SURABAYA, KOMPAS – Tuan rumh Persebaya Surabaya ditahan imbang 2-2 (1-1) oleh Arema FC pada laga pertama final turnamen sepak bola Piala Presiden, Selasa (9/4/2019), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur. Juara turnamen pramusim ini masih harus ditentukan pada laga kedua, Jumat (12/4/2019), di Stadion Kanjuruhan, Malang, dengan Arema diuntungkan karnea menjadi tuan rumah.
Persebaya gagal memaksimalkan dukungan Bonek yang membuat “lautan hijau” di dalam stadion yang dipadati sekitar 50.000 penonton. Di sisi lain, terkait kesepakatan, laga pertama tak dihadiri pendukung tim tamu atau Aremania yang identik dengan warna biru. Permusuhan keduanya sudah cukup lama. Untuk mencegah konflik, Bonek dan Aremania sepakat tidak akan datang ke laga tandang. Untuk itu, pada laga kedua, Bonek yang identik dengan warna hijau tidak akan ada di antara “lautan biru” Aremania.
Tuan rumah membuka keunggulan lewat gol penyerang nasional Irfan Jaya pada menit ke-7. Selanjutnya, laga berjalan menarik dan ketat. Persebaya dan Arema FC saling jual beli serangan. Namun, Arema FC mampu menyamakan skor lewat gol gelandang Hendro Siswanto pada menit ke-33.
Persebaya yang ditangani oleh Djadjang Nurdjaman kembali unggul pada menit ke-72 lewat eksekusi penalti Damian Lizio. Namun, enam menit kemudian, gelandang Makan Konate menyelamatkan Arema FC yang ditangani oleh Milomir Seslija dengan gol lewat tendangan bebas melengkung. Skor 2-2 bertahan sampai laga usai.
Kedua tim menunjukkan permainan terbuka. Djadjang dan Seslija sama-sama memakai formasi 4-3-3. Sektor tengah dan depan kedua tim bergerak dinamis. Laga berlangsung menarik dan seru karena saling jual beli serangan. Trio penyerang tuan rumah Damian Lizio, Irfan Jaya, dan Manuchehr Jalilov mampu diimbangi oleh trisula Arema, Dedik Setiawan, Dendy Santoso, dan Ricky Kayame.
Persebaya memang lebih dominan dalam laga dengan penguasaan bola 57 persen. Namun, serangan tim asuhan Seslija itu lebih efektif dan bervariasi. Arema FC menciptakan 6 tendangan tepat sasaran atau tiga kali lebih banyak daripada tuan rumah. Untunglah kiper Persebaya Miswar Saputra tampil lumayan apik dengan menciptakan empat penyelamatan gemilang. Persebaya memang hanya menciptakan dua tendangan tepat sasaran termasuk satu penalti. Namun, keduanya tidak bisa dihalau oleh kiper Arema FC Kurniawan Ajie.
Dilihat dari hasil itu, Arema FC yang akan menjadi tuan rumah laga kedua final memiliki modal lebih baik daripada Persebaya. Arema FC hanya memerlukan hasil imbang 0-0 atau 1-1 untuk mengangkat trofi kayu setelah menjadi kampiun edisi 2017. Kekalahan tidak boleh ada dalam menu pertandingan nanti jika ingin juara.
Di sisi lain, peluang Persebaya untuk merengkuh piala turnamen sejak 2015 itu masih terbuka. Namun, upaya “Green Force” untuk menjadi kampiun kejuaraan pramusim ini lebih terjal. Jika imbang hanya bisa dengan skor minimal 3-3. Mengupayakan kemenangan dengan skor tipis 1-0 atau 2-1 masih lebih mungkin daripada memaksakan hasil imbang 3-3.
Sayangnya, pertandingan juga diwarnai aksi kurang simpatik oleh penonton. Ada yang melempari pemain Arema FC dengan botol sehingga petugas keamanan mengamankan dengan membentuk perisai. Selain itu, ada yang menyalakan suar api yang sesungguhnya dilarang. Kejadian tidak simpatik itu berpotensi membuat Persebaya dijatuhi sanksi.
Tewas
Empat jam menjelang laga dimulai, terjadi kecelakaan yang menewaskan seorang remaja pendukung Persebaya. Bonek itu adalah Tegar Alifian Rizki (16), warga Ambulu, Jember, yang bersekolah di SMK Darussalam.
Menurut Wakil Kepala Kepolisian Sektor Benowo Ajun Komisaris Rusno Basuki, Tegar tewas karena terpelanting saat menaiki truk trailer bernomor pelat L 8507 UU, terjatuh ke aspal jalan, dan bagian kepala terlindas roda tengah samping kanan. Kecelakaan terjadi menjelang pukul 12.00 WIB di Jalan Sememi yang menuju Stadion Gelora Bung Tomo.
Menurut Rusno sebelumnya korban dan dua rekannya berjalan menuju stadion. Kemudian, mereka mengadang truk trailer untuk menumpang. Ketiganya berhasil naik. Saat Tegar masih mencari posisi duduk, truk tiba-tiba berjalan sehingga sang remaja terpelanting ke aspal dan tewas akibat kepala terlindas. Jenazah dievakuasi oleh petugas Pemerintah Kota Surabaya ke RSUD Dr Soetomo.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Tegistha Indar Parawansa mengatakan, telah menghubungi keluarga korban di Ambulu melalui Kepala Badan Koordinasi Wilayah Jember. Santunan senilai Rp 5 juta segera disalurkan ke keluarga korban yang Selasa malam menjemput jenazah ke RSUD. “Saya menyampaikan berduka dan semoga peristiwa ini tidak berulang. Pendukung harus menjaga kehati-hatian terhadap keselamatan diri,” katanya.