AMSTERDAM, RABU — Sejak era 1970-an, legenda Ajax Amsterdam, Johan Cruijff, sudah menanamkan kultur sepak bola menyerang ke dalam tim. Ciri khas itu kembali menginspirasi skuad muda Ajax saat dengan gagah berani tampil menyerang melawan Juventus yang diperkuat salah satu pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo.
Ajax yang dipimpin kapten berusia 19 tahun, bek tengah, Matthijs de Ligt, tertinggal lebih dulu jelang turun minum. Tepat pada menit ke-45, Ronaldo yang baru pulih dari cedera muncul dari sisi kosong pertahanan Ajax. Dia mencetak gol sundulan memanfaatkan umpan silang Joao Cancelo.
”Ketika turun minum, pelatih (Erik Ten Hag) mengatakan, kami harus tetap bermain dengan gaya kami, menyerang. Dan, meningkatkan beberapa detail. Kami harus bisa membuat peluang untuk menyamakan kedudukan ataupun membalikkan keadaan,” ucap gelandang tengah, Frenkie de Jong.
Skuad muda Ajax berusia rata-rata 24,5 tahun itu penuh semangat saat masuk kembali ke lapangan. Pada saat bersamaan, sekitar 50.000 pendukung Ajax memberi pesan dengan menyanyikan sepenggal lagu Bob Marley, ”Three Little Birds”. ”Every little thing’s gonna be all right,” kata mereka menyanyikan sebaris lirik lagu tersebut.
Setengah menit kemudian, penyerang sayap David Neres (22) menceploskan bola ke gawang Wojciech Szczesny. Neres melakukan dribel solo dari sisi kiri pertahanan lawan yang berujung pada tembakan melengkung ke sudut jauh Juventus.
Seusai menyamakan kedudukan, tim asuhan Ten Hag belum puas. Lewat formasi 4-2-3-1, dengan dua gelandang muda, De Jong (21) dan Van de Beek (21), serta gelandang senior Lasse Schone (32), Ajax menguasai jalannya laga hingga 61 persen.
De Jong, pemain yang akan bergabung dengan Barcelona pada musim panas, berperan sebagai jenderal lapangan tengah. Dia menjembatani serangan dari lini belakang ke lini depan.
Total dia mencatatkan 90 umpan sukses, 2 umpan kunci, dan 6 kali tekel. Jumlah umpan De Jong lebih banyak dari kombinasi tiga gelandang Juventus, Blaise Matuidi, Miralem Pjanic, dan Rodrigo Bentacur.
Ajax terus menggempur pertahanan Juventus yang tampil tanpa kehadiran bek senior Giorgio Chiellini. Meski begitu, upaya 18 percobaan tendangan, 6 mengarah ke gawang, belum mampu menambah keunggulan.
De Jong dan rekan-rekan begitu mendominasi penyerangan. Dari 11 pemain di lapangan, hanya bek tengah Daley Blind yang tidak menendang. Sementara itu, ”Si Nyonya Besar”, julukan Juventus, hanya menendang tepat sasaran satu kali.
Tim asal ibu kota Belanda ini seperti mencari korban berikutnya setelah menumbangkan Real Madrid pada babak 16 besar. Kala itu, mereka unggul agregat 5-3 untuk melewati hadangan juara bertahan tiga kali beruntun Liga Champions tersebut.
”Ajax punya kualitas hebat. Mereka mampu menahan bola dengan baik, bahkan ketika tidak ada ruang kosong. Saya rasa kami sudah bertahan sebaik mungkin,” kata Pelatih Juventus Massimiliano Allegri.
Allegri juga memuji De Jong. Pemain tim nasional Belanda itu dinilai mampu mengontrol permainan Ajax secara keseluruhan. ”Kami mencoba menjaganya dengan Bentacur, tetapi dia dengan cerdas mundur lebih ke dalam untuk mencari ruang. Dia sangat baik,” ucap pelatih asal Italia tersebut.
Belum tuntas
Penampilan positif Ajax tidak seiring dengan hasilnya. Mereka masih harus bekerja keras menjalani laga kedua saat bertandang ke markas Juventus, Stadion Allianz, Turin, pekan depan.
”(Kedudukan) 1-1 bukan hasil yang kami harapkan, tetapi itulah hasilnya. Terakhir kali, kami juga kalah 1-2 di kandang, tetapi kami berhasil lolos juga. Kami masih punya peluang bagus,” kata Ten Hag yang memiliki filosofi menyerang ala legenda Ajax, Johan Cruijff.
Kedua tim sama-sama berbahaya saat laga kedua babak 16 besar. Ajax menumbangkan Real Madrid, 4-1, di Stadion Santiago Bernabeu. Sementara itu, Juventus juga membalikkan keadaan 3-0 atas Atletico Madrid, di kandang mereka lewat hattrick Ronaldo.
Juventus berada di atas angin pada laga kedua perempat final. Mereka mendapatkan keuntungan seperti menjadi tuan rumah dan mencuri gol tandang. Juventus juga lebih berpengalaman musim ini saat bersama Ronaldo.
”Masih ada 90 menit. Kami akan memenanginya dan menuju semifinal. Bagaimanapun, kami mendapat hasil baik pada laga pertama. Ini menjadi modal percaya diri di laga kedua,” ucap Bentacur.
Kemenangan sangat penting bagi kedua tim. Mereka sudah terlalu lama puasa gelar Liga Champions. Sudah lebih dari dua dekade saat Ajax pada 1995 dan Juventus pada 1996 merajai Eropa. (AP/UEFA.COM)