Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta satuan komando daerah militer di daerah memperkuat pertahanan menghadapi perang modern. TNI kini tak lagi menghadapi perang konvensional, tetapi perang modern seperti terorisme, siber, radikalisme, dan narkoba.
Oleh
Nikson Sinaga
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta satuan komando daerah militer di daerah memperkuat pertahanan untuk menghadapi perang modern. Kini TNI tak lagi menghadapi perang konvensional, tetapi perang modern, seperti terorisme, siber, radikalisme, dan narkoba.
Ryamizard menyampaikan hal itu saat memberikan arahan kepada prajurit Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan, di Medan, Sumatera Utara, Rabu (10/4/2019). ”Selama ini, kita membenahi pertahanan dengan kekuatan perang dan menyiapkan alutsista (alat utama sistem persenjataan). Saya pikir, sekarang mau perang sama siapa, ya. Kita tidak menghadapi perang konvensional lagi,” katanya.
Ryamizard mengatakan, ancaman pertahanan yang nyata dihadapi negara saat ini adalah perang siber, intelijen siber, terorisme, radikalisme, narkoba, bencana alam, wabah penyakit, dan perbatasan negara. ”Kekuatan TNI di daerah-daerah harus bertransformasi agar bisa menghadapi ancaman nyata ini,” katanya.
Ryamizard menjelaskan, salah satu ancaman pertahanan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah terorisme generasi ketiga. Terorisme ini menyebarkan paham radikal melalui media siber sehingga jaringan terorisme menyebar lebih cepat, tetapi berdiri sendiri tanpa terkait langsung dengan sel jaringan lain.
Menurut Ryamizard, terorisme generasi ketiga ini sudah muncul dua kali di Indonesia. Pertama, pada aksi bom bunuh diri sekeluarga di Surabaya, Jawa Timur, Mei 2018. Kedua, bom bunuh diri ibu dan anak di Kota Sibolga, Sumut, Maret lalu.
Ryamizard mengatakan, jaringan teroris tersebut menyebarkan paham kebencian sehingga para anggotanya dapat melakukan aksi bom bunuh diri bersama keluarganya.
”Macan saja yang kejam dan buas tidak pernah menggigit anaknya sampai terluka. Mengapa dia mau? Karena mindset-nya diubah. Dicuci otaknya. Mereka ini musuh nyata yang dihadapi saat ini,” kata Ryamizard.
Ryamizard menyatakan, bom bunuh diri bersama keluarga akan terus terjadi jika tidak dilawan. Paham terorisme generasi ketiga, kata dia, sudah masuk ke sejumlah lembaga pendidikan, baik umum maupun berbasis agama. ”Untuk melawan terorisme bentuk baru, tentara harus punya intelijen siber yang bisa mendeteksi penyebaran paham tersebut,” katanya.
Untuk melawan terorisme bentuk baru, tentara harus punya intelijen siber yang bisa mendeteksi penyebaran paham tersebut.
Sementara itu, Panglima Kodam I/Bukit Barisan Mayor Jenderal Mohamad Sabrar Fadhilah mengatakan, selain memperkuat satuan perang dan alutsista, mereka kini juga mulai menyiapkan diri untuk perang modern. ”Kami terus memperkuat satuan untuk menghadapi berbagai jenis perang modern,” katanya.
Sabrar mengatakan, perang siber yang menyebarkan berbagai paham merupakan ancaman bagi kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa. Untuk itu, mereka terus beradaptasi untuk bisa lebih andal dalam menghadapi perang siber.
Ancaman lain yang mengancam generasi bangsa, menurut Sabrar, yaitu narkoba yang telah meluas dan mengancam masa depan generasi bangsa. Seluruh masyarakat harus berupaya memutus peredaran narkoba.