Sejumlah warga korban banjir luapan Sungai Citarum, baik di pengungsian maupun yang bertahan di rumah, di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai terserang penyakit. Mereka mengeluhkan gatal-gatal, sakit kepala, demam, masuk angin, dan diare.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sejumlah warga korban banjir luapan Sungai Citarum, baik di pengungsian maupun yang bertahan di rumah, di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai terserang penyakit. Mereka mengeluhkan gatal-gatal, sakit kepala, demam, masuk angin, dan diare.
Tana (42), korban banjir di Posko Pengungsian Bojong Asih, Dayeuhkolot, mengeluhkan sakit kepala sejak dua hari terakhir. “Mungkin karena terlalu lama tidur di luar rumah,” ujarnya yang sudah sepekan tidur di pengungsian, Rabu (10/4/2019).
Bersama lebih dari 130 pengungsi lainnya, Tana tidur di Aula Desa Dayeuhkolot. Mereka tidur beralaskan kasur yang disediakan petugas. Barang-barang warga, seperti pakaian dan bahan makanan juga menumpuk di aula tersebut.
Tana mengatakan, setiap hari petugas kesehatan Puskesmas Dayeuhkolot datang ke lokasi pengungsian. Warga mendapat pengobatan secara gratis.
Banjir yang tak kunjung surut membuat Tana belum dapat kembali ke rumah. Sebab, ketinggian banjir di rumahnya hampir dua meter sehingga tidak dapat ditinggali.
Yuli (34), pengungsi di Gudang Tanggo, Bojongsoang, juga mengkhawatirkan kondisi kesehatan anaknya yang berusia 2,5 tahun. Sebab, tempat pengungsian itu mempunyai akses udara yang cukup terbuka sehingga terasa dingin saat malam hari.
Anak saya suka batuk-batuk kalau malam. Di sini ada pemeriksaan kesehatan rutin setiap pagi. Kami ingin pulang, tetapi rumah masih terendam
“Anak saya suka batuk-batuk kalau malam. Di sini ada pemeriksaan kesehatan rutin setiap pagi. Kami ingin pulang, tetapi rumah masih terendam,” ujarnya.
Sejumlah korban bencana yang masih bertahan di rumah juga mulai terserang gatal-gatal. Salah satunya Asep (29), warga Andir, Baleendah.
“Sudah sepekan kaki saya kena air banjir terus. Jadinya gatal dan luka karena digaruk. Tetapi sudah diberi obat salep,” ujarnya.
Sementara itu, Yesi (30), mengkhawatirkan kondisi anaknya, Firman (6), yang mengeluhkan gejala diare. Sejak dua hari lalu, Firman demam, mual, sakit perut, dan fesesnya cair.
“Telah dibawa ke dokter dan diberi obat. Demamnya sudah turun. Namun, terkadang masih merasa mual,” ujar Yesi.
Yesi berharap, pemerintah mengirimkan tenaga kesehatan ke rumah-rumah warga. Sebab, masih banyak warga tidak mengungsi karena memilih tinggal di lantai dua rumah.
Akses terputus
Sejumlah jalan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, masih tergenang banjir karena luapan Sungai Citarum, Rabu sore. Akibatnya, jalan yang merupakan akses menuju Kota Bandung itu belum dapat dilalui kendaraan bermotor.
Beberapa jalan yang tergenang adalah Jalan Raya Dayeuhkolot, Jalan Siliwangi, Jalan Andir-Katapang, Jalan Anggadireja, dan Jalan Raya Banjaran. Ketinggian banjir di jalan bervariasi hingga lebih dari satu meter.
Sejumlah warga menggunakan perahu dan delman untuk melintasi jalan-jalan itu. Namun, ada juga yang menerobos banjir dengan berjalan kaki.
Beberapa pengendara sepeda motor nekat menerobos banjir. Akibatnya, mesin kendaraannya mati karena kemasukan air.
Pengendara lainnya beralih menggunakan Jalan Raya Bojongsoang. Akibatnya, terjadi kemacetan hingga 1 kilometer di jalan itu.
Di beberapa lokasi, seperti Kampung Cigosol, Baleendah, dan Babakan Leuwi Bandung, Dayeuhkolot, ketinggian banjir lebih dari dua meter. Selain menggenangi rumah, banjir juga merendam pertokoan, pasar, perkantoran, dan sekolah.
Dadang (32), warga Dayeuhkolot, mengatakan, belum berakhirnya musim hujan membuat warga khawatir banjir terus meninggi. “Pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, sampai Mei masih terjadi hujan lebat,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, lebih dari 37.000 jiwa terdampak akibat banjir itu. Sekitar 2.000 warga mengungsi ke sejumlah lokasi.
Pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, sampai Mei masih terjadi hujan leba
Gubernur Jabar Ridwan Kamil sempat meninjau lokasi banjir di Dayeuhkolot, Sabtu (6/4/2019). Dia mengakui, Kolam Retensi Cienteung tidak cukup menampung banjir. Oleh sebab itu, jumlahnya akan ditambah di beberapa lokasi.
“Tahun ini dibangun satu (kolam retensi). Kalau masih tidak cukup, akan ditambah. Jadi, solusi mengatasi banjir sedang dikerjakan,” ujarnya.