LONDON, SELASA — Tottenham Hotspur selalu menang saat pemain terhebatnya, Harry Kane, cedera. Son Heung-min, tandem Kane, justru selalu tampil gemilang saat rekannya tidak ada di lapangan. Paradoks dalam tubuh Spurs itu mengantarkan kemenangan atas Manchester City.
Son menjadi penentu kemenangan Spurs, 1-0, saat menjamu tim raksasa Manchester City pada leg pertama Liga Champions, Rabu (10/4/2019) dini hari WIB, di Stadion Tottenham. ”Si Lili Putih”, julukan Spurs, tampil penuh tenaga di stadion barunya dengan bantuan 60.000 pendukung.
Gol kemenangan baru hadir 12 menit jelang laga bubar melalui aksi solo Son. Setelah mampu menahan bola yang nyaris melewati garis lapangan di sisi kanan pertahanan City, Son mengecoh bek sayap City, Fabian Delph.
Pemain tim nasional Korea Selatan itu memindahkan bola dari kaki kanan ke arah kiri. Tendangan keras kaki kirinya menusuk tajam gawang City melewati sela-sela badan kiper lawan, Ederson Moraes.
”Sebagai tim, kami tidak pernah menyerah, selalu bertarung hingga 90 menit. Kami layak menang karena lebih tajam hari ini,” kata Son yang telah mencetak dua gol dalam dua laga seusai Stadion Tottenham resmi digunakan pekan lalu.
Spurs menentukan kemenangan justru setelah Kane cedera pada menit ke-58. Alih-alih terpuruk, cederanya Kane seperti menjadi ”berkah” bagi Spurs. Setelah Kane kembali dari cedera, Maret 2019, Spurs kalah dalam lima dari tujuh pertandingan terakhir bersama kapten timnas Inggris tersebut.
Sementara itu, dalam fase cederanya Kane, Februari hingga Maret, Spurs memenangi lima laga beruntun. Aktor dalam kemenangan itu adalah Son yang selalu tampil apik saat Kane menepi. Son mencetak enam dari tujuh gol terakhir saat Kane tidak berada di lapangan.
Kondisi dalam tubuh Spurs terlihat seperti paradoks, bertentangan dari kenyataan seharusnya. Spurs yang seharusnya melemah tanpa Kane justru menguat. Son yang kehilangan tandemnya malah mampu mengeluarkan permainan terbaiknya melebih kontribusi Kane.
Kendati demikian, hal itu sangat beralasan. Menurut analisis The Guardian, ketika Kane berada di lapangan, pemain Spurs sangat statis karena terpaku kepada dirinya yang tidak banyak mencari ruang. Hal itu berbeda ketika Son menjadi ujung tombak, dia lebih aktif mencari ruang dan bisa berada di posisi mana pun.
Kehadiran Son menambah fleksibilitas serangan Spurs. Permainan ini sulit diduga oleh pertahanan lawan. Keberadaan Son juga menjadi momok tim lawan saat Spurs menaklukkan Borussia Dortmund, 3-0, pada leg pertama babak 16 besar.
Paradoks ini akan menjadi harapan Spurs pada leg kedua di markas Manchester City, Stadion Etihad, pekan depan. Mereka kemungkinan besar tidak akan diperkuat Kane hingga akhir musim.
”Kami sedih dan kecewa karena kehilangannya mungkin sampai akhir musim. Kane tidak memiliki banyak waktu untuk pemulihan,” kata Pelatih Spurs Mauricio Pochettino setelah laga.
Kami sedih dan kecewa karena kehilangannya mungkin sampai akhir musim. Kane tidak memiliki banyak waktu untuk pemulihan.
Kesialan City
Pertandingan berlangsung sengit sejak awal laga. Kedua tim sama-sama menghasilkan sembilan ancaman ke gawang. Namun, City yang memulai laga dengan formasi 4-3-3, tanpa Kevin De Bruyne dan Leroy Sane, hanya mampu membuat dua tendangan menuju sasaran dari semua tendangan.
Tim asuhan Josep ”Pep” Guardiola seharusnya mampu unggul lebih dulu pada menit ke-13. Wasit Bjorn Kuipers asal Belanda memutuskan memberikan penalti kepada City setelah melihat VAR. Dalam tayangan ulang VAR, tendangan Raheem Sterling terlihat jelas membentur tangan Danny Rose.
Sergio Aguero, eksekutor penalti, gagal menyarangkan bola ke gawang Hugo Lloris. Tendangannya ke kanan gawang berhasil terbaca Lloris yang tidak pernah kebobolan dari titik putih dalam tiga percobaan selama 2019.
Meski lebih menguasai pertandingan, City tidak memiliki peluang berarti selain penalti tersebut. Masuknya De Bruyne dan Sane pada babak kedua juga tidak banyak membantu ”The Citizens”.
”Kadang kalah 0-1 lebih baik dari imbang 0-0. Kamu jadi mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan selanjutnya,” kata Pep yang musim lalu juga kalah pada leg pertama perempat final, 0-3, dari Liverpool.
Pep meyakini skuad asuhannya masih menjadi favorit untuk melaju ke semifinal. Kuncinya hanya tampil semaksimal mungkin di kandang. ”Kami harus mencetak gol dan tampil dengan kualitas pada laga selanjutnya. Kami memang kalah, tetapi masih ada 90 menit lagi,” ujarnya.
Kekalahan pada laga itu menambah rekor buruk Pep saat melatih dalam babak gugur Liga Champions. Saat melatih Barcelona, Bayern Muenchen, dan City, pelatih asal Spanyol itu hanya meraih enam kali kemenangan dari total 26 pertandingan. (AP/REUTERS)