LIVERPOOL, SELASA — Dalam dua musim terakhir, Liverpool menebar benih dengan investasi pemain bertahan hingga 191 juta poundsterling atau sekitar Rp 3,5 triliun. Tak menunggu lama, ”The Reds” sedang memanen hasil benihnya itu. Pertahanan mereka menjadi kunci kesuksesan musim ini, termasuk saat menahan salah satu tim terproduktif di Liga Champions, FC Porto.
Liverpool mengamankan leg pertama perempat final Liga Champions setelah menaklukkan FC Porto, 2-0, pada Rabu (10/4/2019) dini hari WIB di Stadion Anfield. Dua gol cepat Naby Keita dan Roberto Firmino pada babak pertama mengantarkan The Reds meraih kemenangan.
Skuad asuhan Juergen Klopp yang tampil dengan bek utama Virgil van Dijk ini mampu menghentikan keran gol Porto. Sebelum laga ini, tim asal Portugal itu merupakan terproduktif ketiga di antara peserta perempat final, dengan catatan 19 gol dalam 8 laga atau selalu mencetak rata-rata tiga gol per laga.
Penyerang Porto, Moussa Marega, tampak tidak banyak berkutik menghadapi lini pertahanan tuan rumah. Satu-satunya peluang pencetak enam gol di Liga Champions itu pada akhir babak kedua. Namun, tendangannya masih melambung tinggi di atas mistar gawang.
”Dia (Marega) adalah pemain kuat. Sulit menghadapinya, tetapi sekarang ini saya selalu bisa menikmati setiap pertarungan dengan striker mana pun,” kata Van Dijk kepada UEFA.COM.
Pertahanan kokoh menjadi kunci kemenangan Liverpool pada leg pertama. Penampilan mereka sempat menurun pada babak kedua setelah unggul dua gol. Namun, kesigapan Van Dijk dan rekan-rekan berhasil mengamankan mereka dari kebobolan di kandang.
”Pertandingan yang bagus. Porto sempat mengancam lewat tendangan bola mati. Mereka cukup bagus, tetapi kami mampu bertahan dengan rapi. Kami mampu mengontrol kembali pertandingan,” ucap Klopp.
Tidak hanya laga itu, pertahanan juga menjadi inspirasi dalam empat laga terakhir di Liga Champions. Tim asuhan Klopp hanya kemasukan satu gol saat bertandang ke markas Bayern Muenchen. Sisanya tidak ada yang mampu menggoyangkan jala yang dijaga kiper Alisson Becker.
Panen dini
Tak bisa dimungkiri, Liverpool sedang memanen hasil investasinya dalam dua musim belakangan. Sebelumnya, Klopp menyampaikan akan membuat pertahanan timnya lebih kuat. Dengan itu, mereka akan sulit dikalahkan.
Pada musim lalu, mereka menghadirkan bek kiri Andrew Robertson dan Van Dijk. Investasi itu berlanjut dengan Alisson dan gelandang bertahan Fabinho. Mereka menjadi tim dengan pembelian pemain bertahan termahal dalam dua musim terakhir, 191 juta poundsterling (Rp 3,5 triliun).
Investasi itu langsung terlihat. Empat pembelian itu merupakan pemain utama dari lima pemain berkarakteristik bertahan dalam skuad Liverpool. Mereka, kecuali Robertson yang mendapatkan sanksi akumulasi kartu, menjadi palang pintu utama di barisan pertahanan saat menahan Porto.
Dari pemain-pemain tersebut, pembelian Van Dijk dianggap sebagai yang paling sukses. Fourfourtwo menyebutkan, pemain tim nasional Belanda itu menurunkan jumlah rata-rata kebobolan Liverpool dari 1,2 gol menjadi 0,8 gol sejak kedatangannya.
Pembelian mantan pemain Celtic itu bahkan mendapat pujian dari pelatih top Eropa, seperti Josep Guardiola dan Unai Emery. Menurut mereka, kehadiran Van Dijk dapat meningkatkan kualitas tim mana pun.
Van Dijk tidak hanya menjadi benteng kokoh, dia juga mampu memandu rekan-rekannya dalam bertahan. Dia ingin menjadi pemimpin seperti pebasket LA Lakers, LeBron James. ”Lihat bagaimana LeBron memimpin timnya. Saya ingin mencapai yang terbaik, tetapi juga ingin membantu pemain lain berkembang,” kata pemain berambut gondrong tersebut.
Van Dijk tidak hanya menjadi benteng kokoh, dia juga mampu memandu rekan-rekannya dalam bertahan. Dia ingin menjadi pemimpin seperti pebasket LA Lakers, LeBron James.
LeBron merupakan salah satu pebasket terbaik sepanjang masa di NBA. Pebasket dengan sebutan ”sang raja” itu selalu mampu meningkatkan kemampuan timnya. Dia tiga kali menjuarai NBA dan empat kali menjadi pemain terbaik.
Ujian kedua
Benteng kokoh The Reds akan diuji pada leg kedua, pekan depan, di markas Porto, Stadion do Dragao. Terakhir kali Porto bermain sebagai tuan rumah, mereka menumbangkan tim besar Italia, AS Roma, 3-1.
”Kami baru memulai setengah jalan dari 180 menit. Kami masih memiliki 90 menit di Dragao. Kami akan melakukan apa pun untuk membalikkan keadaan. Kami butuh semua orang di stadion karena ini sama sekali belum berakhir,” kata Pelatih Porto Sergio Conceciao.
Modal Porto kali ini lebih baik dibandingkan dengan musim lalu. Pada babak 16 besar tahun lalu, Porto kalah 0-5 di kandang Liverpool. Sekarang mereka hanya terpatut defisit dua gol.
Dengan ketertinggalan itu, bek Porto, Alex Telles, meyakini mampu mengejar defisit gol. Dia berharap kejadian serupa saat membalikkan keadaan pada babak 16 besar setelah tertinggal 1-2 dari AS Roma. ”Hasil ini tidak positif, tetapi masih membuat kami memiliki harapan,” ucapnya. (REUTERS/UEFA)