapai 177 miliar dollar AS.
Riyanto menambahkan, belanja wisatawan muslim lebih besar dari pada wisatawan biasa. Jika belanja wisatawan biasa hanya 1.100 dollar per turis per kunjungan, maka belanja wisatawan muslim bisa mencapai 2.000 dollar per turis per kunjungan. "Wisatawan dari Timur Tengah, misalnya, lebih suka layanan yang premium dan bintang lima. Mereka juga tinggal lebih lama, sehingga belanjanya lebih besar," kata Riyanto.
Saat ini jumlah wisatawan muslim baru 20 persen, atau 3 juta wisman. "Targetnya lima juta wisatawan muslim di tahun 2019, atau 25 persen dari 20 juta wisman," ujar dia.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif, seperti negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
Direktur Mastercard Indonesia, Tommy Singgih menjelaskan, sejak 2015 Mastercard dan CrescentRating telah membantu pemerintah di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan wisata halal.
"Peningkatan yang sangat signifikan di sektor pariwisata di berbagai provinsi di Indonesia merupakan hasil dari proses perencanaan, investasi berkelanjutan, dan pengembangan infrastruktur selama bertahun-tahun oleh Kementerian Pariwisata,” kata Tommy.
Sementara itu, CEO CrescentRating dan HalalTrip, Fazal Bahardeen mengatakan, pariwisata halal menyediakan kesempatan yang besar bagi Indonesia untuk memperluas perkembangan ekonominya. “Indonesia memiliki beberapa keunggulan komparatif seperti negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memiliki banyak pantai yang indah, infrastruktur dasar, serta warisan budaya yang beragam. Hal tersebut membuat Indonesia berapa pada posisi yang tepat untuk menjadi salah satu destinasi wisata halal global terbaik," Fazal Bahardeen.
Tahun ini merupakan tahun kedua penerapan standar global GMTI dalam menilai kinerja destinasi pariwisata halal unggulan di Indonesia. Sebanyak 10 destinasi pariwisata halal unggulan Indonesia dinilai dengan menggunakan standar ini, yaitu: Lombok, Aceh, Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Malang Raya, Jawa Tengah, serta Makassar dan sekitarnya.
Pada tahun mendatang Kementerian Pariwisata terus mendorong berkembangnya destinasi pariwisata halal lainnya sehingga semakin banyak pilihan destinasi dan memperkuat posisi daya saing pariwisata halal Indonesia di tingkat global.