JAKARTA, KOMPAS — Harga komoditas karet di pasar dunia merangkak naik seiring penerapan pembatasan ekspor karet dari negara-negara produsen karet yang tergabung dalam Dewan Tripartit Karet Internasional (ITRC). Harga karet diharapkan dapat lebih tinggi dan mencerminkan fundamen dalam perdagangan karet di dunia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo di Jakarta, Selasa (9/4/2019).
”Harga karet di bursa perdagangan Singapura mencapai 1,51 dollar AS per kilogram,” kata Moenardji.
Pada pertengahan November 2018, harga karet 1,21 dollar AS per kilogram.
Moenardji mengapresiasi upaya pemerintah, terutama Kementerian Koordinator Perekonomian, yang terus berkoordinasi dengan negara-negara produsen karet sehingga bisa membatasi ekspor karet.
Sesuai kesepakatan negara-negara produsen karet dalam ITRC, kata Moenardji, volume pembatasan ekspor karet sebanyak 240.000 ton. ”Indonesia mengurangi sebanyak 98.000 ton, sedangkan sisanya Malaysia dan Thailand,” katanya.
Pembatasan ekspor karet, menurut Moenardji, mulai dilakukan 1 April 2019 untuk Malaysia dan Indonesia. Adapun Thailand baru memulai membatasi ekspor karet pada 20 Mei 2019. Jangka waktu pembatasan ekspor karet dari ketiga negara itu selama 4 bulan.
Moenardji menambahkan, seiring dengan kenaikan harga karet di pasar dunia, harga jual karet dari petani ke pabrik pengolahan karet juga akan meningkat. Namun, harga karet di tingkat petani bisa saja bervariasi karena mata rantai perdagangan karet di lapangan, seperti pengepul, pedagang kecil, sampai pedagang besar.
Moenardji berharap, harga karet di pasar dunia terus meningkat dalam empat bulan mendatang sehingga menyentuh 1,60 dollar AS sampai 1,70 dollar AS per kilogram.
”Kita berharap, harga karet di pasar dunia dapat mencerminkan harga fundamen perdagangan karet,” katanya.
Selama ini, harga karet di pasar dunia cenderung turun karena ada persepsi yang dimunculkan bahwa stok karet berlimpah.
Secara terpisah, Deputi Bidang Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, kinerja industri perkebunan karet, terutama dari PT Perkebunan Nusantara (Persero), memang kurang baik pada 2018 karena harga karet yang rendah.
Namun, lanjut Wahyu, tren harga karet saat ini mulai meningkat. Selain itu, program pemerintah terkait penggunaan aspal campuran karet diharapkan dapat meningkatkan permintaan karet di pasar dalam negeri. Dengan demikian, pada 2019, diharapkan harga karet dapat meningkat sehingga kinerja industri perkebunan karet PTPN, seperti PTPN III, PTPN IV, dan PTPN VII, dapat lebih baik. (FER)