Pasukan AS di Timur Tengah ditetapkan Iran sebagai kelompok teroris. Pemerintah AS dikecam di Iran ataupun di AS. Peluang pecahnya perang AS-Iran dikhawatirkan semakin besar.
TEHERAN, SELASA— Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran menetapkan Komando Tengah Amerika Serikat dan semua pasukan yang dibawahkannya sebagai teroris. Dewan itu juga menyatakan AS sebagai pendukung terorisme.
Dewan itu menyatakan akan mengamati tindak tanduk pasukan AS di Timur Tengah. ”Setiap tindakan yang tidak biasa oleh pasukan AS di kawasan akan dianggap sebagai perilaku teroris,” kata juru bicara dewan itu, Keivan Khosravi, Selasa (9/4/2019) di Teheran, tanpa menjelaskan lebih lanjut maksud pernyataan itu.
Penetapan dewan itu adalah balasan atas keputusan AS yang memasukkan Garda Revolusi Iran (IRGC) dalam daftar teroris. Presiden AS Donald Trump mengumumkan itu, Senin (8/4/2019) di Washington. Jika jadi diberlakukan mulai 15 April 2019, IRGC menjadi satu- satunya lembaga negara dalam daftar itu. Selama ini, daftar itu berisi aktor nonnegara, seperti Al Qaeda, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), serta Hezbollah.
Komando Tengah AS atau lebih dikenal sebagai US Centcom mengendalikan operasi militer AS di Timur Tengah dan Asia Tengah, termasuk di Afghanistan. Pangkalan dan pasukan AS di Timur Tengah dikendalikan US Centcom.
Sementara IRGC adalah unit militer terkuat, secara militer ataupun ekonomi, di Iran. Kekuatan IRGC antara lain dibuktikan lewat berbagai unit usaha yang punya porsi besar dalam perekonomian Iran. IRGC juga menjadi penanggung jawab program nuklir Iran, sumber utama sengketa Iran dengan AS dan banyak negara lain.
IRGC pun beroperasi di luar negeri dengan menyokong milisi antara lain di Suriah, Lebanon, dan Irak. Trump memutuskan AS keluar dari kesepakatan nuklir yang dibuat dengan Iran pada 2015 (JCPOA) karena alasan sokongan itu. Trump menilai JCPOA tidak cukup kuat menekan Iran. Trump ingin mekanisme lebih keras untuk menekan Iran agar tidak meneruskan program nuklirnya dan sokongan kepada milisi di negara lain. Rangkaian sanksi baru dinyatakan bagian dari upaya Washington agar Teheran mau membahas mekanisme pengganti JCPOA. Iran berulang kali menyatakan tidak akan mau merundingkan pengganti JCPOA.
Dukungan
Selepas pengumuman AS soal IRGC, berbagai pihak di Iran menunjukkan dukungan kepada pasukan itu. Presiden Iran Hassan Rouhani yang beberapa kali berseberangan dengan IRGC pun mendukung pasukan itu. Ia menyebut penetapan AS hanya meningkatkan popularitas IRGC. Anggota IRGC akan semakin disayangi rakyat Iran.
Pernyataan itu disampaikan di sela Hari Nuklir yang diperingati Iran setiap 9 April. Menurut kalender hijriah versi Iran, kemarin juga adalah Hari Garda Revolusi.
Ia menyebut AS sebagai pimpinan terorisme global. Sanksi AS hanya akan menyemangati Iran agar semakin bersemangat membuat peluru kendali dan teknologi persenjataan baru. ”Amerika tidak akan bisa menghambat kemajuan Iran,” ujarnya.
Rouhani menyebut IRGC sebagai pasukan yang membaktikan diri untuk melawan milisi di Iran, Irak, dan Suriah. IRGC melawan NIIS dan membantu pasukan yang loyal kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Para anggota parlemen Iran juga menunjukkan dukungan kepada IRGC. Mereka memakai seragam IRGC dalam sesi sidang. Ketua parlemen Iran Ali Larijani mengecam keputusan AS dan menyebutnya sebagai puncak kebodohan dan pengabaian.
Halaman depan koran-koran Iran menampilkan komentar bermusuhan atas langkah AS itu. Koran Javan yang berafiliasi dengan IRGC menurunkan laporan yang menyebut serangan apa pun terhadap pangkalan dan fasilitas IRGC akan dianggap sebagai alasan Iran untuk menyerang.
Sementara koran Kayhan, yang dikenal bergaris keras, mengatakan, pernyataan Trump sama saja memberi izin bagi Iran untuk membunuh tentara AS. Adapun koran Iran, yang dimiliki pemerintah, menyebut, langkah AS itu sama saja menetapkan seluruh Iran sebagai teroris. Sementara harian Shargh menyebut keputusan AS itu sebagai kartu terakhir Trump melawan Iran.
Di AS, pengumuman Trump juga memicu kritik dan kekhawatiran. ”Ada pertanyaan apakah perusahaan atau individu di luar AS akan dikenai sanksi karena bertransaksi dengan perusahaan-perusahaan yang dikendalikan IRGC,” kata Anthony Rapa, spesialis perdagangan internasional dan keamanan di salah satu kantor hukum di AS, Kirkland and Ellis.
”Langkah ini menutup pintu potensial untuk mencapai penyelesaian damai dengan Iran. Sekali tertutup, dan diplomasi mustahil, perang sulit dihindari,” kata Trita Parsi, pendiri Dewan Nasional Iran-Amerika.