Bisnis Transportasi Daring Berkontribusi Signifikan terhadap Perekonomian
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bisnis transportasi dalam jaringan atau daring memberikan nilai tambah cukup besar pada perekonomian sektor informal. Andil ini diharapkan jadi pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang menyangkut transportasi daring.
Nilai tambah perekonomian tersebut, antara lain, penambahan omzet pendapatan mitra transportasi daring antara sebelum dan sesudah menjadi mitra.
”Platform teknologi di bidang transportasi daring ini memberdayakan sektor informal. Nilai ekonomi ini harus menjadi pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan,” kata Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri saat konferensi pers berjudul ”Peran Grab dalam Meningkatkan Sektor Ekonomi Informal di Indonesia”, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Berdasarkan definisi Badan Pusat Statistik (BPS), sektor informal merupakan kegiatan ekonomi yang umumnya dilakukan secara tradisional oleh organisasi bertingkat rendah atau yang tidak memiliki struktur; tidak ada akun transaksi; dan ketika terdapat relasi kerja biasanya bersifat musiman, pertemanan, atau relasi personal ketimbang berbasis perjanjian kontrak. BPS dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) mencatat, total pekerja informal di Indonesia sebanyak 70,5 juta jiwa atau sekitar 53,8 persen dari angkatan kerja.
Penghasilan pengusaha informal rata-rata Rp 1,74 juta per bulan, sedangkan pekerja informal Rp 1,33 juta per bulan. Dari segi jam kerja, sebanyak 41,9 persen tenaga kerja informal bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
CSIS dan Tenggara Strategics merilis proyeksi kontribusi nilai tambah ekosistem Grab terhadap perekonomian sektor informal pada 2018 sebesar Rp 48,89 triliun. Proyeksi itu dihitung berdasarkan survei yang melibatkan 3.418 mitra Grabbike, Grabcar, Grabfood, dan Kudo. Survei itu dilakukan di Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan Surabaya.
CSIS dan Tenggara Strategics merilis kontribusi nilai tambah ekosistem Grab terhadap perekonomian sektor informal pada 2018 sebesar Rp 48,89 triliun.
Dari riset itu, Yose memaparkan, rata-rata pendapatan mitra Grabbike meningkat 113 persen dari Rp 1,9 juta per bulan (sebelum menjadi mitra) menjadi Rp 4 juta per bulan (setelah menjadi mitra). Dari segi profil ketenagakerjaan, sebanyak 38 persen mitra Grabbike tidak memiliki penghasilan sebelum menjadi mitra.
Rata-rata penghasilan mitra Grabcar juga naik 114 persen dari Rp 3,3 juta per bulan menjadi Rp 7 juta per bulan. Sebelum menjadi mitra Grabcar, sekitar 33 persen mitra Grabcar tergolong tidak memiliki pendapatan.
Di sisi layanan pengantaran makanan, rata-rata mitra Grabfood meningkat 25 persen dari Rp 1,4 juta per hari menjadi Rp 1,85 juta per hari. Responden mitra tergolong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang 82 persen di antaranya berada di sektor informal.
Sebelumnya, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) merilis survei berjudul ”Dampak Go-Jek terhadap Perekonomian Indonesia di 2018”. Survei ini melibatkan 6.732 responden mitra Go-Ride, Go-Car, Fo-Food, dan Go-Life (Go-Massage dan Go-Clean). ”Proyeksi nilai tambah pendapatan mitra Go-Jek pada 2018 sebesar Rp 44,2 triliun,” ucap Wakil Kepala LD FEB UI Paksi C Walandouw saat dihubungi, Rabu.
Setelah bergabung dengan Go-Jek, penghasilan rata-rata mitra Go-Ride meningkat 45 persen. Penghasilan rata-rata mitra di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menjadi Rp 4,9 juta dan di luar Jabodetabek menjadi Rp 3,8 juta. Sebanyak 86 persen dari responden memiliki tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA) ke bawah.
Kenaikan rata-rata pendapatan setelah menjadi mitra Go-Car sebesar 42 persen. Pendapatan rata-rata mitra di wilayah Jabodetabek menjadi Rp 6 juta per bulan dan di luar Jabodetabek Rp 5,5 juta per bulan. Sekitar 71 persen di antara responden mitra berpendidikan SMA ke bawah.
Sementara itu, sebanyak 93 persen responden UMKM mitra Go-Food mengalami peningkatan volume transaksi setelah bergabung dengan Gojek. Sebanyak 96 persen responden UMKM juga mendapatkan pelanggan baru.