Anak Kandung Penyandang Diabetes Berisiko Alami Obesitas
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak yang lahir dari orangtua penyandang diabetes berisiko mengalami obesitas sehingga dia juga dapat menderita penyakit diabetes. Untuk mencegah anak mengalami diabetes, perlu pengaturan pola makan dan aktivitas fisik yang cukup agar tidak obesitas.
Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Metabolik Endokrin dan Diabetes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dyah Purnamasari, di Jakarta, Rabu (10/4/2019), mengatakan, anak kandung berisiko mengalami diabetes genetik karena diturunkan dari orangtuanya.
“Hal tersebut terjadi karena lemak di sel otot lebih banyak,” kata Dyah dalam Seminar Awam dan Media bertajuk “Diabetes dan Obesitas” yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, Rabu.
Agar risiko mengalami diabetes genetik tidak lebih tinggi, maka dibutuhkan dukungan dari kerabat dan keluarga untuk mengingatkan anak agar menjalankan pola hidup sehat. Ia harus menjaga pola makan dan berolahraga secara teratur.
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan Dyah, ditemukan anak kandung laki-laki penyandang diabetes berisiko memiliki gangguan kolesterol, obesitas sentral, memiliki plak pembuluh darah, perlemakan hati lebih dini, dan gangguan hormon leptin. Hormon leptin berhubungan dengan peningkatan gangguan penyakit metabolik dan obesitas.
Adapun upaya pencegahan dini agar anak tidak mengalami obesitas bisa dilakukan dengan ibu harus menurunkan berat badan sebelum hamil dan menjaga kenaikan berat badan selama hamil. Anak juga harus diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan membiasakan mereka bergerak secara aktif. Selain itu, anak juga harus dibatasi dalam mengkonsumsi makanan siap saji.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Aman Bhakti Pulungan mengatakan, obesitas adalah penyakit. “Penyakit ini terkait faktor genetik, lingkungan, pola makan, dan aktivitas,” kata Aman.
Ia berharap agar masyarakat dan pemerintah Indonesia mulai mengubah pola pikirnya sehingga memikirkan upaya pencegahan dari pada pengobatan. Menurut Aman, masyarakat seringkali menganggap remeh anak yang mengalami obesitas. Alhasil, banyak orang yang tiba-tiba mengalami diabetes tanpa mengetahui gejalanya.
Dalam penelitian yang dilakukan Aman pada 2013, dari 92 remaja obesitas di Jakarta Pusat, 38 persen menunjukkan ciri resisten insulin yang berpotensi menjadi diabetes. Hal tersebut disebabkan oleh pola asuh yang salah. “Anak dibiarkan makan sambil duduk di depan televisi tanpa terkontrol,” ujar Aman.
Dampak gawai
Di era kemajuan teknologi digital, risiko anak menderita diabetes semakin tinggi karena mereka lebih memilih bermain gawai daripada aktivitas fisik. Selain itu, mereka dapat memesan makanan tanpa harus berjalan ke lokasi yang dituju karena dapat memesan melalui gawai mereka.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dicky Levenus Tahapary, mengatakan, obesitas akan menyebabkan berbagai penyakit lain, seperti resistensi insulin yang berujung pada diabetes.
Penderita obesitas juga akan mengalami stroke karena adanya sumbatan aliran darah. Mereka juga dapat mengalami penyakit jantung dan kanker
Selain itu, penderita obesitas dapat beresiko mengalami kerusakan jaringan rawan tulang lutut. “Lutut menjadi penyangga paling bersar dari beban tubuh,” kata Dicky.