Mengobati Luka Masa Lalu
Setelah menyingkirkan Real Madrid, Ajax kembali menghadapi tim yang selalu merepotkan, Juventus. Namun, banyaknya pemain Juventus yang cedera bisa menjadi keuntungan tambahan bagi Ajax.
AMSTERDAM, SELASA – Ajax selalu bernasib buruk setiap bertemu Juventus pada kompetisi Eropa selama hampir setengah abad. Laga pertama perempat final Liga Champions di Stadion Johan Cruyff, Amsterdam, Kamis (11/4/2019) pukul 02.00 WIB, akan menjadi kesempatan bagi Ajax untuk mengobati luka masa lalu.
Ajax terakhir kali mengalahkan Juventus 2-1 pada laga kedua putaran ketiga Piala UEFA (kini Liga Europa) tahun 1974, atau 45 tahun silam. Meski menang, Juventus yang berhak melaju ke perempat final karena pada laga pertama mereka menang 1-0. Setelah pertemuan itu, Ajax selalu gagal mengalahkan ”Si Nyonya Besar” dalam 9 laga berikutnya.
Juventus pula yang menaklukkan Ajax pada final Liga Champions 1996 yang berlangsung di Stadion Olimpico, Roma, Italia. Laga itu berakhir imbang 1-1 sehingga harus melalui adu penalti. Ajax gagal mengeksekusi dua tembakan dan adu penalti berakhir 4-2 untuk kemenangan Juventus.
Kekalahan itu menyisakan kenangan pahit bagi Edwin van der Sar, kiper Ajax waktu itu. ”Fakta bahwa kami kalah melalui adu penalti itu sangat menyakitkan. Saya sudah bisa menebak semua arah tendangan (penalti dari Juventus), tetapi tembakan mereka begitu tajam,” kata Van Der Sar seperti dilansir laman Ajax, Selasa (9/4/2019).
Kekalahan itu semakin menyakitkan karena Ajax adalah juara bertahan yang meraih gelar juara Liga Champions musim 1994-1995. Sejak kekalahan di Stadion Olimpico itu, Ajax belum pernah lagi menembus final.
Namun, pemain sepak bola punya banyak cara untuk melupakan kekecewaan. Van Der Sar justru memilih untuk bergabung dengan Juventus pada 1999, selanjutnya menambah pengalaman bersama Manchester United tahun 2005. Setelah pensiun sebagai pemain, Van Der Sar kini menjadi CEO Ajax dan berada di balik kebangkitan tim berjuluk ”De Godenzonen” atau anak-anak dewa itu.
Musim ini Ajax telah menjelma menjadi kuda hitam di Liga Champions. Mereka berhasil menyingkirkan juara bertahan Real Madrid pada babak 16 besar dengan agregat gol 5-3. Setelah kalah 1-2 pada laga pertama di Amsterdam, Ajax menggila di Stadion Santiago Bernabeu dan menang 4-1.
Padahal, Ajax merupakan tim termuda di ajang Liga Champions dengan rata-rata usia pemain 24 tahun. Mereka punya talenta-talenta muda seperti Frenkie de Jong dan Matthijs de Ligt yang membuat skuad Ajax musim ini disebut skuad generasi emas.
”Tentu kami adalah anak-anak baru (di kompetisi ini). Namun, kami sudah menunjukkan apa yang bisa kami lakukan (dengan mengalahkan Real) dan kami berharap bisa melakukannya lagi saat melawan Juventus,” ujar De Jong.
Meski demikian, Ajax juga diperkuat pemain senior seperti Dusan Tadic, yang menjadi mesin gol dengan mencetak enam gol di Liga Champions musim ini. Pada Liga Belanda musim ini, Tadic sudah mengoleksi 20 gol dan 9 asis. Catatan itu menyamai pencapaian Luis Suarez saat membela Ajax pada musim 2009-2010.
Lini depan Ajax semakin berbahaya karena Tadic didampingi oleh David Neres dan Hakim Ziyech. Ketiganya memiliki energi besar untuk menerapkan permainan menekan seperti yang diinstruksikan pelatih Ajax Erik ten Hag.
”Tadic saat bergabung sebenarnya diproyeksikan untuk menggantikan Ziyech. Namun, keduanya justru bisa bekerja sama dengan menciptakan kreativitas,” ujar Michiel Jongsma, jurnalis yang meliput Liga Belanda.
Badai cedera
Kondisi Ajax itu menjadi modal berharga untuk menghadapi Juventus yang sedang dilanda badai cedera. Juventus tidak bisa menurunkan Juan Cuadrado, Andrea Barzagli, Emre Can, dan Douglas Costa. Menjelang laga kontra Ajax, pelatih Juventus Massimiliano Allegri malah mendapat kabar buruk bahwa bek Giorgio Chiellini mengalami cedera otot betis dan tidak bisa ikut berlatih.
Kabar baiknya, Ronaldo sudah bisa berlatih sejak cedera saat membela Portugal pada kualifikasi Piala Eropa 2020, akhir Maret. Sejak mencetak tiga gol untuk mengalahkan Atletico Madrid 3-0 pada laga kedua 16 besar, Ronaldo absen dalam empat laga Serie A.
Namun, Allegri tidak khawatir karena Ronaldo sangat profesional dan cepat beradaptasi. Ronaldo diyakini dapat tampil dalam kondisi normal meski telah absen dalam beberapa laga. ”Sudah ada tanda-tanda bagus dari Ronaldo jelang laga kontra Ajax,” kata Allegri akhir pekan lalu.
Juventus sudah bisa fokus di Liga Champions setelah beban mereka di Liga Italia berkurang. Usai mengalahkan AC Milan 2-1 akhir pekan lalu, Juventus tinggal mendapatkan satu poin atau hasil laga imbang dalam tujuh laga yang tersisa untuk memastikan gelar juara Liga Italia yang kedelapan kali secara beruntun.
Liga Italia sudah kurang menantang bagi Juventus dan Liga Champions merupakan target utama musim ini. Namun, mereka harus bisa melangkahi Ajax dan itu tidak mudah.
”Saya sudah melihat bagaimana mereka mengalahkan Real Madrid. Kami harus berhati-hati,” kata bek Juventus Joao Cancelo. (AP/AFP)