JAKARTA, KOMPAS – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia semakin membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Minimnya kolaborasi yang selama ini terjadi dinilai menjadi penghambat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Hal itu disampaikan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko saat berkunjung ke Redaksi Harian Kompas di Jakarta, Selasa (9/4/2019). Dalam kunjungan ini turut hadir Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Anies Suestiningtyas, Pelaksana Tugas Kepala Biro Kerjasama, Hukum, dan Humas LIPI Mila Kencana, Kepala Bagian Humas dan Informasi Publik LIPI Dwie Irmawaty Gultom, serta Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Hendrian.
Handoko menyampaikan, LIPI berencana menawarkan pendekatan berbeda dalam pengelolaan dan pengembangan iptek. Pendekatan ini dilakukan dengan membuat iptek menjadi lebih terbuka bagi masyarakat luas.
“Caranya sederhana. Apa yang ada di LIPI akan dibuka untuk umum sehingga bisa dipakai oleh siapa saja, baik dari sumber daya manusianya, peralatannya, laboratorium, juga infrastruktur yang dimiliki,” katanya.
Dengan begitu, kolaborasi bisa terwujud secara alami. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pun juga sudah memberikan dukungan penuh terhadap rencana ini.
Menurut Handoko, kolaborasi juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan pengembangan iptek di Indonesia. Selama ini, riset masih berjalan secara sporadis sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Padahal jika dijumlahkan, total belanja negara untuk penelitian dan lembaga berkisar Rp 26 triliun sampai Rp 47 triliun per tahun.
LIPI berencana menawarkan pendekatan berbeda dalam pengelolaan dan pengembangan iptek. Pendekatan ini dilakukan dengan membuat iptek menjadi lebih terbuka bagi masyarakat luas
Selain itu, masalah lainnya adalah jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih minim. Infrastruktur yang tersedia juga belum mumpuni.
Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Anies Suestiningtyas menambahkan, LIPI juga berupaya meningkatkan produktivitas kinerja melalui pembenahan yang sifatnya mendasar. Pembenahan ini misalnya dengan tata kelola SDM.
“Memang akibatnya terjadi resistensi di beberapa pihak. Namun, yang jelas, suasana di LIPI, baik pegawainya dan sumber daya lain tetap bekerja dengan baik dan tetap mencapai kinerjanya sesuai dengan yang ditentukan,” ujarnya.