Pada akhir 2017, Ajax terguncang di bawah kepelatihan Marcel Keizer karena tersingkir pada babak 16 besar Piala Belanda. Manajemen kemudian mencari nama-nama baru untuk menggantikan Keizer, dan muncullah Erik ten Hag, mantan pelatih Utrecht. Keizer dipecat dan Ten Hag memulai kejutan baru bersama Ajax.
Terpilihnya Ten Hag (49) awalnya sempat membuat banyak fans Ajax terkejut. Pertanyaan mereka hanya, ”kenapa harus Ten Hag?”. Jika melihat Utrecht, tim itu hanya bisa mencapai peringkat lima Liga Belanda pada musim 2017-2018.
Namun, jika dicermati, justru Ten Hag mampu memperbaiki penampilan Utrecht dengan cepat. Pada musim 2014-2015, Utrecht hanya berada di peringkat ke-11. Setelah Ten Hag masuk, Utrecht melesat ke peringkat empat pada musim 2016-2017 dan bisa tampil di Liga Europa. Utrecht juga menembus final Piala Belanda tahun 2016. Tidak hanya itu, Utrecht mengalahkan Ajax, 2-1, pada November 2017.
Oleh karena itu, Presiden Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge, seperti dilansir laman Four Four Two pada 2018, pernah mengatakan bahwa Ten Hag merupakan sosok yang tepat bagi Ajax. ”Dia dapat melakukan hal-hal besar dan dia sudah membuktikannya,” ujarnya.
Ten Hag sangat dikenal oleh Rummenigge karena sempat menjadi pelatih tim muda Bayern Muenchen sebelum menangani Utrecht. Ten Hag berada di tim muda saat tim senior dilatih Pep Guardiola. Tidak mengherankan jika sampai saat ini Ten Hag begitu terinspirasi oleh Guardiola dalam hal taktik dan cara melatih. Keduanya, secara kebetulan juga berkepala plontos. Ten Hag sangat mengagumi filosofi bermain Guardiola, terutama dalam hal menyerang dan menguasai bola.
”Saya belajar banyak dari Guardiola. Struktur tim yang ia bangun juga saya coba implementasikan di Ajax,” kata Ten Hag sebelum menghadapi Real Madrid pada babak 16 besar Liga Champions.
Membangkitkan Ajax
Dengan pengalaman itulah Ten Hag bisa membangkitkan Ajax. Tidak hanya di level domestik, Ajax bisa menjadi kuda hitam di Liga Champions musim ini. Mereka tidak hanya mencapai babak perempat final untuk pertama kalinya sejak tahun 2003. Mereka mencapai babak itu dengan meyakinkan, menyingkirkan sang juara bertahan, Real Madrid.
Ilmu yang diperoleh selama di Muenchen sebagai pelatih para pemain muda dan kolega Guardiola membuat Ten Hag tidak kesulitan menangani skuad muda Ajax. Para talenta muda Ajax seperti Frenkie de Jong (21) dan kapten Matthijs de Ligt (19) dapat terus berkembang dan membuat klub besar terpesona. De Jong sudah pasti berlabuh ke Barcelona musim depan, dan tidak ada jaminan bahwa banyak pemain lainnya akan mengikuti jejak untuk berpindah klub.
Ten Hag pun sangat bangga bisa membawa Ajax ke perempat final seperti saat ini. ”Sangat sulit bagi klub Belanda untuk bisa mencapai babak ini. Saya rasa ini bagus tidak hanya untuk Ajax tetapi juga Liga Champions (menjadi lebih berwarna),” katanya. Sebelum Ajax, tim Belanda terakhir yang tampil di babak perempat final adalah PSV Eindhoven pada tahun 2007.
Hingga babak perempat final ini Ten Hag dan Ajax sudah membuat beberapa kejutan dan kini mereka bisa saja membuat kejutan baru ketika menghadapi Juventus. ”Sepak bola harus bisa memberi kejutan kepada banyak orang. Sungguh menyenangkan apabila kami bisa menghadirkan kejutan itu pada tahun ini,” ucapnya. (AFP)