Aquaculture Berbasis Daya Dukung Lingkungan Dikembangkan
Perusahaan retail multi nasional asal Amerika Serikat Walmart melalui Walton Family Foundation menggandeng sejumlah lembaga riset untuk mengembangkan aquaculture di Banyuwangi. Program yang dirancang selama 2 tahun tersebut nantinya akan memetakan permasalah petambak, membantu peningkatan produksi, hingga merancang sistem pengolahan limbah tambak yang tidak mencemari lingkungan sekitar.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Perusahaan retail multi nasional asal Amerika Serikat Walmart melalui Walton Family Foundation menggandeng sejumlah lembaga riset untuk mengembangkan aquaculture di Banyuwangi. Program yang dirancang selama 2 tahun tersebut nantinya akan memetakan permasalah petambak, membantu peningkatan produksi, hingga merancang sistem pengolahan limbah tambak yang tidak mencemari lingkungan sekitar.
Melalui program tersebut diharapkan tercipta peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan kesehatan lingkungan, hingga pengembagan wisata edukasi berbasis tambak di Banyuwangi. Program ini diharapkan sejalan dengan moratorium tambak yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sejak 2012
Pimpinan Program Pengembangan Aquaculture di Indonesia dari Walton Family Foundation Heater D’Agnes mengatakan, program ini merupakan bentuk dukungan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya berkelanjutan di Indonesia. Dalam menjalankan program tersebut Walton Family Foundation menjalin kemitraan dengan sejumlah lembaga riset, pemerhati lingkungan, komunitas, swasta dan pemerintah.
“Melalui program ini kami ingin melihat lanskap dan aquacape tambak udang yang ada di Banyuwangi. Nantinya kami bisa menentukan komponen apa yang perlu ditingkatkan produktifitas, kualitas produksi, pencegahan penyakit, pengolahan limbah dan sebagainya,” ujar Heater.
Selain itu Program Pengembangan Aquaculture juga berupaya merumuskan program pembiayaan yang cocok bagi para petani tambak. Bentuk dukungan pemerintah dan swasta juga akan dirumuskan melalui pemetaan yang menyeluruh.
Melalui program ini kami ingin melihat lanskap dan aquacape tambak udang yang ada di Banyuwangi. Nantinya kami bisa menentukan komponen apa yang perlu ditingkatkan produktifitas, kualitas produksi, pencegahan penyakit, pengolahan limbah dan sebagainya
Beberapa lembaga yang akan dilibatkan dalam program ini antara lain Yayasan Inisiatif Dagang Hijau dan Conservation Internasional. Manager Bidang Kebijakan, Blue Carbon dan perikanan di Conservation International Indonesia Audry J Siahainenia mengatakan program ini tidak berorientasi pada pada peningkatan produksi tambak.
“Kami tidak sedang berupaya meningkatkan produksi, melainkan berusaha untuk mengurangi polusi akibat pertambakan yang mencemari perairan. Polusi ini secara tidak langsung menganggu produksi. Kalau polusi ini bisa dikendalikan sehingga tidak mengganggu tambak di sekitarnya, harapannya berdampak pada peningkatan produksi,” ungkap Audry.
Menciptakan sistem
Program ini tidak hanya menggarap sektor tambak per petak-petak, melainkan ingin menciptakan sistem pertambakan terpadu mulai dari sumber air, pengelolaan pakan, budidaya, pengelolaan limbah, pemasaran termasuk pembiayaan bagi para petani tambak.
Chairman of Executive Board Inisiatif Dagang Hijau Fitrian Ardiansyah menjelaskan, program ini bertujuan untuk mengontrol cara budidaya tambak yang baik. Nantinya akan dirumuskan sistem budidaya untuk seluruh tambak secara menyeluruh.
“Dengan tata air, budidaya hingga pembuangan limbah yang baik, tentunya akan mempengaruhi biaya produksi yang diharapkan juga lebih baik. Kami juga akan membantu mencari bentuk pembiayaan yang lebih mudah dan murah dengan perbankan agar bisa diakses para petani tambak,” tutur Fitrian.
Rampung 2020
Program yang dimulai bulan ini ditargetkan rampung pada 2020. Selama program berjalan akan dilaksanakan pemetaan masalah, penyiapan pentani tambak, hingga menentukan pola pemberian pakan yang tepat.
Fitrian mengatakan, program ini tidak hanya menghasilkan rekomendasi, tetapi juga berbentuk intervensi kepada para petani tambak. Harapanya tambak-tambak di Banyuwangi menjadi lebih tertata dan muncul manajemen budidaya tambak yang ramah lingkungan.
Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo mengatakan, luas lahan perikanan tambak di Banyuwangi mencapai 1.380 hektar. Sejak 2012 jumlah tersebut tidak bertambah karena pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan moratorium tambak.
“Kendati demikian produksi tambak udang jenis vennamei meningkat dari 12.000 ton pada tahun 2017 menjadi 19.970 ton pada 2018. Tahun lalu, sebanyak 19.270 ton udang vennamei asal Banyuwangi di ekspor ke sejumlah negara Eropa,” ungkapnya.
Hary yakin program kemitraan dengan Walton Family Foundation dan lembaga riset berbasis lingkungan tersebut mendukung produksi budidaya udang di Banyuwangi. Program ini diharapkan juga menjadi jawaban atas keresahan dampak polusi yang muncul karena usaha tambak.