SLEMAN, KOMPAS - Kerukunan antarumat beragama harus senantiasa dijaga demi mempertahankan keutuhan bangsa. Rasa persaudaraan bisa direkatkan dengan menguatkan empati terhadap sesama. Hal tersebut diyakini mampu menimbulkan suasana kehidupan yang harmonis dan penuh perdamaian di tengah berbagai keberagaman yang ada.
“Kami sangat prihatin. Ini menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan rasa toleransi, kebersamaan, dan kerukunan di antara kita. Kegiatan hari ini menunjukkan bahwa mayoritas umat beragama mengecam terhadap praktik tindakan tidak terpuji ini,” kata Sekretaris II Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sleman, B Wibowo Sulistiantoro.
Seperti diwartakan Kompas pada Sabtu (6/4/2019), sekitar 10 nisan kayu di kompleks Pemakaman RS Bethesda, Caturtunggal, Sleman, DI Yogyakarta, dicabut oleh orang tidak dikenal. Beberapa diantaranya, ditemukan dalam kondisi terbakar. Pelaku perusakan makam tersebut masih belum diketahui.
Terkait dengan peristiwa itu pada Rabu (10/4/2019), sejumlah keluarga ahli waris bersama warga dari berbagai elemen masyarakat mengadakan kerja bakti di Kompleks Pemakaman Rumah Sakit Bethesda, di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok. Nisan kayu yang terlepas dipasang kembali, sedangkan nisan kayu yang terbakar digantikan oleh nisan baru.
Kegiatan tersebut sedikitnya diikuti 300 orang. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang agama. Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh keluarga yang hadir untuk membersihkan dan memulihkan sebagian makam yang sempat dirusak orang tak bertanggungjawab.
Ketua Paguyuban Tresna Sejati—perkumpulan ahli waris Makam RS Bethesda—Suwarto Hadi menyampaikan, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan itu sukarela. Tidak semuanya merupakan keluarga dari orang yang dimakamkan di sana. Tetapi, mereka memberikan bantuan dalam berbagai rupa.
“Semua sukarela menyumbangkan tenaga, makanan, sampai uang. Ini dari berbagai agama. Ternyata di kita masih banyak yang punya hati. Saya tidak ingin menjadi bola liar dengan dibicarakan macam-macam. Kita introspeksi diri baik dari paguyuban dan yayasan mencari jalan apa yang bisa dilakukan,” kata Suwarto.
Agus Sunandar (59), warga Condongcatur, mengatakan, ia ikut membersihkan makam untuk menunjukkan rasa empati bagi keluarga yang dirusak makamnya. Padahal, tidak ada anggota keluarganya yang dimakamkan di tempat pemakaman tersebut.
“Kami tidak berpikir macam-macam. Rusak-rusak ini tidak ada pikiran macam-macam. Kami ingin ikut memperbaiki dan menunjukkan empati. Menjaga kebersamaan sebagai sesama manusia,” kata Agus.
Kami tidak berpikir macam-macam. Rusak-rusak ini tidak ada pikiran macam-macam. Kami ingin ikut memperbaiki dan menunjukkan empati. Menjaga kebersamaan sebagai sesama manusia
Turmarhaban Rajagukguk, ahli waris menyampaikan, pihaknya tak ingin berlarut-larut dengan permasalahan itu. Ia menganggap, peristiwa itu sebagai suatu musibah yang harus dianggap sebagai pelajaran bagi semuanya. “Tuhan ada jalan yang terbaik untuk semua ini,” katanya.
Hal serupa diungkapkan oleh Untung Mulyono (70), ahli waris lainnya. Menurut dia, selama ini, makam tersebut memang tak terperhatikan. Banyak makam yang ditumbuhi ilalang dengan tinggi bisa mencapai 30-50 cm.
“Ini jelas ada sisi positifnya. Kita buat saja pelajaran bagi semua. Bahwa kita harus lebih memperhatikan dan merawat pemakaman ini. Setidaknya, makam milik keluarga kita masing-masing,” jelas Untung.