JAKARTA, KOMPAS — Performa industri pertanian, khususnya kelapa sawit, diproyeksikan menghadapi tantangan besar pada 2019. Untuk itu, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk berencana mengurangi ketergantungan terhadap kelapa sawit dengan memperluas pasar penyaluran kredit.
Dalam Laporan Tahunan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) 2018, penyaluran kredit Rp 15,7 triliun atau tumbuh 42,7 persen pada 2018. Adapun penyerapan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 18,1 triliun atau tumbuh 45,5 persen.
Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto mengatakan, target pertumbuhan kredit sebesar 30 persen pada 2019. ”Setidaknya penyaluran dana melewati Rp 21 triliun pada tahun ini,” katanya di sela-sela peluncuran kartu kredit co-branding BRI Agro di Jakarta, Rabu (10/4/2019).
BRI Agro akan tetap memprioritaskan penyaluran kredit di sektor agrobisnis. Orientasi penyaluran kredit selama ini didominasi oleh komoditas kelapa sawit. Komoditas lain yang turut menjadi target penyaluran kredit adalah kelapa, tebu, dan karet.
Menurut Agus, bisnis kelapa sawit berpotensi bergejolak akibat tekanan dari Uni Eropa. Karena itu, korporasi akan memperdalam segmen industri pertanian lainnya dalam menyalurkan kredit. Industri yang dinilai berpotensi besar adalah kopi, pisang, dan tapioka.
Ia melanjutkan, langkah korporasi memperdalam dan memperluas jenis komoditas bertujuan untuk mengurangi ketergantungan penyaluran kredit terhadap industri sawit. ”Hingga triwulan I tahun 2019, penyaluran kredit kami masih di bawah 10 persen,” ujarnya.
Kartu kredit
BRI Agro juga berupaya meningkatkan penyaluran kredit konsumen. Hari ini, perseroan meluncurkan kartu kredit pertama BRI Agro.
Agus mengatakan, target konsumen sebanyak 10.000 nasabah pada tahun pertama. Diperkirakan, perusahaan akan memperoleh Rp 20 miliar outstanding kredit atau jumlah kredit tercatat pada saldo pinjaman.
Direktur Konsumer PT BRI (Persero) Tbk Handayani mengatakan, peluncuran kartu kredit itu juga bertujuan untuk memperkuat koneksi dengan nasabah yang telah ada dan menjaring nasabah baru. BRI adalah induk perusahaan BRI Agro.
”Selain itu, BRI Agro kini mampu melakukan transaksi berbasis digital. Hal ini penting karena sistem pembayaran berbasis e-dagang tumbuh luar biasa,” ucapnya.
Ia berharap, nasabah BRI Agro, khususnya pelaku industri agrobisnis, semakin mudah bertransaksi secara daring menggunakan kartu kredit. Sebagai contoh, petani akan mampu membeli bibit atau pupuk dari platform e-dagang tanpa harus pergi ke toko fisik.