Investor Fokus pada Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Arus masuk dana asing ke pasar keuangan domestik diprediksi masih akan terus berlanjut selama stabilitas dan pertumbuhan ekonomi terjaga. Stagnasi yang terjadi di pasar modal selama beberapa bulan jelang pemilu disebabkan karena investor tengah berhati-hati membaca situasi politik Tanah Air.
Executive Vice President PT Schroder Investment Management Indonesia Renny Raharja mengatakan, apabila melihat data pasar saham selama tiga pemilu sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung naik menjelang pemilu. Namun, dalam dua bulan terakhir, IHSG cenderung bergerak stagnan dan sulit bertahan lama di level 6.500.
Alasannya investor global cukup berhati-hati mengambil keputusan jelang pemilu di Indonesia. Hal tersebut wajar terjadi karena mereka pernah melihat fakta bahwa hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) di luar ekspektasi. Di sisi lain, investor lokal memanfaatkan tingginya IHSG untuk melancarkan aksi ambil untung (profit taking).
Alasannya investor global cukup berhati-hati mengambil keputusan jelang pemilu di Indonesia.
”Mungkin perhitungan investor asing dan lokal sedikit beda terkait siapa yang memenangkan Pilpres 2019. Namun, investor asing tetap akan lebih fokus melihat proyeksi terjaganya stabilitas dan pertumbuhan ekonomi,” kata Renny, di Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Meski berhati-hati, dari kacamata investor asing, suhu politik di Indonesia dinilai masih tergolong moderat atau lebih rendah dibandingkan tensi politik yang ada di India dan Argentina. Hal ini membuat kekhawatiran terhadap gangguan stabilitas politik dalam negeri tidak terlalu mengkhawatirkan.
Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya mampu tumbuh 3,3 persen, aset di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, bakal menarik selera investor asing. Renny menilai aksi beli dari investor asing akan berlanjut kendati investor domestik mulai mencari celah untuk melancarkan aksi ambil untung akibat pergerakan positif IHSG.
Sepanjang tahun berjalan hingga 10 April 2019, tercatat investor asing telah melakukan aksi beli bersih senilai Rp 15,35 triliun. Renny menilai investor asing bakal banyak yang masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar karena sejak awal tahun ini harganya belum terlalu naik.
”Investor lokal justru menggunakan sentimen pilpres sebagai momentum profit taking atau masuk. Namun, selama pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia lebih baik dari tahun lalu, situasi di pasar modal tahun ini akan lebih kondusif,” tutur Renny.
Opsi obligasi
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, banyak investor semakin gencar memburu obligasi menjelang pemilu akibat risiko yang lebih terukur dan menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan dengan saham.
”Obligasi negara sedang berada dalam momentum positif karena potensi penurunan imbal hasil pada masa mendatang sangat mungkin terjadi. Awal tahun ini merupakan momen terbaik untuk masuk ke pasar obligasi,” katanya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, nilai perdagangan rata-rata harian Surat Utang Negara (SUN) mencapai Rp 20 triliun sepanjang tahun berjalan 2019. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai transaksi rata-rata harian pada 2018 yang berkisar Rp 12 triliun-Rp 17 triliun.
Selain karena faktor sikap bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, pasar surat utang menjadi lebih menarik karena pasar saham sudah mengalami kenaikan harga sangat tinggi pada akhir tahun lalu. Hal ini membuat valuasi IHSG sekarang relatif mahal.
”Menjelang pemilu, baik investor lokal maupun asing masih akan tetap menahan diri untuk masuk ke pasar saham sehingga pergerakan indeks masih akan mendatar,” ujar Frederik.
Investor asing, lanjut Frederik, akan hati-hati terhadap risiko global yang masih ada, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta Brexit, sehingga aset dengan risiko tinggi, seperti saham, akan cenderung lebih dihindari.